Tentang Bangsa Arab dan Cinta Tanah Air

 
Tentang Bangsa Arab dan Cinta Tanah Air
Sumber Gambar: Pinterest, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Perdebatan tentang identitas kebangsaan masih terus saja berlangsung. Pihak pertama merasa Bangsa Arab paling utama, yang dimaksud di sini sebenarnya adalah Bangsa Arab yang Akidahnya Ahlussunah yang sama seperti di Indonesia, seperti Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki. Pihak kedua yang lebih mempromosikan cara berislam di negerinya seolah lebih unggul dari Arab, maksudnya adalah Arab dalam wajah mereka saat ini, yang gemar membid'ahkan, mensyirikkan, hingga membunuh. Tentu saja "Arab" di sini tidak general. Dan bagian pihak kedua ini tetap memuliakan Ulama Arab seperti Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki. Jadi perdebatan antara mereka ini beda sudut pandang.

Dijelaskan dalam sebuah Hadis:

ﻭَﺧَﻠَﻖَ اﻟْﺨَﻠْﻖَ ﻓَﺎﺧْﺘَﺎﺭَ ﻣِﻦَ اﻟْﺨَﻠْﻖِ ﺑَﻨِﻲ ﺁﺩَﻡَ، ﻭَاﺧْﺘَﺎﺭَ ﻣِﻦْ ﺑَﻨِﻲ ﺁﺩَﻡَ اَﻟْﻌَﺮَﺏَ، ﻭَاﺧْﺘَﺎﺭَ ﻣِﻦَ اﻟْﻌَﺮَﺏِ ﻣُﻀَﺮَ، ﻭَاﺧْﺘَﺎﺭَ ﻣِﻦْ ﻣُﻀَﺮَ ﻗُﺮَﻳْﺸًﺎ، ﻭَاﺧْﺘَﺎﺭَ ﻣِﻦْ ﻗُﺮَﻳْﺶٍ ﺑَﻨِﻲ ﻫَﺎﺷِﻢ، ﻭَاﺧْﺘَﺎﺭَﻧِﻲْ ﻣِﻦْ ﺑَﻨِﻲْ ﻫَﺎﺷِﻢ

"Allah menciptakan seluruh makhluk, kemudian Allah memilih keturunan Adam (manusia), lalu Allah memilih Bangsa Arab, kemudian memilih Suku Mudlar, lalu memilih Kabilah Quraisy, lalu Bani Hasyim, kemudian Allah memilihku." (HR. Thabrani dan Baihaqi. Al-Hafidz Al-Haitsami berkata: Di dalam sanadnya terdapat perawi Hammad bin Waqid, ia dhaif namun mu'tabar)

Meskipun Hadis yang menyebutkan teks Arab di atas dhaif, namun diperkuat dengan Hadis yang hampir sama:

ﻭَاﺛِﻠَﺔُ ﺑْﻦُ اﻷَﺳْﻘَﻊْ، ﻳَﻘُﻮْﻝُ: ﺳَﻤِﻌْﺖُ ﺭَﺳُﻮْﻝُ اﻟﻠﻪ ﺻَﻠَّﻰ اﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻳَﻘُﻮْﻝُ: ﺇِﻥَّ اﻟﻠﻪَ اﺻْﻄَﻔَﻰ ﻛِﻨَﺎﻧَﺔَ ﻣِﻦْ ﻭَﻟَﺪِ ﺇِﺳْﻤَﺎﻋِﻴْﻞَ، ﻭَاﺻْﻄَﻔَﻰ ﻗُﺮَﻳْﺸًﺎ ﻣِﻦْ ﻛِﻨَﺎﻧَﺔَ، ﻭَاﺻْﻄَﻔَﻰ ﻣِﻦْ ﻗُﺮَﻳْﺶٍ ﺑَﻨِﻲ ﻫَﺎﺷِﻢْ، ﻭَاﺻْﻄَﻔَﺎﻧِﻲ ﻣِﻦْ ﺑَﻨِﻲ ﻫَﺎﺷِﻢ

"Watsilah mendengar Rasulullah SAW bersabda: "Allah telah memilih Kinanah dari anak keturunan Ismail, lalu Allah memilih Kabilah Quraisy, kemudian Allah memilih Bani Hasyim, lalu Allah memilihku." (HR. Muslim)

Dan sudah maklum, keturunan Nabi Ismail adalah bagian dari Bangsa Arab. Tetapi, kemudian ada dalil tentang kesetaraan manusia. Dalam rangkaian haji wada' Rasulullah SAW bersabda:

ﻳَﺎ ﺃَﻳُّﻬَﺎ اﻟﻨَّﺎﺱُ، ﺇِﻥَّ ﺭَﺑَّﻜُﻢْ ﻭَاﺣِﺪٌ ﻭَﺃَﺑَﺎﻛُﻢْ ﻭَاﺣِﺪٌ، ﺃَﻻ ﻻ ﻓَﻀْﻞَ ﻟِﻌَﺮَﺑِﻲٍّ ﻋَﻠَﻰ ﻋَﺠَﻤِﻲٍّ، ﻭَﻻ ﻟِﻌَﺠَﻤِﻲٍّ ﻋَﻠَﻰ ﻋَﺮَﺑِﻲٍّ، ﻭَﻻ ﺃَﺳْﻮَﺩَ ﻋَﻠَﻰ ﺃَﺣْﻤَﺮَ، ﻭَﻻ ﺃَﺣْﻤَﺮَ ﻋَﻠَﻰ ﺃَﺳْﻮَﺩَ ﺇِﻻ ﺑِﺎﻟﺘَّﻘْﻮَﻯ، ﺃَﺑَﻠَﻐْﺖُ؟

"Wahai manusia, sungguh Tuhan kalian hanya satu, bapak kalian juga satu. Ketahuilah, tidak ada keutamaan bagi orang Arab atas orang Ajami. Juga orang Ajami tidak lebih utama dari orang Arab. Orang hitam tidak lebih utama dari pada orang warna merah, dan sebaliknya. Kecuali dengan takwa. Apakah aku sudah menyampaikan Wahyu?" (HR. Ahmad)

Hadis lainnya adalah sabda Rasulullah SAW kepada Abu Dzar:

اُﻧْﻈُﺮْ ﻓَﺈِﻧَّﻚَ ﻟَﺴْﺖَ ﺑِﺨَﻴْﺮٍ ﻣِﻦْ ﺃَﺣْﻤَﺮَ ﻭَﻻَ ﺃَﺳْﻮَﺩَ ﺇِﻻ ﺃَﻥْ ﺗَﻔْﻀُﻠَﻪُ ﺑِﺘَﻘْﻮَﻯ

"Perhatikanlah, engkau tidak lebih baik dari pada orang yang berkulit merah atau hitam. Kecuali engkau mengunggulinya dengan takwa." (HR. Ahmad)

Ketika menjelaskan (syarah) dari hadis yang senada di atas, ahli hadis dari Mesir, Syaikh Al-Munawi berkata:

ﻭَاﻟﺘَّﻘْﻮَﻯ ﻏَﻴْﺐٌ ﻋَﻨَّﺎ ﺇِﺫْ ﻣَﺤَﻠُّﻬَﺎ اﻟْﻘَﻠْﺐُ ﻓَﻼ ﻳَﺠُﻮْﺯُ ﻟِﻠْﻤُﺘَّﻘِﻲ ﺃَﻥْ ﻳُﺤْﻘِﺮَ ﻣُﺴْﻠِﻤًﺎ ﻭَﻛَﻴْﻒَ ﻳَﺤْﺘَﻘِﺮُﻩُ ﻭَﻫَﻮُ ﻻ ﻳَﻌْﻠَﻢُ اﻟْﺨَﺎﺗِﻤَﺔَ ﻟِﻨَﻔْﺴِﻪِ ﻭَﻻ ﻟَﻪُ؟ ﻭَﻧَﺒَّﻪُ ﺑِﺎﻷُﺧُﻮَّﺓِ ﻋَﻠَﻰ اﻟْﻤُﺴَﺎﻭَاﺓِ ﻭَﺃَﻥْ ﻻ ﻳَﺮَﻯ ﺃَﺣَﺪٌ ﻟِﻨَﻔْﺴِﻪِ ﻋَﻠَﻰ ﺃَﺣَﺪٍ ﻣِﻦَ اﻟْﻤُﺴْﻠِﻤِﻴْﻦَ ﻓَﻀْﻼً ﺇِﺫَ ﻳَﻠْﺰَﻡُ ﻣِﻨْﻪ ُﻗَﻄْﻊُ ﻭَﺻِﻠَﺔِ اﻷُﺧُﻮَّﺓِ اﻟْﻤَﺄْﻣُﻮْﺭِ ﺑِﻬَﺎ

"Ketakwaan tidak terlihat dari kita, sebab tempatnya di hati. Maka tidak boleh bagi orang yang bertakwa merendahkan orang Islam. Bagaimana mungkin dia menghina Muslim lain sementara dia tidak tahu akhir hidupnya? Nabi mengingatkan persaudaraan secara setara dan tidak melihat dirinya memiliki keistimewaan di atas Muslim lain. Sebab hal itu menyebabkan terputusnya persaudaraan yang diperintahkan." (Syaikh Al-Munawi, Faidhul Qadir, juz. 6, hlm. 271)

Kesimpulan yang bisa dipetik dari segi dalil menunjukkan, bahwa Allah memang memberi keunggulan pada golongan tertentu. Di dalam Al-Qur'an misalnya dijelaskan:

يٰبَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَ اذْكُرُوْا نِعْمَتِيَ الَّتِيْٓ اَنْعَمْتُ عَلَيْكُمْ وَاَنِّيْ فَضَّلْتُكُمْ عَلَى الْعٰلَمِيْنَ

"Hai Bani Israil, ingatlah akan nikmat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepadamu dan (ingatlah pula) bahwasanya Aku telah melebihkan kamu atas segala umat."  (QS. Al-Baqarah: 47)

Meski "Bangsa Yahudi" diberi keunggulan, namun bukan serta merta menjadi bangsa yang terbaik, justru banyak disebut dalam Al-Qur'an kemurkaan Allah kepada mereka karena membunuh para Nabi, memakan riba, kemungkaran dibiarkan dan seterusnya.

Demikian pula, bisa dipahami untuk mengamati umat Rasulullah SAW, ada beberapa Hadis yang menyebut keutamaan bangsa atau kabilah, seperti Arab, Yaman, Syam dan lainnya. Namun keunggulan tersebut tidak serta merta menjadikan mereka orang terbaik sisi Allah, melainkan dengan takwanya.

Allah SWT berfirman:

إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

“… Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”

Jika ada ulama dari negeri Arab ditunjang dengan keilmuan dan akhlak, maka luar biasa kita tahu sendiri kemuliaannya. Dan tentu patut sekali untuk dihormati. 

Saya yang lahir di negeri ini, di Indonesia tetap mencintai tanah air kelahiran saya. Namun juga saya mencintai bangsa di mana Nabi kami diutus, menerima wahyu dan dikebumikan bersama para sahabat dan ulama-ulama Islam. Juga, saya tidak pernah membenci atau merendahkan Muslim dari negeri yang lain. []


Catatan: Tulisan ini telah terbit pada tanggal 21 Juli 2018. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan dan penyelarasan bahasa.

___________

Penulis: Ustadz Ma’ruf Khozin

Editor: Hakim