Berbakti kepada Orang Tua adalah Kunci Sukses Dunia Akhirat

 
Berbakti kepada Orang Tua adalah Kunci Sukses Dunia Akhirat
Sumber Gambar: Istimewa, Ilustrasi: Dens_art1 laduni.ID

LADUNI.ID - Di antara amalan berbuat baik kepada kedua orang tua, baik ketika masih hidup maupun setelah wafat, ialah selalu mendoakan mereka setiap usai shalat dan waktu-waktu lainnya. 

Berbuat baik dan taat pada orang tua adalah kunci dan sumber kebaikan, keberkahan dan keberhasilan dalam hidup, baik di dunia maupun di akhirat kelak. Sungguh hina dan celaka hidupnya orang yang tak peduli berbuat baik, dan tak berbakti kepada kedua orang tuanya.

Ketika Nabi SAW didatangi seorang laki-laki dan minta izin ingin ikut berjihad perang bersamanya, Nabi bertanya kepadanya: "Apakah kedua orang tua Anda masih hidup? Orang itu menjawab: "Ya masih hidup". Maka nabi SAW mengingatkan: "Ketaatan dan kebaikanmu pada kedua orang tuamu, itulah Jihad." (HR. Bukhari No: 5515).

Dalam riwayat lain disebutkan seorang sahabat bernama Jahimah datang kepada Nabi SAW, ia berkata: "Wahai Rasulullah, saya ingin ikut berperang bersamamu. Beliau bertanya: "Apakah ibu Anda masih hidup? Orang itu menjawab: "Ya masih hidup". Rasulullah SAW mengingatkan:

فَالْزَمْهَا فَإِنَّ الْجَنَّةِ تَحْتَ رِجْلَيْهَا

 Kalau begitu, pulanglah, temani dan rawatlah ibumu, sebab surga berada di bawah kedua telapak kakinya." (HR. Imam An-Nasai dari Muawiyah bin Jahimah).

Jelas sudah bahwa ridho Alla SWT, tergantung pada ridhonya kedua orang tua. Betapa mulia kedududkan mereka di sisi Allah SWT. Karena itu, berbakti kepada kedua orang tua adalah sebuah keniscayaan yang tak bisa ditawar. Namun, kedudukan ibu sebagai orang tua melibihi kedudukan ayah. Sebab ibu adalah sumber kasih sayang, sumber kebaikan, sumber keberkahan dan sumber keberhasilan, bahkan sumber lahirnya pemimpin-pemimpin yang berkualitas. 

Dalam Al-Qur'an dan hadis, istilah ibnu disebut ummun. Istilah ini sama dengan akar kata imamun (pemimpin) dan ummatun (masyarakat). Ketiga kata ini berasal dari akar kata amma-yaummu yang berarti menuju, harapan, tumpuan, dan panutan. Maksudnya, harapan masyarakat (ummatun) ditujukan kepada pemimpin (disebut imamun), karena dialah yang diharapkan menjadi teladan dan panutan dalam membawa perubahan kualitas hidup.

Demikian juga Ibu disebut ummun, karena seorang ibu menjadi tumpuan hati dan harapan serta panutan dan teladan dalam pembinaan umat melalui rumah tangga. Suatu komunitas masyarakat dan pemimpin serta peran keberadaan ibu sangat erat kaitannya, dan ketiganya tidak bisa dipisahkan. Artinya, kualitas umat sangat dipengaruhi bahkan ditentukan oleh keberadaan kualitas pemimpinnya.

Begitu juga sebaliknya, kualitas pemimpin dipengaruhi bahkan ditentukan oleh kualitas umat. Kualitas umat dan pemimpin sangat dipengaruhi oleh kualitas seorang ibnu. Karena itu pula, Rasulullah SAW memberikan tuntunan dalam mencari pasangan calon ibu masa depan, tidak boleh sembarangan.

Rasulullah SAW, bersabda:

تُنْكَحُ الْمَرْأَةُ لِأَرْبَعٍ لِمَالِهَا وَلِحَسَبِهَا وَجَمَالِهَا وَلِدِينِهَا فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّينِ تَرِبَتْ يَدَاكَ

 Biasanya seorang perempuan dinikahi karena hartanya, keturunannya, cantiknya, dan karena agamanya. Tapi pilihlah yang sebenarnya karena agamanya, (Anda pasti bahagia) karena jika tidak demikian, maka akan justru membuat susah. (HR. Bukhari No. 4700). Wallahu A'lam bis Showab.


Artikel ini ditulis oleh Dr. Wajidi Sayadi, Dosen IAIN Pontianak.

Editor: Abd. Hakim Abidin