Keteguhan Hati Habib Anis Al-Habsyi Solo

 
Keteguhan Hati Habib Anis Al-Habsyi Solo
Sumber Gambar: Istimewa, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Habib Anis lahir pada tanggal 5 Mei 1928, di Garut Jawa Barat. Beliau wafat pada hari Senin, tanggal 6 November 2006 atau bertepatan dengan tanggal 14 Syawal 1427 H, pukul 12.55 WIB. Jenazah beliau dimakamkan di sebelah makam ayahnya, yang terletak di sisi selatan Masjid Riyadh.

Habib Anis merupakan putra dari Habib Alwi bin Ali Al-Habsyi dan cucu dari Al-Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi (Shohibul Maulid Simtuddurar) yang hijrah dari Hadramaut Yaman ke Indonesia untuk berdakwah. Sedangkan ibunya bernama Khadijah.

Ketika beliau berumur 9 tahun, keluarganya beliau pindah ke Solo, sampai akhirnya menetap di kampung Gurawan, Pasar Kliwon Solo. Di daerah inilah kemudian aktifitas dakwah ayahnya berlangsung, dan diterima oleh banyak masyarakat.

Berbicara mengenai Habis Anis ini, kita akan menemukan semacam oase yang sangat menyejukkan di tengah-tengah kegersangan akhlak. Banyak nasihat yang sangat menyejukkan, tidak hanya dari perkataan, bahkan aktifitaskan atau tindak lakunya mencerminkan sebuah nasihat bagi siapapun. Beliau terkenal dengan julukan The Smiling Habib, saking seringnya beliau tersenyum setiap bertemu dengan siapapun.

Banyak nasihat atau pesan-pesan singkat Habib Anis Al-Habsyi yang sangat menyejukkan, di antaranya adalah berikut ini:

"Selalu Senyumlah dan bersikap optimis pada siapa saja."

إنَّ التَّبسُّــــمَ سُـــــنَّـةٌ نبــــويَّـةٌ فــعَلامَ مِــنكَ الـثَّـغرُ لا يَتبسَّمُ

"Sesungguhnya senyum adalah sunnah Para Nabi. Maka untuk apa engkau punya mulut yang tidak tersenyum?"

وكذا التَّفاؤلُ ســـنَّـةٌ فـي ديـننا فعَـلامَ منكَ الشُّـــؤم إذْ تَـتَـكلَّمُ

"Begitu juga sifat optimis, adalah sunnah di agama kami. Maka kenapa engkau bernasib malang jika engkau berbicara?"

الفألُ يُذهِبُ عن فـؤادكَ هـمَّـهُ فاصْحَبـهُ دومًا إنَّــهُ لكَ بلسَـــمُ

"Adapun sifat optimis akan menghilangkan dari hatimu kepada kesusahan. Maka jadikan sifat optimis selamanya, sesungguhnya itu akan menjadi penghangat bagimu."

هو حسنُ ظنٍّ بالإله.. فكيف لا يَهوَى التَّفَاؤلَ في الحياة الـمُسْلِمُ

"Adapun optimis adalah berprasangka baik dengan Allah SWT. Maka bagaimana tidak akan cenderung kepada sifat optimis dikehidupan orang muslim."

Andaikan di antara kita ada yang pernah memandang Habib Anis, niscaya dalam hati kita akan meyakini bahwa beliaulah hamba Allah yang sangat istiqomah dalam menapaki jejak datuk-datuknya sampai kepada Rasulullah SAW.

Ada sejumlah kisah mengagumkan yang diriwayatkan oleh para habaib dan ulama mengenai beliau. Berikut di antara kisah yang membuktikan bagaimana keteguhan hati Habib Anis dalam menyikapi problematika kehidupan.

Masyhur diketahui bahwa Habib Anis Al-Habsyi, selain membimbing umat di Masjid Riyadh, beliau juga punya usaha, yaitu pabrik kain batik di dekat rumahnya, daerah Gurawan. Suatu hari, pabrik itu terbakar, kemudian banyak orang yang bingung dan berteriak seraya bilang, "Wahai Habib toko antum terbakar." Dengan tersenyum beliau lantas menjawab, "Iya saya lihat."

Tidak lama kemudian ada salah seorang penjual lontong dan sate ayam yang baru keluar dari rumahnya hendak berjualan, namun Habib Anis langsung memanggilnya dan berkata, "Lontong dan sate ayam dagangan kamu saya borong semuanya, untuk disantap masyarakat sekitar yang sudah membantu memadamkan api."

Masyarakat (saat itu banyak yang belum tahu tentang Habib) menjadi bingung, karena dilihat orang ini kok terkena musibah hanya tersenyum bahkan menraktir segitu banyaknya orang yang membantu memadamkan api supaya tidak merembet ke rumah-rumah di sekitar pabrik. Luar biasa nian sikap keteguhan hati beliau yang bersandar kepada Allah SWT. 

Ada dua hal yang menunjukkan keteguhan hati beliau, bisa bersabar di awal musibah, dan berderma ketika dalam keadaan susah. Hal seperti ini tentu sangat berat dilakukan oleh kebanyakan orang pada umumnya, kecuali oleh orang yang sudah tertancap dalam hatinya kecintaan kepada Allah SWT dan meletakkan dunia hanya di tangannya saja, dan bukan di hatinya. Al-Fatihah. []


Catatan: Tulisan ini telah terbit pada tanggal 25 September 2018. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan dan penyelarasan bahasa.

___________

Editor: Hakim