Biografi Sultan Trenggana (Sultan Demak Bintoro ke-3)

 
Biografi Sultan Trenggana (Sultan Demak Bintoro ke-3)

Daftar Isi

1.  Riwayat Hidup dan Keluarga

1.1  Lahir
1.2  Riwayat Keluarga Sultan Trenggana
1.3  Nasab Sultan Trenggana
1.4  Wafat

2.  Sanad Ilmu dan Pendidikan Sultan Trenggana  

2.1  Guru-guru Sultan Trenggana

3.  Penerus Sultan Trenggana

3.1  Anak-Anak Sultan Trenggana

4.  Perjalanan Hidup dan Dakwah Sultan Trenggana

5.  Keteladanan Sultan Trenggana

6.  Referensi

 

1   Riwayat Hidup dan Keluarga

1.1 Lahir

Sultan Trenggana lahir sekitar tahun 1483. Beliau adalah putra dari Raden Patah (Pendiri Kesultanan Demak) dan ibunya adalah Putri dari Sunan Ampel yang bernama Dewi Murtasimah atau Asyiqah atau Solekha dari Maloka.

1.2 Riwayat Keluarga Sultan Trenggana 

Permaisuri Sultan Trenggana ada2, yaitu putri kyai Ageng Malaka dan putri Sunan Kalijaga.
Putra-putri Sultan Trenggana ialah :

  1. Panembahan Mangkurat
  2. Pangeran Haryo Bagus/Raden  bagus Mukmin /Sunan Prawoto
  3. Ratu Mas Pamantingan 
  4. Ratu Mas Kalinyamat
  5. Ratu Mas Kembang/Putri SekarAji
  6. Raden Mas Timur/Ratu Mas Arya Ing  Surabaya
  7. Ratu Mas Cempaka, menjadi permaisuri Sultan Hadi Wijaya.
  8. Panembahan Mas lng Madiun
  9. Ratu Mas Sekar Kedaton.

1.3 Nasab Sultan Trenggana 

Jika diambil dari garis keturunan Ayah beliau adalah cucu dari Prabu Brawijaya V Bhre Kertabhumi dengan silsilah sebagai berikut :

  1. Prabu Brawijaya V Bhre Kertabhumi
  2. Raden Patah
  3. Raden Trenggono

Jika diambil dari garis keturunan Ibu beliau adalah masih keturunan dari Rasulullah SAW, dengan Silsilah sebagai berikut :

  1. Nabi Muhammad Rasulullah SAW.
  2. Sayyidah Fathimah Az-Zahra/Ali bin Abi Thalib
  3. Al-Imam Al-Husain
  4. Al-Imam Ali Zainal Abidin
  5. Al-Imam Muhammad Al-Baqir
  6. Al-Imam Ja’far Shadiq
  7. Al-Imam Ali Al-Uraidhi
  8. Al-Imam Muhammad An-Naqib
  9. Al-Imam Isa Ar-Rumi
  10. Al-Imam Ahmad Al-Muhajir
  11. As-Sayyid Ubaidillah
  12. As-Sayyid Alwi
  13. As-Sayyid Muhammad
  14. As-Sayyid Alwi 
  15. As-Sayyid Ali Khali’ Qasam
  16. As-Sayyid Muhammad Shahib Mirbath
  17. As-Sayyid Alwi Ammil Faqih 
  18. As-Sayyid Abdul Malik Azmatkhan
  19. As-Sayyid Abdullah
  20. As-Sayyid Ahmad Jalaluddin
  21. As-Sayyid Husain Jamaluddin Al-Akbar/ Syekh Jumadil Kubro
  22. As-Sayyid Ibrahim Asmoroqondi
  23. As-Sayyid Ali Rahmatullah atau Sunan Ampel
  24. Dewi Murtasimah atau Asyiqah Istri Raden Patah
  25. Raden Trenggana

1.4 Wafat

Sultan Trenggana wafat pada tahun 1546. Dan dimakamkan disebelah Ayahanda beliau Raden Patah dan saudaranya Adipati Unus

2  Sanad Ilmu dan Pendidikan Sultan Trenggono

Beliau dibesarkan dan dididik oleh ayahanda Raden Patah

2.1 Guru-guru Sultan Trenggana

  1. Raden Patah
  2. Sunan Kalijaga

3  Penerus Sultan Trenggana

3.1 Anak-anak Syekh Sultan Trenggana

  1. Panembahan Mangkurat
  2. Pangeran Haryo Bagus/Raden  bagus Mukmin /Sunan Prawoto
  3. Ratu Mas Pamantingan 
  4. Ratu Mas Kalinyamat
  5. Ratu Mas Kembang/Putri SekarAji
  6. Raden Mas Timur/Ratu Mas Arya Ing  Surabaya
  7. Ratu Mas Cempaka, menjadi permaisuri Sultan Hadi Wijaya.
  8. Panembahan Mas lng Madiun
  9. Ratu Mas Sekar Kedaton.

4.  Perjalanan Hidup dan Dakwah Sultan Trenggana

Sultan Demak-Bintoro ke-2 Sultan Syah Alam Akbar II telah wafat dalam usia muda 28 tahun pada 1521 M, dan pemimpin pemerintahan digantikan adiknya bernama Raden Trenggana, sebagai sultan bergelar Sultan Demak-Bintoro Syah Alam Akbar IIL Sultan Trenggana memiliki semangat juang seperti Sultan Fatah ayahandanya serta pantang mundur dalam memegang amanat untuk memajukan Kasultanan Demak-Bintoro dalam menegakkan ajaran Islam di Nusantara. Karena memang saat tahun 1522 M, terdapat catatan bahwa masih banyak orang Jawa beragama Hindu di Majapahit walaupun penguasanya sudah runtuh.” Hal yang tidak berbeda juga terjadi di Jawa bagian barat yang masih dikuasai kerajaan Hindu Pajajaran. 

Di bawah kekuasaan Sultan Trenggana, seluruh negeri di Pulau Jawa telah bergabung dengan Kasultanan Demak-Bintoro. Para raja dari berbagai propinsi, dari Batam hingga Blambangan menyatakan ketundukannya. Pada masa pemerintahan Sultan Trenggana inilah, agama Islam telah berhasil ditanamkan dengan kuat di seluruh pulau Jawa. Masjid-masjid telah selesai dibangun dan perjanjian-perjanjian untuk membangun kerukunan dan perdamaian berhasil dibuat dengan raja-raja dari Kalimantan, Palembang, Bali, Singapura, Indragiri dan negeri-negeri lain di kepulauan ini. Sultan Trenggana diceritakan sebagai pemimpin yang pandai, baik dan berbudi luhur. la menetapkan dengan ketat untuk patuh pada hukum yang berlaku. Pada masa pemerintahannya disusun sebuah karya berjudul “Jaya Langkara”, yang berisi tentang prinsip-prinsip di dalam hukum dan aturan-aturan agama Islam yang digabungkan dengan perintah-perintah kuno di negeri ini, kemudian karya tersebut diajukan untuk mendapat persetujuan dari seluruh rakyatnya. Sultan Trenggana juga memerintahkan rakyatnya untuk mamatuhi perintah-perintah ajaran agama Islam, juga aturan-aturan dalam “Jaya Langkara”.

Sementara para petualang Portugis yang menguasai Malaka, semakin ingin memperluas wilayah kekuasaannya dengan menyerang Samudera Pasai, Seorang ulama terkemuka dari Samudera Pasai bernama Fatahillah, berhasil melarikan diri dan kepungan orang-orang Portugis dan memperoleh perlindungan di Demak. Sultan Trenggana bahkan menikahkan Fatahillah dengan adiknya sendiri, Pilihan Sultan Trenggana tidak salah, ternyata Fatahillah mampu melaksanakan tugas dari Kasultanan Demak Bintoro dengan bak Hal itu bisa dilihat ketika pasukan Portugis datang di Sunda Kelapa. pelabuhan utama kerajaan Pajajaran dan siap membangun bentengnya di Sunda Kelapa. Benteng ini didirikan sebagai realisasi perjaran pemberian ijin Ratu Pajajaran, 21 Agustus 1522 M kepada Portugis yang diwakili Enrique Leme.

Namun Fatahillah menggagalkan pembangunan benteng Portugis tahun 1527 M, dan Fatahillah berhasil menghalangi kemajuan perdagangan orang Portugis di wilayah kerajaan Pajajaran Jawa Barat, Banten dan Cirebon. Dan bahkan mengusir Portugis dari Jawa serta merebut Sunda Kelapa kemudian menggantinya dengan nama Jayakarta (sekarang jadi Jakarta), Dengan keberhasilan mengusir Portugis dari Sunda Kelapa, pasukan Sultan Trenggana juga masih mengkhawatirkan daerah dan bandar pantai utara Jawa berikutnya akan dikuasai Portugis. Maka selanjutnya pada tahun belakangnya Demak menundukkan Tuban, tahun 1528 M Wirasari (Grobogan) dikuasai dan tahun 1529 M daerah Madiun (sisa wilayah Jenggala, taklukan Majapahit) dapat dikuasainya pula. Tahun 1530 M Blora ditundukkan dan tahun 1531 M Surabaya masuk wilayah Kasultanan Demak. 

Tahun 1535 Pasuruan direbut, Pada 1541 M dan 1542 M para Adipati Lamongan, Blitar dan Wirasaba mengakui kekuasaan Demak. Pada tahun 1541 M Majapahit yang kratonnya sudah pindah di Kediri masih menjadi kota utama, sehingga selanjutnya tahun 1543 M_ gunung Penanggungan tempat prosesi ritual Hindu juga direbut termasuk Mamenang pada tahun 1544 M, keduanya kini ada dalam wilayah kabupaten Kediri. Pada tahun 1545 M Sengguruh di Malang dapat ditaklukkan. Mendez Pinto menjelaskan bahwa perebutan Pasuruan terjadi pada tahun 1546 Masehi, dibantu oleh Raja Sunda. Dalam upaya merebut Pasuruan, Raja Sunda berlayar dari pelabuhan Banten pada 5 Januari 1546, dan sampai di bulan yang sama tanggal 19 di kota Jepara. Di sana Raja Demak, Penguasa pulau Jawa, sedang mempersiapkan tentara infanteri sejumlah 800 ribu laki-laki. Raja demak merasa sangat senang dengan kedatangan Raja Sunda, yang juga merupakan saudara iparnya dan pengikutnya. 

Oleh karena itu, Raja Demak mengirimkan Raja Panaruca, seorang Laksamana Armada Laut, untuk menyambut Raja Sunda dengan 160 Calaluzes (Kapal Layar), 90 Lanchares (Kapal Dayung)), yang dipenuhi dengan Luffons dari pulau Kalimantan. Dengan semua barang bawaan ini, dia menemui Raja Sunda, yang menyambutnya dengan sopan dan disertai penghormatan sangat tinggi. Empat belas hari setelah Mendez Pinto sampai di kota Jepara, Raja Demak berlayar menuju kerajaan Pasuruan beserta iring-iringan seyumlah 2.700 armada. 1.000 di antara armada itu dilengkapi dengan layar tinggi, sisanya adalah kapal dengan dayung.” 

Inilah upaya Sultan Trenggana menaklukkan sisa-sisa kerajaan Mataram Kuno di pedalaman Jawa Tengah dan juga Singosari Jawa Timur bagian selatan Malang. Namun Panarukan dapat bertahan dari perluasan Sultan Trenggana.” Sedangkan Blambangan menjadi bagian dari kerajaan Bali yang tetap Hindu. Tahun 1546 M, Blambangan dapat dikuasai Kasultanan Demak. Kebesaran Kasultanan Demak Bintoro di masa Sultan Trenggana menjadikan wilayah Ngurawan, Japanan (Madura), Pacitan, Srengat, Banyuwangi, Jember, Majalangu, Ngijo, Pasirojo, Kamolan, Kaloran, Kebon Agung, Pajejegan, Kediri, Kadawung, Tarub, Trenggalek, Ngandong, Lodaya, Blitar, Panarukan, Pajirakan, Lumajang, Blabag, Sukasari, Bondowoso, Malang, Jeruksari, Pajirakan, Ponorogo, Tirto Loyo, Shalatiga, Bojonegoro, Buyut, Kedu, Parakan, Karang Bhret, Purwodadi, Baluwar, Bojong, Jipang, Pacal, Panolan, Ngrowo, Temanggung, Bahurena, Padangan, Wirosari, Puger, Musukan, Kamolan Pondok Cangkring masuk wilayah Kasultanan Demak.
 Pada tahun 1546 M, Sultan Trenggana memimpin sendiri ekspedisi militer untuk menundukkan Panarukan Jawa Timur yang tidak mau mengakui kekuasaan Kasultanan Demak. Namun dalam penyerangan ini Sultan Trenggana terluka parah dan meninggal dalam perjalanan pulang menuju ke Demak

5   Keteladanan Sultan Trenggana

Sultan Trenggana memiliki semangat juang seperti Sultan Fatah ayahandanya serta pantang mundur dalam memegang amanat untuk memajukan Kasultanan Demak-Bintoro dalam menegakkan ajaran Islam di Nusantara. Karena memang saat tahun 1522 M, terdapat catatan bahwa masih banyak orang Jawa beragama Hindu di Majapahit walaupun penguasanya sudah runtuh.” Hal yang tidak berbeda juga terjadi di Jawa bagian barat yang masih dikuasai kerajaan Hindu Pajajaran. 

Di bawah kekuasaan Sultan Trenggana, seluruh negeri di Pulau Jawa telah bergabung dengan Kasultanan Demak-Bintoro. Para raja dari berbagai propinsi, dari Batam hingga Blambangan menyatakan ketundukannya. Pada masa pemerintahan Sultan Trenggana inilah, agama Islam telah berhasil ditanamkan dengan kuat di seluruh pulau Jawa. Masjid-masjid telah selesai dibangun dan perjanjian-perjanjian untuk membangun kerukunan dan perdamaian berhasil dibuat dengan raja-raja dari Kalimantan, Palembang, Bali, Singapura, Indragiri dan negeri-negeri lain di kepulauan ini. Sultan Trenggana diceritakan sebagai pemimpin yang pandai, baik dan berbudi luhur. la menetapkan dengan ketat untuk patuh pada hukum yang berlaku. Pada masa pemerintahannya disusun sebuah karya berjudul “Jaya Langkara”, yang berisi tentang prinsip-prinsip di dalam hukum dan aturan-aturan agama Islam yang digabungkan dengan perintah-perintah kuno di negeri ini, kemudian karya tersebut diajukan untuk mendapat persetujuan dari seluruh rakyatnya. Sultan Trenggana juga memerintahkan rakyatnya untuk mematuhi perintah-perintah ajaran agama Islam, juga aturan-aturan dalam “Jaya Langkara”.

6   Referensi

  1. Buku Atlas Wali Songo, Agus Sunyoto,
  2. Buku Wali Songo: Rekonstruksi Sejarah yang Disingkirkan, Agus Sunyoto, Jakarta: Transpustaka, 2011
  3. Babad Wali Songo, Yudhi AW,2013
  4. Sejarah Wali Sanga, Purwadi,
  5. Dakwah Wali Songo, Purwadi dan Enis Niken,
  6. Lembaga Research & Survey I.A.I.N Walisongo Semarang. Inporan Hasil Proyek Penelitian Bahan-Bahan Sejarah Islam di Jawa Tengah Bagian Utara.Semarang. 1975.
  7. Muhammad Khafid, dkk. Suluk Wali-Wali Tanah Jawi. Demak. 1994 
  8. Muzayin Munawar KH. Kutipan Sejarah Masuknya Islam di Indonesia dan Sejarah Masjid Agung / Kasultanan Demak (Diktat).
  9. Panitia Hari Jadi 1992. Menyambut Hari Jadi Kabupaten Demak ke : 489 . (Diktat).
  10. Panitia Penyusun Hari Jadi Kabupaten Demak. Sejarah dan Hari Jadi Kabupaten Demak. Pemerintahan Kabupaten Daerah Tingkat II Demak : 1991
  11. Sugeng Haryadi. Berdirinya Masjid Agung Demak. Grobogan: CV. Mega Berlian- 1997.
 

Lokasi Terkait Beliau

    Belum ada lokasi untuk sekarang

List Lokasi Lainnya