Biografi Habib Abdurrahman bin Ahmad As-Segaf Bukit Duri Tebet (Sayyidil Walid)

 
Biografi Habib Abdurrahman bin Ahmad As-Segaf Bukit Duri Tebet (Sayyidil Walid)
Sumber Gambar: foto istimewa

Daftar Isi Profil Habib Abdurrahman bin Ahmad As-Segaf Bukit Duri Tebet (Sayyidil Walid)

  1. Kelahiran
  2. Nasab
  3. Wafat
  4. Pendidikan
  5. Guru-Guru
  6. Mendirikan Madrasah
  7. Teladan
  8. Chart Silsilah Sanad
  9. Referensi

1. Kelahiran

Habib Abdurrahman bin Ahmad Assegaf Bukit Duri Tebet atau yang kerap disapa dengan Sayyidil Walid lahir di tahun 1908 di Cimanggu, Bogor.

Sayyidil Walid pada masa kecilnya telah ditinggal oleh ayahandanya yaitu Alhabib Ahmad bin Abdul Qadir Assegaf, beliau yatim yang sangat memperihatinkan. Walaupun sayyidil walid seorang anak yatim, itu tidak menyurutkan tekad belajarnya yang sangat kuat, sayyidil walid mengenyam pendidikan di Jami'at Al-Khair, Jakarta.

Anak beliau Alhabib Ali bin Abdurrahman Assegaf menceritakan masa kecil sayyidil walid yg diceritakan sendiri oleh sayyidil walid kepada Alhabib Ali bin Abdurrahman Assegaf anak beliau, "Walid itu orang yang tidak mampu," bahkan beliau pernah berkata, "Barangkali dari seluruh anak yatim, yang termiskin adalah saya. Waktu lebaran, anak-anak mengenakan sandal atau sepatu, tapi saya tidak punya sandal apalagi sepatu. Tidurnya pun di bangku sekolah. Tapi, kesulitan seperti itu tidak menyurutkannya untuk giat belajar.”

2. Nasab

Habib  Abdurahman  bin Ahmad As-Segaf masih keturunan dari Nabi Muhammad Rasulullah SAW. Dengan urutan silsilah sebagai berikut :

  1. Nabi Muhammad Rasulullah SAW
  2. Sayyidah Fatimah Az-Zahra Istri Sayyidina Ali bin Abi Thalib
  3. Al- Imam Husein
  4. Al-Imam Ali Zainal Abidin
  5. Al-Imam Muhammad Al-Baqir
  6. Al-Imam Ja’far Shodiq
  7. Al-Imam Ali Uraidhy
  8. Al-Imam Muhammad An-Naqib
  9. Al-Imam Isa Ar-Rumi
  10. Al-Imam Ahmad Al-Muhajir
  11. Sayyid Abdullah atau Ubaidillah
  12. Sayyid Alwi Alawiyyin
  13. Sayyid Muhammad
  14. Sayyid Alwi
  15. Sayyid Ali Khala’ Ghasam
  16. Sayyid Muhammad Shahib Marbad
  17. Sayyid Ali
  18. Sayyid Muhammad Al-Fagih Mugaddam
  19. Sayyid Alwi Al-Ghuyur
  20. Sayyid Ali Shahibud Dark
  21. Sayyid Muhammad Mauladdawilah
  22. Sayyid Abdurrahman As-Segaf
  23. Sayyid Ali
  24. Sayyid Muhammad
  25. Sayyid Abdurrahman
  26. Sayyid Umar Ash-Shofi
  27. Sayyid Thoha
  28. Sayyid Umar
  29. Sayyid Thoha
  30. Sayyid Umar
  31. Sayyid Muhammad
  32. Sayyid Assegaf
  33. Sayyid Umar
  34. Sayyid Ali
  35. Sayyid Abdul Qadir
  36. Sayyid Ahmad
  37. Sayyid Abdurrahman

3. Pendidikan

Habib Abdurrahman bin Ahmad Assegaf Bukit Duri Tebet pada masa menuntut ilmu sangat lah keras dan tekun serta rajin dengan pengamalan dari setiap ilmu ilmu yang sayyidil walid pelajari, itulah sebabnya sayyidil walid bisa menyerap dan mendalami ilmu yang diajarkan guru guru sayyidil walid.

Dengan ketekunan dalam menguasai dan mendalami ilmu dalam bidang agama, beliau bisa dibilang berhasil dan berprestasi dalam memahami semua ilmu dalam bidang agama. Tidak luput juga kemampuan sayyidil walid dalam berbahasa sangatlah bagus yang mengantarkan sayyidil walid menjadi penulis dan orator yang ulung dan berbobot serta handal. Kemampuan bahasa sayyidil walid tidak hanya bahasa Arab saja, bahkan beliau juga bisa bahasa Sunda dan bahasa Jawa halus.

Sayyidil walid sangat disayang gurunya hingga sayyidil walid menjadi murid yang sangat dibanggakan. Sayyidil walid manjadi satu satunya murid yang menguasai tata bahasa Arab yang sangat baik bahkan sempurna, hingga di masa sayyidil walid mengasuh sebuah madrasah, pernah seorang Ulama besar asal Tarim menyebut madrasah yang sayyidil walid dirikan (Tsaqofah Islamiyah di Bukit Duri) disebut sebagai "Tarimnya Jakarta".

Dari tata bahasa Arab, ilmu alat untuk membaca dan memahami kitab kuning sebutan untuk kitab kitab klasik, Sayyidil walid lah satu satunya murid yang bisa memahami secara sempurna, sehingga para gurunya meminta untuk mengikuti cara pemahaman sayyidil walid yang bisa dikatakan menjadi metode yang benar dalam memahami tata bahasa Arab, ilmu alat dan pemahaman ilmu agama lainnya.

3. Wafat

Suatu hari, seorang santri Darul Musthafa, Tarim Hadramaut, asal Indonesia yang merupakan adik dari menantu Habib Ali bin Sayyidil Walid Habib Abdurrahman Assegaf , mendapat pesan dari seorang ulama besar disana, Habib Abdullah bin Muhammad bin Alwi Syahab. “Saya mimpi bertemu Rasulullah SAW, tapi wajahnya menyerupai Habib Abdurrahman bin Ahmad Assegaf. Tolong beritahu anak-anak beliau di Indonesia. Katakan pada anak-anak beliau, jangan jauh-jauh dari walid ”.

Sang santri itu langsung menelepon keluarganya di Indonesia. Hingga akhirnya kabar dari ulama Hadramaut itu diterima keluarga Habib Abdurrahman di Bukit Duri Jakarta.

Seminggu kemudian, apa yang diperkirakan itu pun tiba. Tepatnya Senin  7 rabiul Awal 1428 H 26 Maret 2007, jam 12.45 siang, langit Jakarta seakan mengelam. Kaum muslim ibu kota terguncang oleh berita wafatnya Al-Alamah Al-Arif Billah Al-Habib Abdurrahman Assegaf, dalam usia kurang lebih 105 tahun.

Jenazah ulama besar yang ilmu, akhlaq dan keistiqamahannya sangat dikagumi itu, disemayamkan di ruang depan rumahnya yang bersahaja, tepat di sisi Sekretariat Yayasan Madrasah Tsaqofah Islamiyah, di jln. Perkutut no.273, Bukit Duri Puteran , Tebet, Jakarta Selatan. Kalimat tahlil dan pembacaan Surat Yaa siin bergema sepanjang hari sampai menjelang pemakamannya keesokan harinya. Sebuah tenda besar tak mampu menampung gelombanh jemaah yang terus berdatangan bak air bah. Pihak keluarga memutuskan pemakaman akan dilakukan ba’da zhuhur di pemakaman Kampung Lolongok, tepatnya di belakang Kramat Empang.

4. Guru-Guru

Guru-guru beliau adalah Habib Abdullah bin Muhsin Al-Aththas Empang Bogor, Selain Habib Empang, guru-guru Habib Abdurrahman yang lain adalah Habib Alwi bin Thohir Al-Haddad (Mufti Johor, Malaysia), Habib Alwi bin Muhammad bin Thohir AlHaddad, Habib Ali bin Husein Al-Aththas (Bungur, Jakarta), Habib Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi (Kwitang, Jakarta), KH. Mahmud (Ulama besar Betawi) dan Prof.Abdullah bin Nuh (Bogor).

5. Mendirikan Madrasah

Sayyidil walid saat menginjak dewasa dipercayakan sebagai guru di madrasah tempat beliau belajar. Sayyidil walid menghabiskan waktu untuk mengajar, di sinilah bakat dan kepiawaan dalam mengajar menyala dalam dirinya, bahkan bukan saja dalam ilmu agama, ilmu lain beliau juga sangat piawai seperti melatih kelompok musik (dari seruling sampai terompet), drum band, bahkan juga baris-berbaris.

Dengan berbekal pengalaman yang sangat panjang, pada usia sayyidil walid menginjak 20 tahun, sayyidil walid pindah ke Bukit Duri dan mendirikan Madrasah Tsaqafah Islamiyyah yang masih berdiri hingga sekarang di Bukit Duri, Tebet, Jakarta Selatan. Tsaqofah Islamiyyah adalah madrasah khusus yang tidak pernah berpatokan kepada kurikulum pemerintah, Tsaqofah Islamiyyah menerapkan kurikulum sendiri. Dan uniknya madrasah Tsaqofah Islamiyyah menerbitkan buku bukunya karangan Sayyidil walid untuk digunakan di madrasah Tsaqofah Islamiyyah sendiri. Khusus untuk siswa yang pintar dan cerdas serta cepat menguasai ilmu bisa naik kelas sebelum waktunya atau loncat kelas.

6. Teladan

sayyidil walid mempunyai budi pekerti yang luhur dan mengamalkan akhlak akhlak Rasulullah SAW dalam kehidupannya sehari hari. sayyidil walid adalah cucunya Rasululloh SAW atau dzurriyah Rasulullah Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallama yang biasa kita dengar dengan sebutan Habib. Beliau selalu istiqomah dalam ilmu agama, dalam ajaran ajaran yang telah ditempuh oleh kakek kakek beliau yakni ajaran Ahlusunnah wal Jamaah

7. Chart Silsilah Sanad

Berikut chart silsilah sanad guru Habib Abdurrahman bin Ahmad Assegaf Bukit Duri Tebet (Sayyidil Walid) dapat dilihat DI SINI.

8. Referensi

Dikumpulkan dari berbagai sumber


Artikel ini sebelumnya diedit tanggal 30 Desember 2020, dan terakhir diedit tanggal 26 Agustus 2022.

 

Lokasi Terkait Beliau

    Belum ada lokasi untuk sekarang

List Lokasi Lainnya