Mendoakan yang Baik untuk Pemimpin

 
Mendoakan yang Baik untuk Pemimpin
Sumber Gambar: Pinterest, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Dalam Kitab Syarh As-Sunnah hlm. 116-117, Imam Abu Muhammad Al-Barbahari berkata:

إِذَا رَأَيْتَ الرَّجُلَ يَدْعُو عَلَى السُّلْطَانِ، فَاعْلَمْ أَنَّهُ صَاحِبُ هَوًى، وَإِذاَ رَأَيْتَ الرَّجُلَ يَدْعُو لِلسُّلْطَانِ بِالصَّلَاحِ، فَاعْلَمْ أَنَّهُ صَاحِبُ سُنَّةٍ

"Jika engkau melihat seseorang mendoakan kejelekan untuk penguasa, maka ketahuilah bahwa ia pengikut hawa nafsu, dan jika engkau melihat seseorang mendoakan kebaikan untuk penguasa, maka ketahuilah bahwa ia mengikuti sunnah".

Sementara itu, Imam Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah juga berkata:

لَوْ أَنِّيْ أَعْلَمُ أَنَّ لِي دَعْوَةً مُسْتَجَابَةً لَصَرَفْتُهَا لِلسُّلْطَانِ

“Seandainya aku tahu bahwa aku memiliki doa yang mustajab (yang dikabulkan), maka aku akan gunakan untuk mendoakan penguasa.”

Pernyataan itu menyiratkan makna bahwa kebaikan penguasa berpengaruh terhadap kebaikan rakyat dan negara. Kebaikan itu menjadi sangat luas. Sedangkan doa untuk pribadi, pengaruhnya hanya untuk dirinya sendiri. Karena itulah prinsip para ulama memilih mendoakan yang baik untuk pemimpin dengan menghendaki kebaikan secara luas. []


Catatan: Tulisan ini diambil dari laman media sosial KH. M. Afifuddin Dimyathi dengan izin resmi pemiliknya. Tim redaksi bertanggungjawab sepenuhnya dalam memuat tulisan tersebut. 

Catatan: Tulisan ini telah terbit pada tanggal 25 Januari 2019. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan dan penyelarasan bahasa.

___________

Penulis: KH. M. Afifuddin Dimyathi

Editor: Hakim