Kejayaan Peradaban Islam Bukan Karena Cinta Dunia

 
Kejayaan Peradaban Islam Bukan Karena Cinta Dunia
Sumber Gambar: flickr.com, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Zaman dahulu, selama 700 Hijriyah awal adalah masa kejayaan Islam. Pada masa 800 Hijriyah mulai dirasa sebagai "kemunduran" peradaban Islam.

Sejak 1400 Hijriyah (sekitar tahun 1980 M) setelah melewati separuh kedua, didengungkanlah masa mengembalikan kejayaan peradaban Islam. Ada yang membawa Hadis tentang umat Islam ini banyak namun seperti buih, karena cinta dunia dan terkena penyakit wahn atau takut mati, sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud.

Saya sangat menghargai upaya sejumlah ormas Islam di berbagai negara dengan beragam jalan yang ditempuh, berupa slogan, jihad dengan makna yang lebih luas, dan sebagainya. Namun, saya meyakini peradaban Islam yang dahulu diraih oleh umat Islam adalah mereka yang memiliki keunggulan secara pribadi.

Coba terlebih dahulu kita melihat ke dalam diri kita sudahkah melakukan seperti dua sahabat terbaik dalam riwayat berikut ini,

قَالَ ﻋُﻤَﺮُ ﺑْﻦُ اﻟْﺨَﻄَّﺎﺏِ ﺃَﻣَﺮَﻧَﺎ ﺭَﺳُﻮْﻝُ اﻟﻠﻪِ ﺻَﻠَّﻰ اﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﺃَﻥْ ﻧَﺘَﺼَﺪَّﻕَ ﻓَﻮَاﻓَﻖَ ﺫَﻟِﻚَ ﻋِﻨْﺪِﻱْ ﻣَﺎلًا ﻓَﻘُﻠْﺖُ: اَﻟْﻴَﻮْﻡَ ﺃَﺳْﺒِﻖُ ﺃَﺑَﺎ ﺑَﻜْﺮٍ ﺇِﻥْ ﺳَﺒَﻘْﺘُﻪُ ﻳَﻮْﻣًﺎ، ﻗَﺎﻝَ: ﻓَﺠِﺌْﺖُ ﺑِﻨِﺼْﻒِ ﻣَﺎﻟِﻲ، ﻓَﻘَﺎﻝَ ﺭَﺳُﻮْﻝُ اﻟﻠﻪِ ﺻَﻠَّﻰ اﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ: ﻣَﺎ ﺃَﺑْﻘَﻴْﺖَ لِأَﻫْﻠِﻚَ؟ ﻗُﻠْﺖُ: ﻣِﺜْﻠَﻪُ

"Umar bin Khattab berkata bahwa Rasulullah SAW memerintahkan kami untuk bersedekah. Saya pun mengeluarkan harta saya. Saya berguman, 'Hari ini aku kalahkan Abu Bakar. Aku sedekahkan separuh hartaku'. Rasulullah SAW lalu bertanya, 'Apa yang kau sisakan untuk keluargamu?' Saya jawab: 'Sama seperti ini'."

ﻭَﺃَﺗَﻰ ﺃَﺑُﻮْ ﺑَﻜْﺮٍ ﺑِﻜُﻞِّ ﻣَﺎ ﻋِﻨْﺪَﻩُ، ﻓَﻘَﺎﻝَ: ﻳَﺎ ﺃَﺑَﺎ ﺑَﻜْﺮٍ ﻣَﺎ ﺃَﺑْﻘَﻴْﺖَ لِاَﻫْﻠِﻚَ؟ ﻗَﺎﻝَ ﺃَﺑْﻘَﻴْﺖُ ﻟَﻬُﻢُ اﻟﻠﻪَ ﻭَﺭَﺳُﻮْﻟَﻪُ، ﻗُﻠْﺖُ: لَا ﺃَﺳْﺒِﻘُﻪُ ﺇِﻟَﻰ ﺷَﻲْءٍ ﺃَﺑَﺪًا.

"Abu Bakar datang dengan membawa seluruh hartanya. Rasulullah bertanya: "Apa yang kau sisakan untuk keluargamu?" Abu Bakar menjawab: "Yang kusisakan hanya Allah dan Rasul-Nya". Umar berkata: "Aku tak bisa mengalahkan Abu Bakar sedikitpun, selamanya" (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)

Kadang kita jumpai ada orang berani mati tapi takut miskin. Buktinya ketika bersedekah, yang dikeluarkan ke kotak infaq adalah uang dengan nominal yang paling rendah, sementara dalam memenuhi keinginan belanja terkadang tidak pernah memperhitungkannya sama sekali.

Padahal "kejayaan Islam" telah disabdakan oleh Rasulullah SAW:

صَلَاﺡُ ﺃَﻭَّﻝِ ﻫَﺬِﻩِ الْأُﻣَّﺔِ ﺑِﺎﻟﺰُّﻫْﺪِ ﻭَاﻟْﻴَﻘِﻴْﻦِ ﻭَﻳَﻬْﻠِﻚُ ﺁﺧِﺮُﻫَﺎ ﺑِﺎﻟْﺒُﺨْﻞِ ﻭَالْأَﻣَﻞِ

"Kejayaan generasi awal umat ini adalah dengan zuhud (tidak menjadi hamba harta) dan keyakinan. Dan kehancuran generasi akhir umat ini adalah pelit dan angan-angan panjang." (HR. Ahmad).

Jadi, kalau kita berbicara tentang peradaban Islam, maka tidak bisa dilepaskan dari kualitas kepribadian orang Muslim itu sendiri. Tidak bisa hanya dilihat dari sekadar pencapaian duniawi belaka, melainkan juga tentang pembentukan kepribadian yang unggul secara spiritual. []


Catatan: Tulisan ini telah terbit pada tanggal 14 Desember 2018. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan dan penyelarasan bahasa.

Penulis: Ustadz Ma'ruf Khozin

Editor: Hakim