Resolusi Jihad Nahdlatul Ulama adalah Sebuah Komitmen dalam Memperjuangkan dan Mempertahankan Keutuhan NKRI

 
Resolusi Jihad Nahdlatul Ulama adalah Sebuah Komitmen dalam Memperjuangkan dan Mempertahankan Keutuhan NKRI
Sumber Gambar: Istimewa, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Dakwah Nahdlatul Ulama (NU) untuk menghimpun kekuatan melawan penjajahan Belanda merupakan bagian dari perjuangan NU untuk mempertahankan ideologi agama. Sedangkan nasionalisme yang ditanamkan menjadi wujud nyata cinta Tanah Air (Hubbul Wathon Minal Iman). Bagi NU, mengusir kaum penjajah merupakan anjuran agama yang wajib dijalankan.

Hukum tersebut sudah menjadi keputusan para kyai NU, yang akhirnya melahirkan “Resolusi Jihad”. Resolusi ini menjadi pegangan ampuh para pasukan santri yang tergabung dalam Laskar Ḥizbullah maupun Laskar Sabilillah.

Demikian juga pandangan NU yang lain, bahwa prinsip-prinsip kesetaraan, keadilan, membuang segala bentuk eksploitasi dan penjajahan, merupakan spirit NU untuk menjaga konsistensi kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia, memperkokoh integritas Bangsa dan Negara.

Dengan pendekatan sejarah, kita bisa menguak peran dan kontribusi NU dalam melawan penjajahan Belanda, merebut kemerdekaan serta mempertahankan kedaulatan Bangsa dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Nahdlatul Ulama (NU) yang pertama kali di pimpin oleh seorang Rais Akbar Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy'ari sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kebangsaan, nasionalisme yang berdasar atas syariat Islam ala Ahlussunnah wal Jama’ah. Sebagaimana diketahui, bahwa sebelum Indonesia merdeka, para pemuda di berbagai daerah mendirikan organisasi bersifat kedaerahan, seperti Jong Cilebes, Pemuda Betawi, Jong Java, Jong Ambon, Jong Sumatera, dan sebagainya, akan tetapi berbeda dengan para kyai yang bersatu mendirikan NU dan mendirikan organisasi pemuda bersifat nasionalis yang menyatukan.

Dari rahim NU juga lahir laskar-laskar perjuangan fisik, di kalangan pemuda muncul Laskar Hizbullah (Tentara Allah) dengan panglimanya KH. Zainul Arifin seorang pemuda kelahiran Barus Sumatera Utara 1909, dan di kalangan orang tua ada Laskar Sabilillah (Jalan menuju Allah) yang di komando oleh KH. Masykur.

Perjuangan jihad para laskar Nahdlatul Ulama (NU) dalam mengusir penjajah Belanda sebenarnya adalah tuntunan ajaran agama Islam yang harus dilaksanakan setiap umat-Nya sebagai bentuk manifestasi dari rasa syukur kepada Allah SWT.

Jihad yang dilakukan oleh laskar-laskar Nahdlatul Ulama (NU) ialah jihad membela Tanah Air. Sebuah bentuk cinta Tanah Air (Hubbul Wathon Minal Iman) yang kemudian dimaknai sebagai jihad fi sabilillah. Karena, sekali lagi perlu ditegaskan bahwa upaya mempertahankan dan menegakkan Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam pandangan hukum Islam merupakan bagian dari kewajiban agama yang harus dijalankan umat Islam.

Jihad sebagai satu amalan besar dan penting dalam Islam dengan berbagai keutamaannya, tentu menjadi kewajiban seorang muslim untuk melaksanakanya bila suatu saat diserang oleh orang kafir. Perjuangan yang dilakukan oleh Nahdlatul Ulama dengan upaya yang kuat menggerakan para ulama, santri dan umatnya untuk bangkit menghimpun kekuatan melawan penejajah Belanda yang merupakan orang kafir itu menjadi bukti sejarah yang tidak dapat dipungkiri.

Bahkan jika dilihat ke belakang lagi, bahwa menurut hitungan rasional, bisa jadi kemerdekaan Negara Indonesia ini tidak akan pernah terwujud, mengingat rakyat Indonesia pada saat itu merupakan rakyat yang miskin, serba kekurangan, untuk makan saja masih sulit akibat kejamnya penjajahan, demikian juga minimnya persenjataan yang dimiliki oleh pasukan dan relawan pejuang rakyat kita, apabila dibandingkan dengan persenjataan yang dimiliki oleh penjajah Belanda.

Tetapi berkat motivasi para ulama, khususnya adalah para ulama NU yang berupaya mentransformasi gerakan-gerakan yang bersifat spontanitas secara mekanik atau organik dari doa dan wirid-wirid, bisa berupa asma’, hizib, dzikir, shalawat dan lain sebagainya, menjadi sebuah sugesti besar untuk bersatu menjadi kekuatan besar melawan penjajah. Dan dari semua itu, maka perjuangan para ulama dan segenap pejuang lainnya bisa mengantarkan pada gerbang kemerdekaan yang seutuhnya. Karena itu pula, maka para pendiri bangsa bersepakat menyatakan dengan tegas bahwa kemerdekaan Indonesia itu tidak lain adalah atas berkat dan rahmat Allah SWT.

Prinsip Nahdlatul Ulama (NU) terkait dengan menjaga kedaulatan Bangsa Indonesia dan menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia terus didengungkan untuk memupuk persatuan di tengah masyarakat yang mejemuk ini. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan selalu menanamkan sikap menghargai perbedaan lewat komunikasi yang baik, mengedepankan dialog yang selalu mengarah pada kesepakatan dalam mempertahankan kedaulatan Bangsa dan Negara Indonesia.

Dalam situasi apapun, NU dan para jamaahnya, para kyai, para santri, semuanya merasa perlu untuk selalu komitmen dan konsisten dalam meneguhkan kembali semangat kebangsaan Indonesia dengan menyatakan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan bentuk final dari sistem kebangsaan di negara ini. []


Catatan: Tulisan ini telah terbit pada tanggal 19 Desember 2018. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan dan penyelarasan bahasa.

___________

Penulis: Amin Farih 

Editor: Hakim