Hikmah Diwajibkannya Bersuci sebelum Melaksanakan Shalat

 
Hikmah Diwajibkannya Bersuci sebelum Melaksanakan Shalat
Sumber Gambar: Pinterest, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Bagaimana persiapan kita saat hendak menghadap Tuhan? Dzat yang sangat kita hormati, pencipta ruh, jasad dan segalanya. Dzat yang telah menganugerahi nikmat tak terkira. Sementara, saat kita bertemu dengan orang yang sangat kita hormati, misalnya guru, kyai, gubernur sampai presiden, pasti kita akan memantaskan diri sebaik mungkin agar layak untuk diperhatikan. Padahal ini kita masih berhadapan dengan sesama manusia. Lantas, bagaimana mungkin kita menghadap Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT tapi tidak menyiapkan diri agar mendapatkan perhatiannya? Tentu ada yang salah jika hal itu tidak mengusik diri kita.

Karenanya, setiap Muslim harus menyiapkan diri sebaik mungkin dalam rangka menghadap Allah SWT. Dan shalat itu adalah manifestasi momen bertemu, menghadap kepada Allah SWT. Jadi, sebelum menunaikan ibadah shalat, kita wajib bersuci terlebih dahulu, baik dari hadas kecil maupun besar. Demikian ini selayaknya kita memantaskan diri untuk diperhatikan oleh Dzat Yang Maha Suci, Dzat Yang Maha Agung.

Jika dikaji lebih jauh lagi, kesucian itu meliputi dua aspek, lahir dan batin. Apabila kesucian lahir saja sedemikian wajibnya, tentu kesucian batin lebih dibutuhkan saat seseorang mau melakukan ibadah shalat. Hal ini merefleksikan diri agar kitab benar-benar menghadap kepada Allah SWT dengan penuh pengagungan, jauh melebihi saat kita menghadap dengan orang yang paling kita hormati sekalipun. 

Di dalam khazanah Islam, kita tahu bahwa Islam menempatkan kebersihan pada garda terdepan dalam hal ibadah. Hampir semua literasi kitab fiqih, pasti dimulai dengan Bab Thaharah yang berarti "kesucian". Dan yang dimaksud suci lebih dari sekadar hanya bersih. Suci menduduki posisi di atasnya. Kesucian menjadi perhatian paling utama karena merupakan pangkal dari ibadah shalat. Ibadah shalat tidak sah dilakukan oleh orang yang tidak suci, pakainnya najis mapun di tempat yang najis.  

Karena itu bersuci sebelum shalat itu hukumnya wajib, meski hukumnya asalnya adalah sunnah. Tetapi karena shalat tidak sah dilaksanakan tanpa bersuci terlebih dahulu, maka karena itu hukumnya menjadi wajib juga, sebagaimana dalam kaidah "ma la yatimmul wajib illa bihi fahuwal wajib," artinya suatu kewajiban yang tidak sempurna bisa dikerjakan tanpa hal tertentu, maka hal tertentu itu juga menjadi wajib. Demikian dalam hal menunaikan ibadah shalat. Setiap Muslim harus bersuci terlebih dahulu sebelum shalat, yakni dengan berwudhu.

Terdapat banyak sekali ayat Al-Qur’an yang memerintahkan perihal bersuci, di antaranya adalah firmah Allah SWT berikut ini:

يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اِذَا قُمْتُمْ اِلَى الصَّلَاةِ فَاغْسِلُوْا وُجُوْهَكُمْ ...

"Hai orang-orang yang beriman, ketika kalian akan melaksanakan shalat, basuhlan wajah kalian ...." (QS: Al-Maidah: 6)

وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ

"Dan sucikanlah pakaianmu." (QS: Al Muddatsir: 4)

Di dalam Hadis, Rasulullah SAW juga bersabda:

مِفْتَاحُ الصَّلاَةِ الطَّهُوْرُ

"Kuncinya shalat adalah suci." (HR. At-Tirmidzi) 

Bersuci, selain diperintahkan dalam Al-Qur’an atau Hadis, juga mengandung beberapa hikmah dan rahasia yang bisa dipetik. Hal ini sebagaimana yang disarikan dari penjelasan salah seorang ulama Al-Azhar, Kairo, Ali Ahmad Al-Jurjawi di dalam kitabnya Hikmatut Tasyri’. Berikut ini di antara penjelasannya:

Pertama, saat waktu shalat, malaikat tak tertarik melihat ada hamba yang berpakaian kotor, najis dan baunya apek.

Kedua, jika orang sedang berbaris, berjajar dengan manusia lain dalam shaf shalat, sedang pakaiannya kotor, pasti akan mengganggu jamaah lain. Oleh karena itu, Islam menganjurkan mandi bagi siapa saja yang ingin shalat Jumat dan 'Id. Di sana orang berkumpul, berdesak-desakan menjadi satu. Baju kotor, bau apek merupakan musibah yang menyakitkan bagi orang di sekitarnya. Dan bahwa menyakitkan orang lain itu dihindari dalam Islam, bahkan hingga hal yang sedemikian detail.

Ketiga, manusia itu mempunyai dua sisi kepribadian. Pribadi hayawan dan malaikat. Artinya setiap manusia mempunyai pribadi yang disamakan dengan koneksi hewan dan koneksi malaikat. Jika orang sedang berhubungan suami istri, kepribadian hayawani sedang mengalahkan kepribadian malaikat. Istilahnya ia sedang "menyakiti" kepribadian malaikat. Untuk memulihkan itu, seseorang perlu bersih-bersih dengan mandi wajib atau yang dikenal dengan istilah Jinabat.

Keempat, wudhu dan mandi itu menumbuhkan semangat baru, mengusir kemalasan. Orang yang menjalankan ibadah bisa tampil dalam keadaan segar, fresh dan semangat. Begitu pula bagi orang yang haid dan nifas. Setelah berhenti mengalir darahnya, maka ia diwajbkan untuk bersuci dengan mandi wajib.

Kelima, badan-badan yang biasa dibersihkan, adalah badan yang biasa dibuat untuk menjalankan maksiat. Misalnya, muka dengan instrumen mata yang biasa melihat maksiat, memakan harta haram, mencium aroma yang tidak seharusnya ia hirup, tangan mengambil harta yang tidak dengan cara tepat, menyakiti orang lain, kaki berjalan menuju lokasi yang tidak diridhoi Allah dan telinga yang mendengarkan hal yang dilarang Allah Ta’ala.

Dengan dibersihkannya bagian-bagian yang disebutkan diatas dengan berwudhu, maka semua badan akan menjadi bersih dan bersiap semangat menuju ibadah kepada Allah Ta’ala. Menghadap kepada-Nya, dalam keadaan yang sebaik-baiknya, dan sepantanya. Namun agar lebih sempurnya, harus juga diperhatikan dengan membersihkan diri dari kotoran dalam yang meliputi hasud, iri, dengki, sombong, pamer, dan lain sebagainya yang mengurangi kekhusyuan atau kualitas ibadah tersebut. Wallahu A'lam bis Showab. []


Catatan: Tulisan ini telah terbit pada tanggal 24 Juli 2021. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan dan penyelarasan bahasa.

___________

Editor: Hakim