Hukum Makan Sambil Berbicara

 
Hukum Makan Sambil Berbicara
Sumber Gambar: laduni.id

LADUNI.ID, Jakarta – Banyak yang menyangka bahwa saat makan hendaklah utamanya sambil diam tak sambil mengobrol. Tuntunan ini sama sekali tak ada dalam sunnah.

Bahkan justru menyelisihi sunnah. Perhatikan hadis berikut , dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu menceritakan:

أُتِيَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمًا بِلَحْمٍ ، فَرُفِعَ إِلَيْهِ الذِّرَاعُ ، وَكَانَتْ تُعْجِبُهُ ، فَنَهَسَ مِنْهَا نَهْسَةً فَقَالَ: أَنَا سَيِّدُ النَّاسِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

"Suatu hari dihidangkan sekerat daging untuk Rasulullah Shallallahu ’Alaihi Wa sallam. Lantas ditawarkan kepada beliau kaki depan (hewan), bagian yang beliau paling suka. Beliaupun menggigitnya dengan satu gigitan kemudian (di saat beliau makan daging tersebut) beliau bersabda: ‘Sesungguhnya aku adalah penghulu seluruh manusia di hari kiamat kelak". [HR. Bukhari  dan Muslim no.194]

Salah satu aktivitas yang dilakukan manusia adalah makan. Makan dilakukan oleh manusia untuk supaya tubuhnya kuat dan tahan dari serangan penyakit. Makan juga ditujukan agar seseorang kuat dalam beribadah.

Saat makan, kita dilarang mencela makanan yang kita makan. Setidak enak apapun makanan yang kita makan, Islam melarang umatnya mencela makanan.

عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ أَنَّ النَّبِىَّ - صلى الله عليه وسلم - سَأَلَ أَهْلَهُ الأُدُمَ فَقَالُوا مَا عِنْدَنَا إِلاَّ خَلٌّ. فَدَعَا بِهِ فَجَعَلَ يَأْكُلُ بِهِ وَيَقُولُ « نِعْمَ الأُدُمُ الْخَلُّ نِعْمَ الأُدُمُ الْخَلُّ »

Artinya: “Diriwayatkan dari sahabat Jabir bin Abdillah bahwa Nabi Muhammad SAW meminta pada keluarganya lauk-pauk, lalu keluarga beliau menjawab: ‘Kami tidak memiliki apa pun kecuali cuka’. Nabi pun tetap meminta cuka dan beliau pun makan dengan (campuran) cuka, lalu beliau bersabda: ‘Lauk yang paling baik adalah cuka, lauk yang paling baik adalah cuka’.” (HR. Muslim).

Kesunnahan yang tidak banyak diketahui orang adalah berbicara saat sedang makan. Berbicara yang dianjurkan adalah berbicara makanan yang sedang dimakan, terlebih jika makanan itu pemberian orang lain, tujuannya untuk menggembirakan orang yang memberi makanan.

Imam Nawawi dalam, dalam Syarh An-Nawawi ala Al-Muslim, juz 7, hal. 14, mensyarahi hadis di atas mengungkapkan:

وفيه استحباب الحديث على الأكل تأنيسا للآكلين

Artinya: “Dalam hadis tersebut tersirat pemahaman tentang kesunnahan berbicara atas makanan untuk menggembirakan orang-orang yang makan.”

Selain disunnahkan berbicara soal hal-hal positif makanan, kita juga disunnahkan untuk berbicara tentang orang-orang saleh, dengan begitu kita akan mendapatkan keberkahan mereka.

Hal ini seperti yang dijelaskan dalam kitab Al-Adzkar An-Nawawiyah, :

(باب استحباب الكلام على الطعام) فيه حديث جابر الذي قدمناه في "باب مدح الطعام" . قال الإمام أبو حامد الغزالي في "الإحياء" من آداب الطعام أن يتحدثوا في حال أكله بالمعروف ، ويتحدثوا بحكايات الصالحين في الأطعمة وغيرها

Artinya: “Bab kesunnahan berbicara atas makanan. Dalam menjelaskan bab ini terdapat hadits Sahabat Jabir yang telah disebutkan di awal dalam bab ‘Memuji makanan’. Imam Abu Hamid Al-Ghazali berkata: ‘Sebagian adab makan adalah berbicara pada saat makan dengan pembicaraan yang baik dan bercerita tentang kisah orang-orang saleh dalam hal (menyikapi) makanan dan hal-hal lainnya.”

Meski demikian, ada aturan yang perlu diperhatikan saat berbicara ketika sedang makan, yaitu tidak berbicara saat mengunyah makanan. Berbicara dilakukan manakala seseorang selesai mengunyahnya.

Disebut dalam kitab Syarah Ihya’ Ulum Ad-Din, yakni kitab Ittihaf As-Sadat Al-Muttaqiin, juz 5, hal. 229:

(ويتحدثون بحكايات الصالحين في الأطعمة وغيرها) ليعتبروا بذلك ولكن لا يتكلم وهو يمضغ اللقمة فربّما يبدو منها شيء فيقذر الطعام 

Artinya: “Bercerita tentang kisah orang-orang saleh dalam hal (menyikapi) makanan dan hal-hal lainnya supaya orang-orang dapat mengambil teladan atas kisah tersebut, akan tetapi (hendaknya) seseorang tidak berbicara saat ia mengunyah makanan, terkadang jatuh dari (mulutnya) sedikit makanan dan mengotori makanan yang dimakan.”

Kesimpulan, tidak benar adanya anjuran makan sambil diam, bahkan utamanya makan sambil berbicara atau ngobrol. Tentu saja ngobrol itu dikembalikan pada jenis obrolannya, jika yang baik akan baik, bila jelek akan jelek.

 

___________
Catatan: Tulisan ini terbit pertama kali pada Senin, 4 Maret 2019. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan.
Editor : Sandipo

 

Sumber : Kitab Al-Adzkar dan Hadis