Penjelasan Dan Penjabaran Tentang Ilmu Tasawwuf

 
Penjelasan Dan Penjabaran Tentang Ilmu Tasawwuf

LADUNI.ID, Jakarta - Salah satu ilmu Yang dapat membantu terwujudnya manusia yang berkualitas adalah ilmu tasawwuf . Ilmu tersebut satu mata rantai dengan ilmu- ilmu yang lainnya dengan pada sisi luar yang dhahir yang tak ubahnya jasad dan roh yang tak dapat terpisahkan keduanya, ilmu tersebut dinamakan juga ilmu bathin.

Ilmu ada dua macam yaitu, ilmu yang ada dalam qolbu, itulah ilmu yang bermanfaat dan ilmu yang diucapkan oleh lidah adalah ilmu Hujjah atau hukum.
Kedua ilmu tersebut tidak dapat dipisahkan karena ilmu dhahir diucapkan dan digerakkan oleh jasad atau tubuh dan ilmu bathin diamalkan oleh qolbu dan serentak pengalaman bersamaan keduanya. Hal tersebut menunjukkan bahwa ilmu tersebut tidak dapat dipisahkan keduanya bahkan makin dalam ilmu tasawwuf seseorang makin dalam pula pengalaman syari'atnya,bahkan keluar masuk nafasnya dan khatar ( kata hatinya ),selalu dijaga dan dipelihara.

Tidaklah berlebihan jika misi utama kerasulan Nabi Muhammad SAW untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.
Sejarah juga mencatat bahwa faktor pendukung keberhasilan dakwah beliau itu antara lain karena dukungan akhlaknya yang prima.

Definisi Tasawwuf Menurut Imam Junaid, seorang sufi dari Baghdad, Tasawwuf merupakan sikap yang mau mengambil mulia serta meninggalkan hal yang rendah atau merendahkan. Pendapat lain disampaikan oleh Syaikh Ahmaz Zorruq dari Maroko, terkait definisi Tasawwuf. Menurutnya, Tasawwuf adalah bidang ilmu tentang perbaikan hati yang dilakukan murni karena Allah, dengan menggunakan pengetahuan tentang jalan keislaman. Pengetahuan itu pun bukan hanya terbatas pada fiqhiyyah saja, tetapi melingkupi ilmu yang berkaitan dengan amalan dan ketauhidan.

Dari definisi yang sudah disebutkan di atas, sebenarnya masih ada cukup banyak definisi dari ulama-ulama ahli Tasawwuf yang lain. Namun, definisi yang ditulis di atas sudah cukup bisa mewakili definisi-definisi lain meski dengan susunan kata berbeda.
Hakekat Jika diambil inti sarinya, Tasawwuf merupakan bentuk keilmuan yang mempelajari tentang bagaimana membersihkan Hati. Tentu bukan dari kotoran yang tampak oleh mata, melainkan dari kotoran-kotoran hati yang menjadi bawaan nafsu buruk. Pada akhirnya, bersih hati ini akan membawa seseorang semakin dekat dengan Pencipta. Dan hidupnya benar-benar ditujukan untuk Allah SWT saja.

Tentu saja ini bukan hal yang mudah, apalagi jika disamakan dengan membalik tangan. Sebab, kadang-kadang, setelah seseorang mempelajari ilmu Tasawwuf, orang tersebut tidak cukup mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan. Kadang bukan membersihkan, namun hanya mampu mengedentisifikasi. Secara hal, ini sudah cukup baik. Sebab dengan hasil identifikasi sikap dan perbuatan, seseorang sudah memiliki kesempatan untuk memperbaiki diri. Dia juga berkesempatan untuk menjadikan perbuatan baiknya lebih berkualitas. Berbeda dengan orang yang tidak tahu sama sekali. Orang yang tidak tahu atau tidak pernah mengidentifikasi perbuatan, akan menganggap perbuatan baiknya adalah baik. Padahal tidak semua perbuatan baik selalu baik.

Apa maksud perbuatan baik tidak selalu baik? Dalam ilmu Tasawwuf perbuatan baik selalu memiliki ruh. Ruh itu adalah keikhlasan. Keikhlasan sendiri adalah pemurnian amal tanpa ada sifat buruk yang menyertainya. Seringkali hal yang terlihat sebagai amal dunia adalah amal akhirat. Begitu pun sebaliknya. Hal-hal yang ada di dalam Tasawuf tidak ada satu pun yang bertentangan dengan  Al – Qur’an atau pun Hadis.
Tasawwuf adalah jalan, sedang dua hal itu, Al- Qur’an dan Hadis adalah petunjuk.
Tentu saja, jalan kebaikan apapun tidak boleh lepas dari petunjuk.

Di dalam Al- Qur'an, ada beberapa ayat yang biasa dikaitkan dengan sufi atau Tasawwuf, Ayat-ayat tersebut adalah:

وَلِلَّهِ الْمَشْرِقُ وَالْمَغْرِبُ فَأَيْنَمَا تُوَلُّوا فَثَمَّ وَجْهُ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ وَاسِعٌ عَلِيمٌ 

Artinya: Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui. (QS. Al -Baqarah 115)

Titik inti dari ayat tersebut adalah: di mana pun atau ke arah manapun orang menghadap, maka di situlah dia bisa menghadap Allah. Tentu saja ini kaitannya dengan ketauhidan dan bagaimana seseorang memposisikan diri sebagai hamba bagi Allah.

Ada lagi ayat:

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ

Artinya: Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. (QS. Al-Baqarah 186)                                               

Secara inti, isi ayat tersebut adalah: jarak Allah dan hamba-Nya itu dekat. Allah akan mengabulkan doa hamba yang mau berdoa. Hubungan kedekatan antara Allah dan hamba-Nya dalam ayat ini yang menjadi fokus pembahasan ilmu Tasawwuf.

Ada juga ayat tentang Tasawwuf yang berbunyi:

وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْاِنْسَانَ وَنَعْلَمُ مَا تُوَسْوِسُ بِهٖ نَفْسُهٗ ۖوَنَحْنُ اَقْرَبُ اِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيْدِ

Artinya: Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya. (QS. Qaf 15)

Ayat tersebut memberitahukan, bahwa kedekatan Allah dengan hamba-Nya bahkan lebih dekat dari urat leher. Allah juga mengetahui dengan jelas apa yang menjadi gerak hati hamba-Nya.
Ayat yang lain lagi adalah:

فَوَجَدَا عَبْدًا مِنْ عِبَادِنَا آَتَيْنَاهُ رَحْمَةً مِنْ عِنْدِنَا وَعَلَّمْنَاهُ مِنْ لَدُنَّا عِلْمًا

Artinya:  Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami                                                                                                                                                          
Ayat tersebut adalah ayat yang menceritakan tentang Nabi Musa saat mencari Nabi Khidir. Nabi Khidir lah yang disebut dalam ayat tersebut memiliki ilmu yang telah Allah ajarkan. Ilmu itu adalah ilmu yang tidak dimiliki oleh Nabi Musa. Dan itu sebabnya, Allah meminta Nabi Musa berguru kepada Nabi Khidir.

Tujuan adanya tasawwuf, antara lain;
1.Pendekatan
2.Pemurnian.
Tasawuf akan mendekatkan seseorang terhadap Allah SWT,  yang akan memurnikan perbuatan-perbuatan seseorang.
Dengan begitu, seluruh kebaikan yang dilakukannya hanya tertuju dan terkhusus untuk Allah SWT saja.  Akhirnya, hasil yang didapat adalah kedekatan hamba dengan ALLAH SWT.
Jika ada pendapat yang mengatakan tujuan Tasawwuf adalah untuk memperbaiki akhlak dan ibadah, maka pendapat tersebut tidak salah.
Sebab, Tasawwuf erat kaitannya dengan akhlak dan ibadah. Baik akhlak, ibadah, atau pun Tasawuf sendiri memiliki tujuan dan hasil akhir yang sama: Allah SWT.

Fungsi Tasawuf dan Contohnya:
Tasawwuf merupakan latihan dan cara untuk membersihkan diri terutama hati. Maka di dalam Tasawwuf diajarkan bagaimana menghilangkan mengenali sifat-sifat buruk yang sering menciderai perbuatan baik. Jika dalam kaca mata umum perbuatan baik adalah perbuatan baik saja, dalam Tasawwuf perbuatan baik masih dipilah antara yang ikhlas dan yang tidak. Perkara membuat ikhlas tersebut adalah tugas Tasawwuf.
Lantas, bagaimana jelasnya fungsi dari Tasawwuf ? Fungsi Tasawwuf adalah satu: membentuk jalan agar manusia dekat dengan Tuhannya.
Bagaimana caranya? Dengan membahas banyak hal terkait bisikan hati dan perubahan-perubahan di dalamnya. Selain itu, ilmu Tasawwuf juga akan mengupas tentang ibadah yang murni karena Allah SWT.

Seperti yang sudah ditulis di atas, ibadah atau perbuatan ada yang murni dan ada yang tidak. Seperti apa ibadah yang murni, Tasawwuf yang akan membahasnya. Tasawwuf juga akan mengidentifikasi sifat-sifat buruk manusia yang sering menciderai ibadah.
Dalam tataran Fiqih misalnya, harta yang wajib dizakati memiliki syarat-syarat tertentu. Salah satu syaratnya adalah sudah haul atau sudah satu tahun. Dan bisa saja, orang yang tidak mempelajari Tasawwuf akan berbuat sesuatu yang membuat syarat zakat tersebut tidak cukup. Dalam masalah ini, fiqih menghukumi tidak wajib zakat. Namun secara Tasawwuf, orang yang berbuat demikian termasuk orang yang tidak berakhlak.
Biasanya dalam Tasawwuf, materi yang selalu dibahas adalah terkait taubat, wara’ atau menjaga diri dari hal-hal subhat, zuhud, sabar, juga ridho. Tentang ibadah-ibadah yang sifatnya sunnah juga banyak dibahas dalam ilmu-ilmu Tasawwuf, bahkan ibadah sunnah yang biasanya tidak disinggung oleh Fiqih.

Di sinilah asyiknya mempelajari ilmu Tasawwuf. Sebab, mendekatkan diri kepada Allah SWT tidak cukup hanya dengan beribadah sunnah ala fiqhiyyah, tetapi juga harus ditambah dengan banyak ibadah sunnah. Ibadah wajib merupakan kewajiban, tambahannya adalah ibadah sunnah. 

Tasawwuf telah memberikan penegasan bahwa hidup tanpa memiliki hubungan yang harmonis dengan Tuhan, adalah hidup yang, kosong dan hampa. Manusia yang telah mencampakkan sisi batin (rohaniah) pada dirinya, serta tidak memiliki hubungan yang harmonis dan selaras dengan Tuhan, merupakan manusia yang hidup tanpa aturan-aturan dan norma-norma kebaikan. Bertasawwuf dalam al-akhlaq al-mahmudah berarti menegakkan moral yang baik dalam bentuk ucapan, perbuatan dan aktivitas keseharian.

Moral ini harus diajarkan, difahamkan, didudukkan, serta dibiasakan, sehingga ia menyatu dalam diri dan kemudian menjadi karakter.
Demikianlah serangkaian bentuk penjelasan tentang pengertian tasawwuf, hakekat, tujuan, fungsi, dan contohnya yang bisa kami berikan.
Semoga melalui tulisan  ini bisa memberikan wawasan dan menambah pengetahuan bagi segenap pembaca sekalian. Wallohu a'lam.

Keterangan :

Ta'rif tashowuf dalam Risyalatul Qusyairiyyah, Hal : 389

التصوف : علم تعرف به احوال تزكية النفس ، وتصفية الاخلاق ، وتعمير الظاهر والباطن لنيل السعادة الابدية.فموضوعه : التزكية والتصفية والتعمير

Tashowuf itu ilmu atau pengetahuan yang dengan nya diketahui bagaimana :

  • - Cara membersihkan diri dari berbagai jenis nafsu,
  • - Membersihkan akhlaq dan
  • - Menghiasi lahir dan bathin dengan ibadah demi mendapatkan kebahagian yang abadi.

Maudhunya ada pada :

  • - Membersihkan nafsu
  • - Menghiasi diri dengan akhlaqul karimah,dan
  • - Menghiasi diri dengan ibadah lillah.


----------------------------------------------------------------------------
Sumber: Dari Berbagai Sumber kajian Islam Tasawwuf

Catatan: Tulisan ini terbit pertama kali pada tanggal 10 April  2019. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan