Tetaplah Menjaga Persaudaraan!

 
Tetaplah Menjaga Persaudaraan!
Sumber Gambar: Pinterest, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Nabi Muhammad SAW memang pernah melakukan peperangan, mengangkat senjata dan menjadi panglima perang. Namun pihak yang diperangi oleh nabi bukanlah setiap orang yang berbeda agama. Kriteria pihak yang diperangi dijelaskan dalam Al-Mumtahanah ayat 9, yakni berikut ini:

اِنَّمَا يَنْهٰىكُمُ اللّٰهُ عَنِ الَّذِيْنَ قَاتَلُوْكُمْ فِى الدِّيْنِ وَاَخْرَجُوْكُمْ مِّنْ دِيَارِكُمْ وَظَاهَرُوْا عَلٰٓى اِخْرَاجِكُمْ اَنْ تَوَلَّوْهُمْۚ وَمَنْ يَّتَوَلَّهُمْ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الظّٰلِمُوْنَ

“Sesungguhnya Allah hanya melarangmu (berteman akrab) dengan orang-orang yang memerangimu dalam urusan agama,  mengusirmu dari kampung halamanmu, dan membantu (orang lain) dalam mengusirmu. Siapa yang menjadikan mereka sebagai teman akrab, mereka itulah orang-orang yang zalim.”

Dari ayat tersebut, kita tahu kriteria pihak-pihak yang diperangi, yakni (1) orang-orang yang memerangi karena agama (2) orang-orang yang mengusir kita dari tanah air kita, dan (3) orang yang membantu (orang lain) untuk mengusir kita atau orang yang bersekongkol dengan musuh.

Sementara mereka yang tidak memerangi umat Islam dalam negeri yang damai, oleh para kyai-kyai dianggap saudara. Saudara apakah yang dimaksud? Saudara dalam satu bangsa dan saudara sesama manusia. Lalu mana dalilnya?

Memang, tidak dijelaskan secara tekstual masalah ini dalam Al-Qur'an maupun Hadis, namun dengan mengambil riwayat dari para ulama. Sehingga sudah barang tentu akan menimbulkan perbedaan pendapat di antara kita.

Ada beberapa ayat di dalam Al-Qur'an tentang keadaan sebuah kaum atau bangsa yang belum beriman, lalu Allah mengutus seorang rasul kepada mereka, ternyata Allah menyebut rasul ini sebagai saudara mereka, tentu bukan saudara dalam agama dan keimanan.

Ayat tentang Nabi Hud AS

وَإِلَىٰ عَادٍ أَخَاهُمْ هُودًا ۗ قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُم مِّنْ إِلَٰهٍ غَيْرُهُ ۚ أَفَلَا تَتَّقُونَ

"Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum 'Aad saudara mereka, Hud. Ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain dari-Nya. Maka mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya?" (QS. Al-A'raf: 65)

Ayat tentang Nabi Sholeh AS

وَإِلَىٰ ثَمُودَ أَخَاهُمْ صَالِحًا ۗ قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُم مِّنْ إِلَٰهٍ غَيْرُهُ ۖ

"Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum Tsamud saudara mereka Shaleh. Ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya...." (QS. Al-A'raf: 73)

Ayat tentang Nabi Syu'aib AS

وَإِلَىٰ مَدْيَنَ أَخَاهُمْ شُعَيْبًا ۚ قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُم مِّنْ إِلَٰهٍ غَيْرُهُ ۖ

"Dan (Kami telah mengutus) kepada penduduk Madyan saudara mereka, Syu'aib. Ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya...." (QS. Al-A'raf: 85)

Nabi Sholeh, Nabi Hud dan Nabi Syuaib oleh Allah SWT disebut sebagai "saudara" atas kaumnya. Saudara seiman? Tentu bukan. Berikut penjelasannya menurut pendapat para ulama ahli tafsir:

Imam Al-Qurthubi

(وَإِلَىٰ عَادٍ أَخَاهُمْ هُوداً) أَيْ وَأَرْسَلْنَا إِلَى عَادٍ أَخَاهُمْ هُوْدًا. قَالَ اِبْنُ عَبَّاسٍ: أي ٱبْنُ أَبِيْهِمْ. وَقِيْلَ: أَخَاهُمْ فِي الْقَبِيْلَةِ. وَقِيْلَ: أَيْ بَشَرًا مِنْ بَنِي أَبِيْهِمْ آدَمَ

"Yakni kami utus kepada 'Ad saudara mereka, Hud. Ibnu Abbas berkata: "Yakni anaknya bapak mereka". Ada yang mengatakan: "Saudara dalam Kabilah (sekarang bangsa)". Ada pula yang mengatakan: "Maksud saudara adalah sesama manusia dari keturunan Adam." (Tafsir Al-Qurthubi, juz 7, hlm. 235)

Imam As-Suyuthi

ﺃَﺧْﺮَﺝَ ﺃَﺑُﻮ اﻟﺸَّﻴْﺦِ ﻋَﻦْ ﻣُﻄَﻠِّﺐِ ﺑْﻦِ ﺯِﻳَﺎﺩَﺓٍ ﻗَﺎﻝَ: ﺳَﺄَﻟْﺖُ ﻋَﺒْﺪَ اﻟﻠﻪ ﺑْﻦَ ﺃَﺑِﻲْ ﻟَﻴْﻠَﻰ ﻋَﻦِ اﻟْﻴَﻬُﻮْﺩِﻱِّ ﻭَاﻟﻨَّﺼَﺮَاﻧِﻲِّ ﻳُﻘََﺎﻝُ ﻟَﻪُ ﺃَﺥٌ ﻗَﺎﻝَ: اَﻷﺥُ ﻓِﻲ اﻟﺪَّاﺭِ اَﻻ ﺗَﺮَﻯ ﺇِﻟَﻰ ﻗَﻮْﻝِ اﻟﻠﻪِ (ﻭَﺇِﻟَﻰ ﺛَﻤُﻮْﺩَ ﺃَﺧَﺎﻫُﻢْ ﺻَﺎﻟِﺤًﺎ)

"Abu Syaikh meriwayatkan dari Mutallib bin Ziyadah bahwa ia bertanya kepada Abdullah bin Abi Laila tentang Yahudi dan Nasrani yang dikatakan sebagai saudara. Abdullah bin Abi Laila menjawab: "Yaitu saudara dalam satu negeri. Tidakkah kau lihat firman Allah: "Kami utus kepada Tsamud saudara mereka, Nabi Sholeh." (Tafsir Ad-Durr Al-Mantsur, juz 3, hlm. 489)

Kaum 'Ad, kaum Tsamud dan kaum Madyan saat itu belum beriman, namun Allah menyebut "saudara" mereka ada yang diutus menjadi Nabi. Menurut sebagian ulama ahli tafsir bahwa saudara tersebut adalah "Akhun fil Qabilah" dan "Akhun fid Dar" yang kita terjemahkan hari ini sebagai saudara sebangsa. Jadi, pesan intinya adalah tentang saudara yang hakikatnya kita dengan yang lainnya adalah saudara. Karena itu, tidak sepatutnya ada pertikaian yang berarti, apalagi di antara saudara seiman. Tetaplah menjaga persaudaraan, bagaimanapun keadaanya! []


Catatan: Tulisan ini telah terbit pada tanggal 23 September 2018. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan dan penyelarasan bahasa.

___________

Penulis: Ustadz Ma'ruf Khozin

Editor: Hakim