Keutamaan dan Kemuliaan Orang yang Mati Syahid

 
Keutamaan dan Kemuliaan Orang yang Mati Syahid
Sumber Gambar: okezone.com, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Dalam Hadis yang diriwayatkan oleh Imam At-Tirmidzi dari Al-Miqdam bin Ma'dy Kariba, dikatakan bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda:

لِلشَّهِيدِ عِنْدَ اللَّهِ سِتُّ خِصَالٍ يُغْفَرُ لَهُ فِي أَوَّلِ دَفْعَةٍ وَيَرَى مَقْعَدَهُ مِنْ الْجَنَّةِ وَيُجَارُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَيَأْمَنُ مِنْ الْفَزَعِ الْأَكْبَرِ وَيُوضَعُ عَلَى رَأْسِهِ تَاجُ الْوَقَارِ الْيَاقُوتَةُ مِنْهَا خَيْرٌ مِنْ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا وَيُزَوَّجُ اثْنَتَيْنِ وَسَبْعِينَ زَوْجَةً مِنْ الْحُورِ الْعِينِ وَيُشَفَّعُ فِي سَبْعِينَ مِنْ أَقَارِبِهِ

"Orang yang mati syahid di sisi Allah mempunyai enam keutamaan; dosanya akan diampuni sejak darahnya tertumpah di awal kali pertempuran, diperlihatkan tempat duduknya di surga, dijaga dari siksa kubur, diberi keamanan dari ketakutan yang besar saat dibangkitkan dari kubur, diberi mahkota kemuliaan yang satu permata darinya lebih baik dari dunia seisinya, dinikahkan dengan tujuh puluh dua bidadari dan diberi hak untuk memberi syafaat kepada tujuh puluh orang dari keluarganya."

Sedangkan di dalam Shahih Muslim, disebutkan riwayat sebagaimana berikut in:

عَنْ سُلَيْمَانَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "رِبَاطُ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ خَيْرٌ مِنْ صِيَامِ شَهْرٍ وَقِيَامِهِ وَإِنْ مَاتَ أُجْرِيَ عَلَيْهِ عَمَلُهُ الَّذِيْ كَانَ يَعْمَلُهُ وَأُجْرِيَ عَلَيْهِ رِزْقُهُ وَأُمِنَ الْفِتَانُ"

"Diriwayatkan dari Sulaiman, Nabi SAW bersabda: " Menjaga perbatasan dari serangan musuh sehari semalam lebih baik daripada puasa sebulan dengan mengerjakan shalat pada malam harinya. Jika ia meninggal, dialirkanlah padanya pahala amalannya, dialirkan pula rezekinya dan aman dari fitnah."

Di dalam Kitab Ahwalul Qubur wa Ahwalul Ahliha ilan Nusyur, Ibnu Rajab Al-Hanbali menyebutkan bahwa selain riwayat Imam Muslim di atas, terdapat pula riwayat yang sama dari At-Tirmidzi dan Abu Dawud yang bersumber dari Fudlolah bin Ubaid.

Selain itu terdapat pula Hadis yang diriwayatkan oleh An-Nasai berikut ini:

أَنَّ رَجُلًا قَالَ يَا رَسُوْلَ اللهِ مَا بَالُ الْمُؤْمِنِيْنَ يُفْتَنُوْنَ فِي قُبُوْرِهِمْ إِلَّا الشَّهِيْدُ، قَالَ: "كَفَى بِبَارِقِةِ السُّيُوْفُ عَلَى رَأْسِهِ فِتْنَةً"

Seseorang berkata, "Wahai Rasulullah, mengapa orang-orang beriman mendapatkan fitnah di dalam kuburnya kecuali orang yang mati syahid?" beliau lalu menjawab, "Kilatan pedang di atas kepalanya sudah cukup menjadi fitnah."

Mengenai kehidupakan kelak di akhirat, terdapat suatu penjelasan sebagaimana disebutkan di dalam Kitab Ahwalul Qubur wa Ahwalul Ahliha ilan Nusyur, bahwa kelak di akhirat semua orang akan melalui fase hisab atau perhitungan amal. Dan di sinilah penentuan seseorang akan mendapatkan siksa ataupun nikmat. 

وَرَوَى مُجَالِدٌ عَنْ مُحَمَّدٍ بْنِ الْمُنْتَشِرِ عَنْ رِبْعِي عَنْ حُذَيْفَةَ قَالَ: إِنَّ فِي الْقَبْرِ حِسَابًا وَفِي الْقِيَامَةِ حِسَابًا فَمَنْ حُوْسِبَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عُذِبَ. وَرَوَى ابْنُ عَجْلَانَ عَنْ عَوْنٍ بْنِ عَبْدِ اللهِ قَالَ: يُقَالُ إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا أُدْخِلَ قَبْرَهُ سُئِلَ عَنْ صَلَاتِهِ أَوَّلَ شَيْءٍ يُسْأَلُ عَنْهُ فَإِنْ جَازَتْ لَهُ صَلَاتُهُ نُظِرَ فِيَمَا سِوَى ذَلِكَ مِنْ عَمَلِهِ وَإِنْ لَمْ تُجْزَ لَهُ لَمْ يُنْظَرْ فِي شَيْءٍ مِنْ عَمَلِهِ بَعْدُ

Mujalid meriwayatkan dari Muhammad bin Al-Muntasyir dari Rib'i dari Hudzaifah, ia berkata: "Di dalam kubur kelak terdapat perhitungan, di hari kiamat juga ada hisab, barang siapa dihisab pada Hari Kiamat maka ia disiksa." Sedangkan Ibnu 'Ajlan meriwayatkan dari 'Aun bin Abdillah, ia berkata: "Dikatakan bahwa seorang hamba ketika dimasukkan ke dalam kuburnya, yang pertama ditanyai adalah tentang shalatya. Jika shalatnya baik atau diterima maka ia bisa melihat amalan-amalan selain shalat. Tetapi jika shalatnya tidak baik, maka ia tidak bisa melihat amalan-amalan selainnya.

Secara umum orang-orang akan mengalami fase itu dalam kehidupannya kelak di akhirat. Tapi berbeda dengan orang yang telah mati syahid. Sebagaimana dikatakan di atas, bahwa orang yang mati syahid tidak akan mendapatkan fitnah di kubur, sebab kata Nabi, kilatan pedang di atas kepalanya sudah cukup sebagi fitnah itu, yakni karena adanya keberanian dalam berperang yang tentu resikonya sangat besar dengan mempertaruhkan nayawa.  

Demikianlan keutamaan dan kemuliaan orang yang mati syahid. Tetapi, ketika kesempatan syahid tidak bisa diraih, maka ibadah shalat harus selalu dijaga karena akan menjadi penentu segala amal lainnya. Wallahu 'Alam bis Showab. []


Catatan: Tulisan ini telah terbit pada tanggal 12 Juli 2021. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan dan penyelarasan bahasa.

___________

Editor: Hakim