Seorang Majusi yang Mimpi Bertemu Rasulullah SAW karena Membantu Orang Lain

 
Seorang Majusi yang Mimpi Bertemu Rasulullah SAW karena Membantu Orang Lain
Sumber Gambar: Pinterest, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Alkisah, nun di negeri Arab, ada seorang ibu yang mempunyai anak. Suaminya telah meninggal. Tiap hari anaknya menangis karena kelaparan. Karena tidak tahan, dengan sangat terpaksa, akhirnya ia memutuskan untuk meminta bantuan.

Di depan sebuah masjid ia berhenti. Pikirnya banyak yang akan menolong atau sekedar memberi bantuan. Lalu bertemulah dengan seorang muslim yang kebetulan lewat.

“Anakku yatim mohon bantuannya, mereka sekarang sedang kelaparan,” pintanya penuh iba.

Namun apa yang didapatkannya sungguh menyesakkan. Ia dihardik dengan kasar.

"Mana buktinya?” ujar lelaki tersebut dengan sedikit nada tinggi.

Pertanyaan tersebut tentunya membuat ibu itu menjadi sangat terpukul. Ia tidak dapat membuktikan dirinya yang benar-benar sangat membutuhkan bantuan, hingga terpaksa meminta bantuan.

Kemudian datanglah seorang yang beragama Majusi. Ia merasa iba dan kemudian menolongnya dengan memberi pakaian dan makanan hingga hilanglah kesusuhan di hati seorang ibu itu.

Melihat hal itu, lelaki Muslim yang menolak memberi pertolongan itu menjadi gundah. Pada malam harinya ia bermimpi bertemu dengan Rasulullah SAW. Dalam mimpinya itu ia melihat didatangi banyak orang, Rasulullah SAW menyambut semua orang dengan gembira. Namun saat gilirannya tiba, ia mendatangi Rasulullah, tapi saat itu ternyata ia justru diusir.

Dengan perasaan sedih, kemudian lelaki tersebut berkata, “Wahai Rasulullah aku ini umatmu dan mencintaimu juga?”

Namun jawaban Rasulullah membuatnya terperangah kaget, “Mana buktinya?” kata Rasulullah, persis sebagaimana ia mempertanyakan hal itu kepada seorang ibu yang dengan iba pernah meminta bantuan kepadanya.

Tak pelak lagi jawaban tersebut membuatnya tersadar tentang apa yang dilakukannya terhadap perempuan miskin yang minta pertolongan kepadanya. Sesaat kemudian ia a menangis. Kemudian Rasulullah saw menunjukkan sebuah taman yang indah dan gedung yang megah di surga. “Lihat ini, seharusnya aku berikan semua ini untukmu. Tapi karena engkau menolak menolong janda dan anak yatim itu, maka aku berikan semua ini pada seorang Majusi,” kata Rasulullah.

Maka ketika ia terbangun dari tidurnya, di pagi hari itu bergegaslah ia mencari ibu yang minta tolong kepadanya kemarin. Dicarinya ke sana kemari hingga akhirnya menemukan seorang ibu yang pernah meminta bantunya itu di tempat orang Majusi.

“Ayo ikutlah kepadaku,” ucapnya sambil memohon dengan penuh harap. Namun, saat itu yang terjadi adalah ternyata orang Majusi yang baik itu justru melarangnya dan tidak mau menyerahkan.

Dengan jengkel lelaki Muslim itu lalu berkata,"Ibu ini adalah orang Islam. Sudah menjadi kewajibanku menolong sesama muslim juga."

Mendengar hal itu orang Majusi tadi langsung bercerita. Ia mengatakan bahwa semalam juga bermimpi beretemu dengan Rasulullah SAW.

“Rasulullah telah memberikan kepadaku nikmat surga yang semula akan diberikan kepadamu. Maka ketahuilah bahwa pagi ini ketika aku terbangun, aku langsung masuk Islam. Aku telah menjadi pengikut Rasulullah SAW. Oleh sebab itu aku telah menunjukkan bukti bahwa aku adalah salah seorang pecintanya,” katanya.

Kisah ini sangat masyhur di kalangan para ulama. Dalam sebuah riwayat dikatakan bahwa ternyata seorang yang meminta bantuan itu adalah masih salah satu keturunan Rasulullah SAW. Tapi terlepas dari itu, menurut Syaikh Said Ramadhan Al-Buthi, kisah ini menyiratkan bahwa kasih sayang kepada siapapun itu akan selalu membawa hikmah kebaikan kepada pelakunya. Karena itu adalah ajaran Rasulullah SAW yang selalu memandang umatnya dengan penuh kasih sayang. 

Lihatlah dengan pandangan kasih sayang kepada setiap orang. Karena, jangankan orang Muslim yang berlaku kasih sayang, seorang Majusi yang memiliki belas kasih itupun mendapatkan anugerah hidayah karena sifat kasih sayang itu sendiri. Jika begitulah kenyataannya, bukankah ini adalah penegasan bagi kita sebagai seorag Muslim yang harus juga mempunyai sifat kasih sayang itu? []


Catatan: Tulisan ini telah terbit pada tanggal 23 Maret 2019. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan dan penyelarasan bahasa.

___________

Penulis: Nurul Huda (Penulis dan Jurnalis. Tinggal di Jakarta)

Editor: Hakim