Membangun Kesholehan Ritual, Sosial, dan Moral

 
Membangun Kesholehan Ritual, Sosial, dan Moral
Sumber Gambar: Pinterest, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Apakah hakikat kesholehan itu? Seberapa luas dan besar ranah jangkauannya? Untuk menjawab itu semua, mari kembali membaca dan mengkaji Al-Qur'an.

Allah SWT berfirman:

مِنْ اَجْلِ ذٰلِكَ ۛ كَتَبْنَا عَلٰى بَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَ اَنَّهٗ مَنْ قَتَلَ نَفْسًاۢ بِغَيْرِ نَفْسٍ اَوْ فَسَادٍ فِى الْاَرْضِ فَكَاَنَّمَا قَتَلَ النَّاسَ جَمِيْعًاۗ وَمَنْ اَحْيَاهَا فَكَاَنَّمَآ اَحْيَا النَّاسَ جَمِيْعًا ۗوَلَقَدْ جَاۤءَتْهُمْ رُسُلُنَا بِالْبَيِّنٰتِ ثُمَّ اِنَّ كَثِيْرًا مِّنْهُمْ بَعْدَ ذٰلِكَ فِى الْاَرْضِ لَمُسْرِفُوْنَ

"Oleh karena itu, Kami menetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil bahwa siapa yang membunuh seseorang bukan karena (orang yang dibunuh itu) telah membunuh orang lain atau karena telah berbuat kerusakan di bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh semua manusia. Sebaliknya, siapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, dia seakan-akan telah memelihara kehidupan semua manusia. Sungguh, rasul-rasul Kami benar-benar telah datang kepada mereka dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas. Kemudian, sesungguhnya banyak di antara mereka (Bani Israel) setelah itu melampaui batas di bumi." (QS. Al-Maidah: 32)

Meskipun ayat di atas mengenai Bani Israel, tetapi substansinya tetap relevan untuk semua umat manusia, khususnya umat Islam yang membaca Al-Qur'an. Nasihat yang terkandung di dalamnya tidak boleh diabaikan sama sekali.

Ayat tersebut sangat tegas menjelaskan bahwa Islam adalah agama yang sangat memperhatikan dan mengedepankan kesholehan sosial dan moral kemanusiaan. Bagaimana diterangkan bahwa membunuh seseorang diartikan sama saja dengan membunuh semua orang. Dan bahwa memelihara kehidupan seseorang, juga diibaratkan dengan memelihara kehidupan semua manusia. Di sinilah letak kesholehan itu ditekankan. 

Jika ditelaah lebih jauh, ajaran Islam mengaskan bahwa ketika dalam waktu bersamaan antara ibadah ritual dan sosial, maka ibadah ritual boleh diperpendek demi untuk kepentingan sosial dan moral kemanusiaan. Mengenai hal ini, persis meneladani Nabi Muhammad SAW yang ketika shalat berjamaah hendak memperpanjang bacaan shalatnya, tiba-tiba mendengar tangisan bayi, maka beliau segera memperpendek bacaan shalatnya karena khawatir menyusahkan ibu bayi tersebut yang ikut berjamaah. Demikian ini yang menggambarkan kesholehan ritual, kesholehan sosial dan sekaligus kesholehan moral.

Rasulullah SAW bersabda:

إِنِّي لاَقُومُ فِي الصَّلاَةِ أُرِيدُ أَنْ أُطَوِّلَ فِيهَا، فَأَسْمَعُ بُكَاءَ الصَّبِيِّ، فَأَتَجَوَّزُ فِي صَلاَتِي كَرَاهِيَةَ أَنْ أَشُقَّ عَلَى أُمِّهِ

"Suatu saat aku ingin memanjangkan shalat, namun aku mendengar tangisan bayi, maka aku pendekkan shalatku karena khawatir akan memberatkan ibunya." (HR. Bukhari)

Selain Hadis tersebut, ada juga teguran beliau kepada Mu'adz, sahabat yang terbiasa mengimami salat dengan khusyuk dan membaca surat-surat Al-Qur'an yang panjang.

Suatu ketika ada seseorang mengeluh kepada Nabi Muhammad SAW mengenai keberatannya berjamaah sebab kebiasaan tersebut, dan akhirnya beliau menegur Mu'adz dengan sangat tegas. 

Rasulullah SAW bersabda:

يَا مُعَاذُ أَفَتَّانٌ أَنْتَ اقْرَأْ بِكَذَا وَاقْرَأْ بِكَذَا 

"Wahai Mu'adz, apakah kamu pemfitnah (yang membuat orang lari dari agama), bacalah dengan surat ini dan bacalah dengan ini (maksudnya surat yang ringkas dan pendek)." (HR. Muslim)

Dari sinilah semakin jelas bagaimana Islam sangat memperhatian kesholehan sosial dan moral, tidak melulu soal sholeh ritual. Tetapi dari sini juga bisa dipahami bahwa kesholehan ritual itu seharusnya justru mendorong seseorang untuk juga sholeh sosial dan moral. Semuanya tidak saling menegasikan, melainkan saling berkelindan dan terkait. Dan semuanya itu tampak dalam kepribadian Nabi Muhammad SAW. 

 Dalam Hadis lain Rasulullah SAW juga mengingatkan:

إِذَا مَا قَامَ أَحَدُكُمْ لِلنَّاسِ فَلْيُخَفِّفْ الصَّلَاةَ فَإِنَّ فِيهِمْ الْكَبِيرَ وَفِيهِمْ الضَّعِيفَ وَإِذَا قَامَ وَحْدَهُ فَلْيُطِلْ صَلَاتَهُ مَا شَاءَ

"Apabila salah seorang di antara kalian mendirikan shalat (mengimami manusia), hendaklah dia meringankan shalat tersebut, karena di antara mereka ada orang tua dan lemah. Dan apabila dia shalat sendirian, maka silakan memanjangkan shalatnya sebagaimana yang dia kehendaki." (HR. Muslim)

Namun, dari semua itu, perlu dipahami bahwa memberi perhatian tinggi kepada kepedulian sosial dan moral sebagai ibadah bukan berarti boleh meninggalkan ibadah ritual. Semuanya harus terintegrasi, dan itulah yang namanya hakikat kesholehan, sebagaimana diteladankan oleh Rasulullah SAW. []


Catatan: Tulisan ini telah terbit pada tanggal 23 Februari 2019. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan dan penyelarasan bahasa.

___________

Penulis: Dr. Wajidi Sayadi, M.Ag (Dosen IAIN Pontianak)

Editor: Hakim