Bijak dalam Berbicara

 
Bijak dalam Berbicara
Sumber Gambar: creativemarket.com, Ilustrasi: Laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Hari-hari ini kita sering mendengar atau menyaksikan semakin banyak orang di negeri ini yang bicara apa saja, seenaknya, tanpa mikir lebih dulu dan tanpa beban apapun, meski menyakiti orang lain, hoaks dan fitnah yang dapat menimbulkan dampak yang besar bagi kehidupan bersama.

Padahal saban Jumat, khatib sudah sering menyampaikan firman Allah:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيداً

"Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah (takutlah) kepada Allah dan ucapkanlah kata-kata yang benar". (QS. Al-Baqarah: 70)

وَقُولُوا لِلنَّاسِ حُسْناً

"Dan sampaikan kepada manusia (masyarakat) kata-kata yang baik." (QS. Al-Baqarah: 83)

Nabi Muhammad SAW juga sudah mengatakan:

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ

“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia berkata-kata yang baik atau (jika tidak), hendaklah ia diam saja.” (HR. Bukhari)

Imam An-Nawawi, mengomentari Hadis Nabi di atas: “Sabda Rasulullah SAW, 'Maka hendaklah ia berkata-kata yang baik atau hendaklah ia diam', bermakna jika seseorang ingin menyampaikan pendapat, pikiran, gagasan, maka pertimbangkanlah dan pikirkan dengan jernih. Jika apa yang ia sampaikan itu kebaikan, maka sampaikanlah, dan jika tidak jelas kebaikannya maka hendaklah ia menahan diri, karena dikhawatirkan menimbulkan masalah yang buruk.” (Imam An-Nawawi, Syarah An-Nawawi ‘ala Shahih Muslim, juz 2, hlm. 19)

Imam Syafi'i merespons Hadis tersebut seraya mengatakan:

اِذَا اَرَادَ اَحَدُكُمُ الْكَلَامَ فَعَلَيْهِ اَنْ يُفَكِّرَ فِى كَلَامِهِ فَإنْ ظَهَرَتِ الْمَصْلَحَةُ تَكَلَّمْ وَإِنْ شَكَّ لَمْ يَتَكَلَّمْ حَتَّى تَظْهَرَ

"Jika seseorang ingin bicara, maka hendakkah berpikir lebih dulu. Jika bermanfaat, sampaikanlah. Jika ragu, tak usah bicara".

Dalam Hadis lain juga diterangkan:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ الله صلى الله عليه وسلم مِنْ حُسْنِ إِسْلَام ِالْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لَا يَعْنِيْهِ

"Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a, bahwa Rasulullah SAW bersabda: 'Tanda muslim yang baik adalah meninggalkan hal-hal yang tak penting.'"

Selian itu, juga ada keterangan di dalam Al-Qur'an Surat Al-Isra' ayat 36. Allah SWT berfirman:

وَلا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا

"Dan janganlah kamu menyampaikan/mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran (telinga yang mendengar), pengelihatan (mata yang melihat) dan hati (pikiran) semuanya akan dimintai pertanggungjawabannya."

Imam Qotadah menjelaskan ayat tersebut, bahwa pernyataan, 'Janganlah kamu mengatakan, ‘Aku melihat’ padahal kamu tidak melihat, atau ‘Aku mendengar’ padahal kamu tidak mendengar, atau ‘Aku tahu’ padahal kamu tidak tahu, karena sesungguhnya Allah akan meminta pertanggungjawaban atas semua hal tersebut.”

Karena itu, harus bijak dalam berbicara. Tidak perlu semua hal dibicarakan. Sebab terkadang diam adalah pilihan terbaik ketika banyak hal yang simpang siur tentang kebenarannya. []


Catatan: Tulisan ini telah terbit pada tanggal 22 Februari 2019. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan dan penyelarasan bahasa.

___________

Penulis: KH. Husein Muhammad

Editor: Hakim