Dalil Keutamaan Shalat Sunah Qabliyah Subuh

 
Dalil Keutamaan Shalat Sunah Qabliyah Subuh
Sumber Gambar: Foto Masjid Pogung Dalangan / Unspalsh (ilustrasi foto)

Laduni.ID, Jakarta - Shalat sunah qabliyah subuh dikenal juga dengan nama shalat sunah fajar. Shalat sunah qabliyah subuh termasuk dalam shalat sunah Rawatib yang dihukumi sunah Muakkad (dianjurkan) menurut ulama madzhab Syafi'i.

Keutamaan shalat sunah qabliyah subuh sebagaimana dalam hadits Rasulullah SAW dari Sayyidah Aisyah RA yang diriwayatkan oleh Imam Muslim berikut:

رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا

"Dua raka'at shalat fajar lebih utama dari dunia dan seisinya"

Imam Abu Hasan Al-Mubarakfuri memberikan arti dua raka'at shalat fajar pada hadits di atas pada makna shalat sunah fajar, sehingga yang dimaksud adalah shalat qabliyah subuh. Hal ini seperti yang dijelaskan dalam karyanya Mir’ah Al-Mafatih Syarah Misykat Al-Mashabih:

قوله (ركعتا الفجر) أي سنة الفجر هي المشهورة بهذا الاسم

"Maksud dari perkataan dua raka'at shalat fajar (dalam hadits) adalah shalat sunnah (qabliyah) fajar. Penyebutannya memang masyhur dengan nama ini"

Pemaknaan shalat fajar sebagai shalat qabliyyah subuh juga dikuatkan dengan berbagai kata “rak‘atai al-fajr” (dua rakaat shalat fajar) yang terdapat dalam beberapa hadits, misalnya dalam dua hadits berikut ini:

عن حفصة قالت: كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يصلي ركعتي الفجر قبل الصبح في بيتي يخففهما جدا

"Diriwayatkan dari Sayyidah Hafshah, beliau berkata: Rasulullah SAW melaksanakan shalat dua raka'at fajar sebelum melaksanakan shalat subuh di rumahku dengan sangat cepat". (HR. Ahmad)

Baca Juga: Dalil, Keutamaan dan Petunjuk Lengkap Shalat Rawatib

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ لَمْ يَكُنْ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى شَيْءٍ مِنْ النَّوَافِلِ أَشَدَّ مِنْهُ تَعَاهُدًا عَلَى رَكْعَتَيْ الْفَجْرِ

"Diriwayatkan dari Sayyidah ‘Aisyah RA, beliau berkata: Nabi SAW belum pernah dalam melakukan shalat sunnah lebih diperhatikan dari dua raka'at fajar." (HR. Bukhari)

Sedangkan dalam beberapa redaksi hadits yang lain, makna shalat fajar tidak merujuk pada shalat sunnah, tapi justru merujuk pada shalat subuh yang merupakan shalat fardhu, misalnya seperti dalam hadits berikut:

عَنْ جَابِرِ بْنِ سَمُرَةَ أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- كَانَ إِذَا صَلَّى الْفَجْرَ جَلَسَ فِى مُصَلاَّهُ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ حَسَنًا

"Diriwayatkan dari sahabat Jabir bin Samurah bahwa Nabi Muhammad SAW ketika telah melaksanakan shalat fajar, beliau duduk di tempat shalatnya sampai matahari terbit dengan terang". (HR. Muslim)

Makna hadits di atas dapat dipastikan merujuk pada shalat subuh, dengan berdasarkan indikasi (qarinah) lafadz setelahnya yang tidak menjelaskan bahwa Nabi Muhammad melaksanakan shalat yang lain kecuali shalat subuh.

Dalam beberapa hadits yang lain juga dijelaskan pemaknaan shalat fajar sebagai shalat subuh, dengan melihat pada hadits yang semakna namun dari riwayat yang berbeda, misalnya seperti yang dijelaskan oleh Imam Al-Munawi dalam kitab Faid Al-Qadir berikut ini:

(من صلى الفجر) أي صلاة الفجر بإخلاص وفي رواية صلاة الصبح (فهو في ذمة الله)

"Barangsiapa melaksanakan shalat fajar dengan ikhlas (dalam sebagian riwayat diungkapkan dengan kata shalat subuh) maka dia berada dalam jaminan Allah"

Sedangkan dalam hadits yang diriwayatkan dari Sahabat Abdullah bin ‘Umar, secara tegas memaknai redaksi "shalat al-fajar” dengan makna shalat subuh, berikut hadits tersebut:

لا صَلاةَ بَعْدَ الْفَجْرِ، إِلا الرَّكْعَتَيْنِ قَبْلَ صَلاةِ الْفَجْرِ

"Tidak ada shalat setelah (terbit) fajar kecuali dua raka’at sebelum shalat fajar". (HR. Thabrani)

Baca Juga: Petunjuk Lengkap Shalat Sunah Qabliyah Subuh

Dari beberapa penjelasan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa ketika shalat fajar diredaksikan dengan kata “rak‘atai al-fajr” (dua raka'at fajar) maka makna yang dimaksud adalah shalat sunnah qabliyah subuh. Sedangkan ketika shalat fajar diredaksikan dengan kata “shalla al-fajr” atau dengan kata “shalat al-fajr” maka makna yang dimaksud adalah shalat subuh.

Demikian bila kita memaknainya berdasarkan pada analisis berbagai hadits Nabi. Sedangkan jika meninjaunya dari segi ‘urf lughat (keumuman bahasa) yang berlaku dalam masyarakat Arab, mereka umumnya memaknai shalat fajar sebagai shalat subuh. Hal ini dapat kita amati ketika memperhatikan berbagai redaksi dalam berbagai kitab turats saat menjelaskan tentang shalat subuh yang biasanya menggunakan redaksi kata “shalat al-fajr”, sama persis dengan pelafalan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Thabrani di atas. Sedangkan ketika membahasakan shalat qabliyah subuh, maka umumnya orang Arab dalam berbagai redaksi menggunakan kata “rak’atai-l-fajr”.

Wallahu A'lam


Referensi:
1. Kitab Mir’ah Al-Mafatih Syarah Misykat Al-Mashabih karya Imam Abu Hasan Al-Mubarakfur
2. Kitab Faid Al-Qadir karya Imam Al-Munawi