Wejangan Gus Baha Soal Tata Krama Bertamu

 
Wejangan Gus Baha Soal Tata Krama Bertamu
Sumber Gambar: Istimewa, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Bertamu adalah tradisi mulia yang sudah mengakar di tengah-tengah masyarakat. Aktivitas ini bukan sekadar berkunjung, tapi juga menjadi sarana untuk mempererat tali persaudaraan, menjalin silaturahmi, dan memperluas ukhuwah antar sesama.

Namun, pernahkah kita merenung sejenak bahwa bertamu tidak sesederhana datang dan mengetuk pintu? Islam, sebagai agama yang sangat menjunjung tinggi etika sosial, mengatur tata krama bertamu dengan sangat indah dan bijak.

Sering kali dalam setiap pengajiannya, KH. Ahmad Bahauddin Nursalim atau yang akrab disapa Gus Baha menyampaikan nasihat yang sangat dalam mengenai etika bertamu. Beliau menegaskan bahwa adab utama yang perlu dikedepankan dalam bertamu adalah memastikan tuan rumah merasa nyaman.

“Ukurannya itu nyaman (isti’nas) dahulu, baru setelahnya watusallimuu, salam. Seseorang tidak boleh bertamu ke orang lain—bukan nabi, bukan ulama—bahkan orang biasa juga, kecuali jika tuan rumah merasa nyaman,” terang Gus Baha.

Pernyataan ini merujuk langsung kepada firman Allah dalam Al-Qur’an yang menjelaskan adab bertamu:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ آمَنُوا۟ لَا تَدْخُلُوا۟ بُيُوتًا غَيْرَ بُيُوتِكُمْ حَتَّىٰ تَسْتَأْنِسُوا۟ وَتُسَلِّمُوا۟ عَلَىٰٓ أَهْلِهَا ۚ ذَٰلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN