Kupas Tuntas Hukum Bagi Pelaku Zina di Dunia dan Akhirat

 
Kupas Tuntas Hukum Bagi Pelaku Zina di Dunia dan Akhirat
Sumber Gambar: laduni.id

LADUNI.ID, Jakarta – Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian zina adalah perbuatan bersenggama antara laki-laki dan perempuan yang tidak terikat oleh hubungan pernikahan (perkawinan). Namun, zina tidak hanya sebatas melakukan hubungan seksual antara laki-laki dan perempuan yang tidak terikat pernikahan, tapi juga zina adalah perbuatan-perbuatan lainnya yang membangkitkan syahwat lawan jenis yang bukan muhrim.

Sebagai seorang muslim, sudah semestinya kita patuh terhadap apa yang diperintahkan Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan menjauhi segala sesuatu yang dapat menimbulkan dosa. Dalam Islam sendiri, dosa terbagi menjadi Dosa Besar dan Dosa Kecil.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman :

اِنْ تَجْتَنِبُوْا كَبَاۤىِٕرَ مَا تُنْهَوْنَ عَنْهُ نُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّاٰتِكُمْ وَنُدْخِلْكُمْ مُّدْخَلًا كَرِيْمًا (٣١)

"Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa besar yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga)" (Q.S. An Nisa 4:31).

Zina adalah salah satu perbuatan yang dilarang keras oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Zina adalah salah satu dosa besar, setelah syirik dan membunuh. Dalam ilmu fiqih jianayat telah mengatur hukuman bagi pelaku zina.
Perhatikan firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam (QS. An-Nur ayat 24:2) berikut ini :

اَلزَّانِيَةُ وَالزَّانِيْ فَاجْلِدُوْا كُلَّ وَاحِدٍ مِّنْهُمَا مِائَةَ جَلْدَةٍ ۖوَّلَا تَأْخُذْكُمْ بِهِمَا رَأْفَةٌ فِيْ دِيْنِ اللّٰهِ اِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِۚ وَلْيَشْهَدْ عَذَابَهُمَا طَاۤىِٕفَةٌ مِّنَ الْمُؤْمِنِيْنَ

Artinya : “Pezina perempuan dan pezina laki-laki, deralah masing-masing dari keduanya seratus kali, dan janganlah rasa belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama (hukum) Allah, jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian; dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sebagian orang-orang yang beriman.”( QS. An-Nur ayat 24:2).
Dan Hadist Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam berikut ini :

خُذُوا عَنِّي خُذُوا عَنِّي قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لَهُنَّ سَبِيلًا الْبِكْرُ بِالْبِكْرِ جَلْدُ مِائَةٍ وَنَفْيُ سَنَةٍ وَالثَّيِّبُ بِالثَّيِّبِ جَلْدُ مِائَةٍ وَالرَّجْمُ

Perjaka yang berzina dengan perawan (hukumannya) dicambuk seratus kali dan dibuang selama setahun, dan laki-laki yang sudah pernah menikah (yang berzina) dengan perempuan yang sudah pernah menikah (hukumannya) adalah dicambuk seratus kali dan dirajam.

Berdasarkan dalil Al-Qur'an dan hadist diatas hukuman bagi pelaku zina adalah sebagai berikut :
1. Zina mukhsan.
Zina mukhsan adalah pelaku zina yang sudah mempunyai ikatan pernikahan yang sudah berstatus suami atau istri, duda ataupun janda.maka hukuman bagi pelaku zina mukhsan adalah dicambuk seratus kali dan dirajam.

Hukuman rajam adalah hukuman bagi orang yang berzina, dimana ia dibenamkan ke dalam tanah sampai sebatas dadanya, kemudian dilempari dengan batu hingga mati.

2. Zina ghoiru mukhsan.
Zina ghoiru mukhsan adalah pelaku zina yang masih pejaka dan perawan.
Hukuman zina ghoiru mukhsan ada dua macam :
a. Dicambuk seratus kali secara merata di seluruh tubuhnya kecuali wajah dan kemaluan.
b. Diasingkan selama satu tahun.

Jadi, hukuman bagi orang yang berzina adalah seperti yang dijelaskan di atas.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala menyebutkan tentang ciri orang-orang yang bahagia yaitu yang menjaga dirinya dan kehormatannya.
Allah  Subhanahu Wa Ta’ala berfirman :

قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ ﴿١﴾ الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ ﴿٢﴾ وَالَّذِينَ هُمْ عَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضُونَ ﴿٣﴾ وَالَّذِينَ هُمْ لِلزَّكَاةِ فَاعِلُونَ ﴿٤﴾ وَالَّذِينَ هُمْ لِفُرُوجِهِمْ حَافِظُونَ ﴿٥﴾ إِلَّا عَلَىٰ أَزْوَاجِهِمْ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُمْ فَإِنَّهُمْ غَيْرُ مَلُومِينَ ﴿٦﴾ فَمَنِ ابْتَغَىٰ وَرَاءَ ذَٰلِكَ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْعَادُونَ ۚ (٧)

“Sungguh beruntung orang-orang yang beriman, (yaitu) orang yang khusyuk dalam shalatnya, dan orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tidak berguna, dan orang yang menunaikan zakat, dan orang yang memelihara kemaluannya, kecuali terhadap istri-istri mereka atau hamba sahaya yang mereka miliki, maka sesungguhnya mereka tidak tercela. Tetapi barangsiapa mencari di balik itu (zina dan sebagainya), maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas.”
[QS. Al-Mu’minun 23:1-7]

Dalam ayat ini, Allah Subhanahu Wa Ta’ala menyebutkan bahwa salah satu tanda orang yang beruntung adalah orang yang dapat menjaga kemaluannya.
Maka sebaliknya, orang yang tidak menjaga kemaluannya berarti terjatuh dalam tiga ancaman:
1.Pertama: menjadi orang yang tidak beruntung.
2.Kedua: Menjadi orang yang tercela.
3.Ketiga: Menjadi orang yang melampaui batas.[1]
Allah Subhanahu Wa Ta’ala  juga berfirman.

وَّالَّذِيْنَ هُمْ لِفُرُوْجِهِمْ حٰفِظُوْنَۙ (٢٩)اِلَّا عَلٰٓى اَزْوَاجِهِمْ اَوْ مَا مَلَكَتْ اَيْمَانُهُمْ فَاِنَّهُمْ غَيْرُ مَلُوْمِيْنَۚ (٣٠)فَمَنِ ابْتَغٰى وَرَاۤءَ ذٰلِكَ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْعٰدُوْنَۚ (٣١)

“Dan orang-orang yang memelihara kemaluannya, kecuali terhadap istri-istri mereka atau hamba sahaya yang mereka miliki maka sesungguhnya mereka tidak tercela. Maka barangsiapa mencari di luar itu (seperti zina dan homoseks), mereka itulah orang-orang yang melampaui batas.”
[QS. Al-Ma’arij 70:29-31]

Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah berkata, “Aku tidak mengetahui dosa yang paling besar setelah membunuh manusia melainkan zina.”[2]

Allah  Subhanahu Wa Ta’ala juga menyebutkan bahwa dosa zina ini dikaitkan dengan dosa syirik dan dikaitkan dengan dosa membunuh jiwa serta membawa kepada kejelekan, kerusakan, dan kehinaan di dunia dan akhirat.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman :

وَالَّذِيْنَ لَا يَدْعُوْنَ مَعَ اللّٰهِ اِلٰهًا اٰخَرَ وَلَا يَقْتُلُوْنَ النَّفْسَ الَّتِيْ حَرَّمَ اللّٰهُ اِلَّا بِالْحَقِّ وَلَا يَزْنُوْنَۚ وَمَنْ يَّفْعَلْ ذٰلِكَ يَلْقَ اَثَامًا ۙ (٦٨) يُّضٰعَفْ لَهُ الْعَذَابُ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ وَيَخْلُدْ فِيْهٖ مُهَانًا ۙ (٦٩) اِلَّا مَنْ تَابَ وَاٰمَنَ وَعَمِلَ عَمَلًا صَالِحًا فَاُولٰۤىِٕكَ يُبَدِّلُ اللّٰهُ سَيِّاٰتِهِمْ حَسَنٰتٍۗ وَكَانَ اللّٰهُ غَفُوْرًا رَّحِيْمًا (٧٠)

68. Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barang siapa yang melakukan yang demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa(nya), 69. (yakni) akan dilipat gandakan azab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina, 70. kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; maka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah maha Pengampun lagi Maha Penyayang. [Al-Furqan 25: 68-70]

Bahaya Zina
Camkanlah bahwa perbuatan zina sangat besar bahayanya.
Di antaranya[3]:
1.Menghilangkan kemaslahatan alam.
2.Maksiat yang melemahkan pengagungan terhadap Allah .
3.Maksiat yang menyebabkan Allah mengabaikan hamba-Nya.
4.Maksiat yang mengeluarkan hamba dari wilayah ihsan.
5.Menyebabkan tercampurnya nasab (keturunan).
6.Menyebabkan kehancuran rumah tangga.
7.Membawa kerusakan dunia dan agama si pelaku.
8.Membawa siksa di kuburnya dan diancam masuk
9.Banyak kehormatan yang terinjak-injak dan terjadinya kezhaliman.
10.Menyebabkan kefakiran dan rizki tidak barokah.
11.Memendekkan umur.
12.Menghitamkan wajah
13.Mencerai-beraikan hati dan membuat hati menjadi sakit.
14.Mendatangkan kegelisahan, kesedihan, dan ketakutan hati.
15.Menghilangkan kebaikan dan amal taat.
16.Menghilangkan nikmat dan mendatangkan adzab.
17.Memalingkan hati dari istiqa.
18.Menjadikan pelakunya berada dalam tawanan setan dan penjara syahwat.
19.Menjatuhkan derajat dan kedudukannya di sisi Allâh dan di sisi makhluk-Nya.
20.Melemahkan fungsi akal.
21.Menghapus keberkahan agama dan dunia.
22.Memutuskan hubungan hamba dengan Rabb-nya.
23.Menyebabkan berbagai makhluk berani mengganggu pelakunya.
24.Maksiat adalah bantuan manusia kepada musuhnya, yaitu setan.
25.Menyebabkan hamba melupakan dan melalaikan diri sendiri dan keluarganya.
26.Menghambat perjalanan hati menuju kepada Allah .
27.Malaikat-malaikat rahmat akan menjauh darinya.
28.Mendekatkan kepada setan-setan yang terlaknat.
29.Menjerumuskan kepada seburuk-buruk maksiat.
30.Menghilangkan rasa malu.
31.Menghilangkan rasa cemburu.
32.Maksiat penyebab kebinasaan di dunia dan di akhirat.
33.Menyebabkan penyakit Gonorhea (kencing nanah), Siphilis, dan Aids yaitu penyakit yang membuat rusak kemaluan dan tubuhnya. Indikasi fisik penyakit ini ialah munculnya luka bernanah di sekitar kemaluan. Sementara itu, indikasi bagian dalam tubuh ditandai dengan infeksi pada hati, usus, lambung, tenggorokan, paru-paru, dan testis (buah zakar). Belum lagi dampak-dampak yang diakibatkan penyakit ini pada jantung dan saluran pembuluh darah sehingga keduanya dapat menyebabkan kelumpuhan, penebalan saluran pembuluh darah, kebutaan, rasa nyeri pada dada, kondisi fisik yang terus memburuk, kanker lidah, dan terkadang TBC.[4]

Mari tumbuhkanlah rasa cemburu di dalam hatimu untuk menjaga diri dari perbuatan-perbuatan dosa dan maksiat.

Sa’ad bin ‘Ubadah Radhiyallahu anhu berkata, “Sekiranya aku melihat seorang pria bersama dengan isteriku, tentu aku akan  memenggal lehernya dengan pedang (dengan bagian yang tajam)!” Lalu perkataan ini terdengar oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Lantas beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

أَتَـعْجَبُوْنَ مِنْ غَيْـرَةِ سَعْدٍ؟ لَأَنَـا أَغْيَـرُ مِنْهُ ، وَاللّٰـهُ أَغْـيَــرُ مِنّـِيْ

Apakah kalian heran dengan kecemburuan Sa’ad ?  Sungguh aku ini lebih cemburu dari dia, dan Allah lebih cemburu dari aku.”[5]

Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam juga bersabda :

إِنَّ اللّٰـهَ يَغَارُ ، وَإِنَّ الْـمُؤْمِنَ يَغَـارُ ، وَغَيْـرَةُ اللّٰـهِ أَنْ يَأْتِـيَ الْـمُؤْمِنُ مَا حَرَّمَ عَلَيْهِ

Sesungguhnya Allah itu cemburu, dan sesungguhnya seorang Mukmin itu juga cemburu.
Dan kecemburuan Allah itu akan timbul bila seorang hamba melakukan apa yang diharamkan oleh Allah atasnya.”[6]

Sahabatku semua, Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya mengaitkan sifat cemburu kepada orang-orang yang beriman, dimana mereka akan merasa cemburu jika melihat hamba Allah melakukan hal yang diharamkan. Lantas masihkah tersisa rasa cemburu ini di hatimu apabila justru dirimu sendiri yang mengerjakan perbuatan keji ini???

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berkhutbah dalam shalat gerhana (kusuf),
kemudian Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

يَا أُمَّةَ مُـحَمَّدٍ ! وَاللّٰـهِ مَـا مِنْ أَحَدٍ أَغْيَـرُ مِنَ اللّٰـهِ أَنْ يَـزْنِـيَ عَبْدُهُ أَوْ تَـزْنِـيَ أَمَتُـهُ ، يَا أُمَّةَ مُـحَمَّدٍ ! وَاللّٰـهِ لَوْ تَـعْـلَمُوْنَ مَـا أَعْلَمُ لَضَحِكْـتُمْ قَـلِيْـلًا وَلَبَـكَيْـتُمْ كَـثِـيْـرًا.

Wahai umat Muhammad! Demi Allah , tidak ada yang lebih cemburu daripada Allah jika hamba-Nya yang laki-laki atau perempuan melakukan zina. Wahai umat Muhammad! Demi Allah , sekiranya kalian tahu apa yang aku ketahui, niscaya kalian akan banyak menangis dan sedikit tertawa.”[7]

Dalam penyebutan dosa besar ini, yaitu zina secara khusus seusai shalat gerhana terdapat suatu rahasia indah yang hanya dapat diketahui dan diamati oleh orang-orang yang mengamatinya secara seksama, yaitu fenomena perbuatan zina merupakan tanda kehancuran alam sekaligus satu tanda-tanda hari Kiamat.

Hal ini sebagaimana disebutkan dalam sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , dari Anas bin Malik Radhiyallahu anhu, beliau berkata, “Sungguh, aku akan menyampaikan suatu hadits yang aku dengar dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan tidak akan ada orang lain yang mendengar darinya yang akan menyampaikannya kepada kalian,

إِنَّ مِـنْ أَشْـرَاطِ السَّاعَـةِ أَنْ يُـرْفَعَ الْعِلْمُ ، وَ يَـظْهَـرَ الْـجَـهْـلُ ، وَيَفْشُوَ الـزِّنَـى ، وَيُـشْـرَبَ الْـخَـمْـرُ ، وَيَذْهَبُ الـرِّجَالُ ، وَتَبْقَى النّـِسَاءُ ، حَتَّى يَـكُوْنَ لِـخَمْسِيْـنَ امْـرَأَةً قَـيّـِمٌ وَاحِدٌ.

Di antara tanda-tanda hari Kiamat adalah hilangnya ilmu, tampaknya kebodohan, banyak diminumnya khamr, maraknya (banyaknya) perzinaan, perginya (sedikitnya) pria, dan tersisa (banyaknya) wanita. Sampai-sampai, lima puluh orang wanita diurus oleh seorang pria.[8]

Tingkatan Dosa Zina
Perbuatan zina adalah dosa besar, dan dosa besar zina bertingkat-tingkat sesuai dengan kerusakannya:
Seseorang yang berzina dengan banyak orang lebih bobrok (rusak) dan lebih besar dosanya daripada yang berzina dengan satu orang saja.
Seseorang yang berzina terang-terangan lebih bobrok (rusak) dan lebih besar dosanya daripada yang berzina secara sembunyi-sembunyi.
Seseorang yang berzina dengan wanita yang bersuami lebih bobrok (rusak) dan lebih besar dosanya daripada yang berzina dengan wanita yang tidak bersuami; Karena dalam perbuatan tersebut terdapat kezhaliman, permusuhan dan merusakan istri orang.
Seseorang yang berzina dengan istri tetangga lebih bobrok (rusak) dan lebih besar dosanya daripada orang yang berzina dengan selain tetangga; karena itu menimbulkan gangguan terhadap tetangga dan penyimpangan terhadap wasiat Allah dan Rasul-Nya.

Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu anhu berkata :

سَأَلْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : أَيُّ الذَّنْبِ أَعْظَـمُ ؟ قَالَ : أَنْ تَـجْعَلَ لِلّٰـهِ نِـدًّا وَهُوَ خَلَقَكَ ، قَالَ : قُلْتُ لَهُ : إِنَّ ذَلِكَ لَعَظِيْمٌ. قَالَ : قُلْتُ : ثُمَّ أَيٌّ ؟ قَالَ: أَنْ تَـقْـتُـلَ وَلَـدَكَ مَخَافَةَ أَنْ يَـطْعَـمَ مَعَكَ. قَالَ : قُلْتُ: ثُمَّ أَيٌّ ؟ قَالَ : أَنْ تُـزَانِـيَ حَـلِـيْـلَـةَ جَارِكَ

Aku bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam , “Dosa apakah yang paling besar?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Engkau menyekutukan Allah padahal Dia-lah yang telah menciptakanmu.” Aku katakan kepada beliau, “Itu dosa yang sangat besar.” Kemudian aku bertanya kembali, “Kemudian dosa apa lagi?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Engkau membunuh anakmu karena takut ia makan bersamamu.” Aku bertanya kembali, “Kemudian dosa apa lagi?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Engkau berzina dengan istri tetanggamu.”[9]

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda :

لَأَنْ يَزْنِـيَ الرَّجُلُ بِعَشْـرَةِ نِسْوَةٍ أَيْسَرُ عَلَيْـهِ مِنْ أَنْ يَـزْنِـيَ بِامْرَأَةِ جَارِه

Sekiranya seorang laki-laki berzina dengan sepuluh orang wanita itu lebih ringan daripada ia berzina dengan istri tetangganya[10]

Seorang yang berzina dengan istri mujahid (orang yang berjihad) di jalan Allah lebih bobrok (rusak dan lebih besar dosanya) daripada yang berzina dengan wanita lainnya; Karena pada hari kiamat nanti akan dikatakan kepada si mujahid, “Ambillah dari kebaikan pezina itu sesuka hatimu!”[11]

Seseorang yang berzina dengan mahramnya (seperti ibunya, kakak perempuan, adik perempuan) lebih jahat, lebih bobrok (rusak dan lebih besar dosanya) daripada yang berzina dengan selainnya.

Hukuman bagi orang yang berzina dengan mahramnya, menurut Imam Ibnul Qayyim rahimahullah adalah dibunuh. Beliau rahimahullah berkata, “Jika perbuatan keji itu dilakukan dengan orang yang masih memiliki hubungan kekeluargaan dari para mahramnya, itu adalah perbuatan yang sangat membinasakan. Dan wajib dibunuh pelakunya bagaimana pun keadaannya. Ini adalah pendapat Imam Ahmad dan yang selainnya.” [12]

Imam Ahmad berdalil dengan beberapa hadits, di antaranya dari Bara’ bin Azib Radhiyallahu an hu, ia berkata, “Aku bertemu dengan pamanku dan ia membawa bendera, lalu aku berkata, “Mau kemana engkau wahai paman ?” Dia berkata, “Aku diutus oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk memenggal leher seorang laki-laki dan mengambil hartanya yang telah berzina dengan istri bapaknya (ibu tiri).” [13]

Dosa zina juga bertingkat-tingkat sesuai dengan waktu, tempat, dan kondisi :
1. Orang yang berzina pada malam atau siang bulan Ramadhan lebih besar dosanya daripada yang berzina pada selain waktu tersebut.
2. Orang yang berzina di tempat-tempat yang mulia dan utama lebih besar dosanya daripada yang berzina di selain tempat-tempat tersebut.

Pelaku zina juga bertingkat-tingkat:
1.Seorang yang sudah menikah lebih jelek (buruk) dan lebih besar dosanya daripada yang belum menikah.
2.Orang yang sudah tua lebih jelek dan lebih besar dosanya daripada.
3.Orang yang alim (orang yang yang berilmu/guru) lebih jelek (buruk) dan lebih besar dosanya daripada orang yang bodoh.
4.Thalibul ilmi (Penuntut ilmu) lebih jelek (buruk) dan lebih besar dosanya daripada orang awam.
5.Orang yang mampu (kaya) lebih jelek (buruk) lebih besar dosanya dari orang yang fakir dan lemah.[14]

Hukuman Bagi Orang Yang Melakukan Zina

Hukuman di Dunia
1. Hukuman bagi orang yang berzina dan ia belum pernah menikah:

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman :

الزَّانِيَةُ وَالزَّانِي فَاجْلِدُوا كُلَّ وَاحِدٍ مِنْهُمَا مِائَةَ جَلْدَةٍ ۖ وَلَا تَأْخُذْكُمْ بِهِمَا رَأْفَةٌ فِي دِينِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۖ وَلْيَشْهَدْ عَذَابَهُمَا طَائِفَةٌ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ ﴿٢﴾ الزَّانِي لَا يَنْكِحُ إِلَّا زَانِيَةً أَوْ مُشْرِكَةً وَالزَّانِيَةُ لَا يَنْكِحُهَا إِلَّا زَانٍ أَوْ مُشْرِكٌ ۚ وَحُرِّمَ ذَٰلِكَ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ

Pezina perempuan dan pezina laki-laki, deralah masing-masing dari keduanya seratus kali, dan janganlah rasa belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama (hukum) Allâh , jika kamu beriman kepada Allâh dan hari kemudian; dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sebagian orang-orang yang beriman. Pezina laki-laki tidak boleh menikah kecuali dengan pezina perempuan, atau dengan perempuan musyrik; dan pezina perempuan tidak boleh menikah kecuali dengan pezina laki-laki atau dengan laki-laki musyrik; dan yang demikian itu diharamkan bagi orang-orang mukmin.” [QS. An-Nur 24:2-3]

Islam adalah agama hanif, agama tauhid, agama yang bersih dari syirik, agama yang bersih dan menjaga kehormatan manusia. Agama Islam adalah agama yang adil dan memandang perbuatan zina sebagai perbuatan kotor, jorok, menjijikkan, sangat memalukan, merusak kehormatan dan nasab.

Oleh karena itu, Islam menjatuhkan sanksi yang sangat berat bagi pelakunya, sebagaimana disebutkan dalam ayat di atas dan hadits-hadits shahih,
sebagai berikut:

  1. Berhak mendapatkan murka Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
  2. Berhak mendapatkan hukuman yang berat.
  3. Berhak mendapat cambukan sebanyak seratus kali.
  4. Tidak boleh berbelas kasihan kepada pelaku zina.
  5. Harus diasingkan selama setahun.
  6. Hanya boleh menikah dengan pezina atau orang yang musyrik.
  7. Pezina haram dinikahkan dengan seorang mukmin.
  8. Berhak mendapatkan ancaman dengan dilipatgandakan adzab dan terhina pada hari Kiamat.

2. Hukuman bagi pezina yang telah menikah:
Apabila pezina tersebut adalah orang yang sudah menikah, baik duda atau janda, maka hukumannya adalah hukuman rajam (dilempari batu sampai mati).

Dari ‘Ubadah bin ash-Shamit Radhiyallahu anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

خُذُوْا عَنّـِيْ ، خُذُوْا عَنّـِيْ ، قَـدْ جَعَـلَ اللّٰـهُ لَـهُنَّ سَبِـيْـلًا : اَلْبِكْـرُ بِالْبِكْرِ جَـلْـدُ مِائَـةٍ وَنَـفْيُ سَنَـةٍ ، وَ الثَّـيّـِبُ بِالثَّـيّـِبِ جَلْـدُ مِائَـةٍ وَالـرَّجْمُ.

Ambillah dariku, ambillah dariku. Allâh telah menetapkan ketentuan bagi mereka; Perjaka yang berzina dengan perawan (hukumannya) dicambuk seratus kali dan dibuang selama setahun, dan laki-laki yang sudah pernah menikah (yang berzina) dengan perempuan yang sudah pernah menikah (hukumannya) adalah dicambuk seratus kali[15] dan dirajam.[16]

Hukuman rajam adalah hukuman bagi orang yang berzina, dimana ia dibenamkan ke dalam tanah sampai sebatas dadanya[17], kemudian dilempari dengan batu beramai-ramai sampai mati !

Hukuman di Akhirat
Dari Samurah bin Jundab Radhiyallahu anhu yang mengisahkan tentang mimpi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

فَانْطَـلَـقْـنَا فَأَتَـيْـنَـا عَلَـى مِثْلِ التَّـنُّوْرِ ، قَالَ: وَأَحْسِبُ أَنَّـهُ كَانَ يَـقُوْلُ: فَإِذَا فِـيْـهِ لَغَطٌ وَأَصْوَاتٌ. قَالَ: فَاطَّـلَعْنَا فِيْهِ فَإِذَا فِـيْـهِ رِجَالٌ وَنِسَاءٌ عُـرَاةٌ ، وَإِذَا هُمْ يَأْتِـيْهِمْ لَـهَبٌ مِنْ أَسْفَلَ مِنْـهُمْ ، فَإِذَا أَتَـاهُمْ ذٰلِكَ اللَّهَبُ ضَوْضَوْا. قَالَ: قُلْتُ لَـهُمَـا-أَيْ الْـمَلَـكَيْـنِ-: مَا هـٰـؤُلَاءِ…؟ قَالَا: وَأَمَّا الِـرّجَالُ وَالنّـِسَاءُ الْعُـرَاةُ الَّذِيْنَ فِـيْ مِـثْـلِ بِـنَاءِ التَّـنُّـوْرِ ، فَـهُمُ الزُّنَـاةُ وَالزَّوَانِـيْ.

… Lalu kami (Nabi dan malaikat yang menemani beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam ) pergi kemudian mendatangi suatu tempat mirip pembakaran (tungku). Dia (perawi) berkata : Aku kira Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, ‘Ternyata di dalamnya terdengar suara gaduh dan teriakan.’ Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Maka kami melihat di dalamnya terdapat kaum laki-laki dan wanita yang telanjang. Tiba-tiba datang api yang menyala-nyala dari bawah mereka, ketika api itu mendatangi mereka maka mereka berteriak-teriak.” Beliau bersabda, “Aku berkata kepada keduanya (dua malaikat), “Siapa mereka itu…?” Keduanya berkata, “Adapun kaum laki-laki dan wanita yang telanjang yang berada dalam tungku itu, mereka adalah para pezina.’”[18]

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

ثَـلَاثَةٌ لَا يُـكَـلّـِمُـهُمُ اللّٰـهُ يَوْمَ الْقِـيَـامَـةِ وَلَا يُـزَكّـِيْهِمْ (وَلَا يَـنْـظُـرُ إِلَيْهِمْ) وَلَـهُمْ عَـذَابٌ أَلِـيْمٌ: شَيْخٌ زَانٍ، وَمَـلِـكٌ كَـذَّابٌ ، وَعَائِـلٌ مُسْتَـكْبِـرٌ.

Ada tiga golongan manusia yang pada hari Kiamat kelak, Allâh tidak akan berbicara kepada mereka, tidak akan mensucikan mereka (tidak akan memandang mereka), dan mereka mendapatkan siksa yang pedih, yaitu orang lanjut usia yang berzina, raja (penguasa) yang pendusta, dan orang miskin yang sombong.[19]

Dalam hadits lain, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

مَنْ أَصَابَ ذَنْبًا أُقِيْمَ عَلَيْهِ حَدُّ ذلِكَ الذَّنْبِ ، فَهُوَ كَفَّارَتُـهُ.

Barangsiapa yang melakukan suatu dosa lalu ditegakkan atasnya hukuman atas dosa tersebut, maka hukuman itu merupakan kaffarat (penebus dosa) baginya.”[20]

Jadi, hukuman hadd yang ditegakkan secara syar’i oleh ulil amri (pemerintah) adalah sebagai penghapus dosa tersebut. Namun apabila hukuman hadd tersebut tidak dilaksanakan, maka hukumannya di akhirat tergantung kehendak Allah , jika Allah berkehendak maka Allah akan mengampuninya, dan jika Allah kehendaki maka Allah mengadzabnya (menyiksanya).

Semoga naskah singkat ini bisa mengingatkan kita terhadap besarnya resiko dan beratnya hukuman yang harus diterima oleh pelaku Zina. Semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala senantiasa memberikan taufiq-Nya kepada kita semua dan senantiasa menjaga kita dari perbuatan-perbuatan dosa. Aamiin

 

_______

Footnote :

[1] Diringkas dari ad-Da’ wad Dawa’ (hlm. 231).
[2] Ad-Da’ wad Dawa’ (hlm. 230).
[3] Ad-Da’ wad Dawa’ (hlm. 250-251), Min Mafasidiz Zina, karya Syaikh Muhammad bin Ibrahim al-Hamd, dan beberapa tambahan dari kitab-kitab yang lain.
[4] Fahisyah Qaumi Luth, karya Abu ‘Abdirrahman ‘Ali bin ‘Abdul ‘Aziz Musa.
[5] Shahih: HR. Al-Bukhari (no. 6846, 7416) dan Muslim (no. 1499).
[6] Shahih: HR. Bukhari (no. 5223) dan Muslim (no. 2761).
[7] Shahih: HR. Al-Bukhari (no. 1044) dan Muslim (no. 901), dari ‘Aisyah Radhiyallahu anha.
[8] Shahih: HR. Al-Bukhari (no. 80, 81, 5231, 5577, 6808) dan Muslim (no. 2671 (9)), dari Anas bin Malik Radhiyallahu anhu. Ini lafazh Muslim.
[9] Shahih: HR. Al-Bukhari (no. 4477 dan 6811), Muslim (no. 86), at-Tirmidzi (no. 3182), dan an-Nasa-i (VII/89).
[10] Shahih: HR. Al-Bukhari dalam al-Adabul Mufrad (no. 103), Ahmad (IV/8), dan selainnya.
[11]  Sebagaimana disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Muslim (no. 1897) (139-140).
[12] Lihat Raudhatul Muhibbin (hlm. 318).
[13] Shahih: HR. Abu Dawud (no. 4457), at-Tirmidzi (no. 1362), an-Nasa-i (VI/109), Ibnu Majah (no. 2607), al-Baihaqi (VIII/237), dan Ahmad (IV/292). Dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Irwa-ul Ghalil (no. 2351).
[14] Dinukil dengan sedikit tambahan dari Rasa-il fii Abwab Mutafarriqah (hlm. 253-254), karya Muhammad bin Ibrahim al-Hamd.
[15] Akan tetapi hukuman cambuk seratus kali bagi pezina yang sudah menikah telah dimansukh (dihapus) sebagaimana dijelaskan oleh Imam asy-Syafi’i dalam kitabnya ar-Risalah (no. 380-382).
[16] Shahih: HR. Ahmad (V/313, 317, 318, 320), Muslim (no. 1690), Abu Dawud (no. 4415), at-Tirmidzi (no. 1434), dan lainnya dengan sanad yang shahih.
[17] Sebagaimana dalam hadits Muslim (no. 1695 (23)).
[18] Shahih: HR. Bukhari (no. 7047).
[19] Shahih: HR. Muslim (no. 107), an-Nasa-i (V/86), dan Ahmad (II/433).
[20] Shahih: HR. Ahmad (V/214, 215), dari Khuzaimah bin Tsabit z . Hadits ini shahih dengan beberapa syawahid (penguat)nya dari shahabat lain.

 

Sumber :
1. Kajian islam Nusantara

2. Hadis Imam Bukhori 
3. Kitab Ad-Da’ wad Dawa’

Catatan: Tulisan ini terbit pertama kali pada tanggal  14 Februari 2019. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan
Editor : Lisandipo