Cara Mengendalikan Amarah Menurut Al-Qur’an dan Hadis

 
Cara Mengendalikan Amarah Menurut Al-Qur’an dan Hadis
Sumber Gambar: ilustrasi.Png

LADUNI.ID, Jakarta - Emosi marah memang tidak dapat dihilangkan dalam diri manusia. Hal ini adalah sebuah naluriah manusia.
Menurut Imam Al-Ghazali, ada dua cara mengendalikan amarah.
Yang pertama adalah tidak menuruti amarah, kecuali hanya pada persoalan yang tidak dilarang dalam agama dan tidak bertentangan dengan akal sehat manusia. Latihan ini bisa dilakukan dengan memaksakan diri sendiri dan melakukannya terus menerus sampai seseorang itu mengampuni dirinya sendiri. Dengan begitu manusia harus melatih atau melemahkan potensi amarah dalam dirinya sehingga, ketika emosi marah itu muncul, tidak akan terlalu berlebihan dan tidak sampai menyakiti orang lain.

Yang kedua adalah latihan dengan merenungkan bahwa manusia semuanya akan berakhir di dalam kubur. Dengan selalu merenungkan hal itu, manusia akan menjadi lebih zuhud di dunia. Ada baiknya kita selalu menyibukan pikiran dan hati kita dengan hal-hal yang positif, sehingga emosi marah sudah tidak punya tempat lagi di hati kita. Di dalam Al-Qur’an juga dijelaskan bahwa menahan amarah lebih baik dibandingkan membalasnya.
Hal ini terdapat dalam surat An-Nahl 16:126-127 yang berbunyi:

وَاِنْ عَاقَبْتُمْ فَعَاقِبُوْا بِمِثْلِ مَا عُوْقِبْتُمْ بِهٖۗ وَلَىِٕنْ صَبَرْتُمْ لَهُوَ خَيْرٌ لِّلصّٰبِرِيْنَ

“Dan jika kamu membalas, maka balaslah dengan (balasan) yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang yang sabar.” (Qs.An-Nahl 16:126)

وَاصْبِرْ وَمَا صَبْرُكَ اِلَّا بِاللّٰهِ وَلَا تَحْزَنْ عَلَيْهِمْ وَلَا تَكُ فِيْ ضَيْقٍ مِّمَّا يَمْكُرُوْنَ

“Dan bersabarlah (Muhammad) dan kesabaranmu itu semata-mata dengan pertolongan Allah dan janganlah engkau bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka dan jangan (pula) bersempit dada terhadap tipu daya yang mereka rencanakan.” (Qs.An-Nahl 16:127)

Selain itu, beberapa hadits juga ada yang menjelaskan bagaimana meredam amarah. Hal yang bisa dilakukan dalam diam sehingga tidak keluar kata-kata yang tidak disukai oleh Allah SWT yang bisa menyakiti hati orang lain. Hadis yang menyatakan untuk diam berbunyi:

وَ إِذَا غَضِبَ أَحَدُكُمْ فَلْيَسْكُتْ

“Jika salah seorang di antara kalian marah, diamlah.” (HR. Ahmad)
Jika diam saja tidak cukup untuk meredakan amarah di dalam diri, maka cobalah untuk berganti posisi. Hal ini sesuai dengan hadis yang diriwayatkan oleh Abu Daud. Hadis tersebut berbunyi:

إِذَا غَضِبَ أَحَدُكُمْ  وَهُوَ قَائِمٌ فَلْيَجْلِسْ، فَإِنْ ذَهَبَ عَنْهُ الْغَضَبُ، وَإِلاَّ فَلْيَضْطَجِعْ

“Bila salah satu di antara kalian marah saat berdiri, maka duduklah. Jika marahnya telah hilang (maka sudah cukup). Namun jika tidak lenyap pula, maka berbaringlah.” (HR. Abu Daud)

Selain diam dan berganti posisi, ada baiknya untuk coba mengambil air wudhu. Air wudhu selain berfungsi untuk membersihkan diri juga memiliki manfaat untuk membersihkan hati. Ketika mengambil air wudhu, bisa saja kita lupa dengan hal-hal buruk yang ingin kita lakukan ketika sedang marah. Emosi marah merupakan sifat setan, setan berasal dari api. Untuk meredakan api hendaknya basuh dengan air, yaitu air wudhu. Hal ini sesuai dengan hadis Nabi yang berbunyi:

 

إِنَّ الْغَضَبَ مِنْ الشَّيْطَانِ وَإِنَّ الشَّيْطَانَ خُلِقَ مِنْ النَّارِ وَإِنَّمَا تُطْفَأُ النَّارُ بِالْمَاءِ فَإِذَا غَضِبَ أَحَدُكُمْ فَلْيَتَوَضَّأْ

“Sesungguhnya amarah itu dari setan, dan setan diciptakan dari api. Api akan padam dengan air. Apabila salah seorang dari kalian marah, hendaknya berwudhu.” (HR. Abu daud)

Selain dari kajian agama Islam, menurut kajian psikologis ada beberapa cara untuk menghindari amarah atau mengontrol emosi marah di dalam diri, yaitu:
Berpikir sebelum berbicara. Hal ini tentunya bisa jadi salah satu cara untuk mengendalikan diri ketika ada rasa marah di dalam diri. Sebelum berbicara ada baiknya untuk diam dan berpikir sejenak, apakah kata-kata itu tidak akan membuat orang lain sakit hati atau membuat diri sendiri menyesal.

Ketika diri sudah lebih tenang, kamu bisa mengekspresikan emosi marah tersebut. Perlu diingat jangan sampai menyakiti siapapun ketika mengekspresikan emosi marah itu. Keluar ruangan. Hal ini tentunya untuk menghindari perdebatan yang tidak akan ada habisnya. Selain itu kamu juga bisa mencoba kegiatan seperti jalan-jalan, olahraga dan melakukan hobi yang disenangi.

Ambil waktu sejenak. Bagi orang dewasa sebetulnya hal ini harus bisa dilakukan. Coba berlatih setiap kali dilanda rasa marah, untuk tunggu waktu sejenak. Sehingga ketika mengekspresikan amarah tidak menggebu-gebu. Waktu istirahat sejenak sangat diperlukan supaya perasaan lebih nyaman dan amarah bisa mereda. Identifikasi solusi yang memungkinkan. ketika sedang marah, sebetulnya tidak selalu negatif. Ada kalanya justru bisa memunculkan solusi yang bisa dilakukan untuk menyelesaikan masalah.

Jangan menyimpan dendam. Manusia mungkin sering menyimpan dendam sehingga ketika marah semuanya akan terluapkan begitu saja sehingga kata-kata atau perbuatan yang dilakukan bisa menyakiti orang lain dan membuat penyesalan pada diri sendiri. Ketika membenci suatu hal atau seseorang, kita kerap menyimpan dendam pada hal tersebut. Cobalah untuk tidak menyimpan dendam.

Cobalah untuk menggunakan humor ketika melepaskan ketegangan yang ada. Hal ini tentunya bisa meringankan dan meredakan ketegangan. Dengan menggunakan humor bisa membantu kita untuk menghadapi apa yang membuat kita marah. Namun, jangan gunakan sarkasme, hindari hal itu. Sarkasme tentunya juga bisa menyakiti perasaan dan membuat keadaan bisa menjadi lebih buruk dari sebelumnya.

Orang yang marah hendaklah melakukan hal-hal berikut:

1.Berlindung kepada Allah dari godaan setan dengan membaca:

 أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ

Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk.

2.Mengucapkan kalimat-kalimat yang baik, berdzikir, dan istighfar.
3.Hendaklah diam, tidak mengumbar amarah.
4.Dianjurkan berwudhu’.
5.Merubah posisi, apabila marah dalam keadaan berdiri hendaklah duduk, dan apabila marah dalam keadaan duduk hendaklah berbaring.
6.Jauhkan hal-hal yang membawa kepada kemarahan.
7.Berikan hak badan untuk beristirahat.
8.Ingatlah akibat jelek dari amarah.
9.Ingatlah keutamaan orang-orang yang dapat menahan amarahnya.

Berikut ini adalah do’a yang bisa dibaca agar terhindar dari pikiran kotor.

اللَّهُمَّ آتِ نَفْسِي تَقْوَاهَا، وَزَكِّهَا أَنْتَ خَيْرُ مَن زَكَّاهَا، أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلَاهَا

"Allaahumma aati nafsii taqwaahaa wazakkihaa, anta khairu man zakkaahaa, anta waliyyuhaa wa maulaahaa."
Artinya: “Ya Allah, anugerahkanlah kepadaku ketakwaaan jiwa, dan sucikanlah ia karena Engkau-lah sebaik-baik Rabb yang menyucikannya, Engkau Pelindung dan Pemeliharanya," (HR. Muslim).

Do’a membersihkan hati, diriwayatkan dari Abu Darda’ Radhiyallahu anhu Beliau berkata,

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَلاَ أُُنَبِّئُكُمْ بِخَيرِ أَعْمَالِكُمْ وَأَزْكَاهَا عِنْدَ مَلِيْكِكُمْ وَأَرْفَعِهَا فِي دَرَجَاتِكُمْ وَخَيْرٌ لَكُمْ مِنْ إِنْفَاقِ الذَّهَبِ وَالوَرِقِ وَخَيْرٌ لَكُمْ مِنْ أَنْ تَلْقَوْا عَدُوَّكُمْ فَتَضْرِبُوْا أَعْنَاقَهُمْ وَيَضْرِبُوْا أَعْنَاقَكُمْ ؟  قَالُوْا : بَلىَ يَا رَسُوْلَ اللهِ ! قَالَ :  ذِكْرُاللهِ تَعَالَى

Artinya: "Maukah kamu aku tunjukkan amalan yang terbaik dan paling suci di sisi Rabbmu, dan paling mengangkat derajatmu, lebih baik bagimu daripada menginfakkan emas dan perak.

Dan lebih baik bagimu daripada bertemu dengan musuhmu lantas kamu memenggal lehernya atau mereka memenggal lehermu?” Para sahabat yang hadir berkata, “Mau wahai Rasulullah!” beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dzikir kepada  Allah Yang Maha Tinggi,"  
(HR. at-Tirmidzi (no. 3377).

Berdasarkan uraian di atas, rasa marah perlu disadari dan diterima kehadirannya sebab itu adalah hal yang wajar dirasakan manusia. Tetapi kita perlu mengendalikannya dengan benar, memilih diam dan bicara kembali saat sudah dirasa reda.

Kendati demikian, perlu kita ingat bahwa memaafkan segala hal yang menjadi pemicu amarah merupakan keputusan yang mulia. Sebab dengan begitu, secara tidak langsung kita telah memilih hidup damai daripada melampiaskan atau menyimpan dendam.

 

___________

Catatan: Tulisan ini terbit pertama kali pada Selasa, 9 April 2019. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan.
Editor : Sandipo

Sumber : Al-Qur’an dan Hadis