Ketika Ahli Maksiat Mengikuti Majlis Ilmu dan Dzikir

 
Ketika Ahli Maksiat Mengikuti Majlis Ilmu dan Dzikir
Sumber Gambar: Istimewa, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Keadaan setiap orang seringkali berubah. Tidak semua orang baik. Terkadang orang yang sering berbuat baik, pada satu kesempatan tertentu melakukan khilaf. Demikian pula orang yang seringkali berbuat maksiat, pada satu kesempatan akan tergerak dalam melakukan kebaikan. Karenanya, tidak boleh menghakimi seseorang, bagaimanapun keadaannya. Tuhan Maha Berkehendak dalam membolak-balikkan hati.

Dalam Kitab Tajul ‘Arus Al-Hawi li Tahdzibin Nufus dijelaskan bahwa kita dianjurkan untuk terus melangkah hadir mengikuti majlis ilmu yang penuh hikmah sekalipun dalam keadaan maksiat.

Ibnu Athaillah menjelaskan sebagaimana dalam teks berikut ini: 

لَا يَفُتْكَ مَجْلِسُ الْحِكْمَةِ وَلَوْ كُنْتَ عَلَى مَعْصِيَّةٍ، فَلَا تَقُلْ: مَا الْفَائِدَةُ فِي السِّمَاعِ الْمَجْلِسَ، وَلَا أَقْدِرُ عَلَى تَرْكِ الْمَعْصِيَّةِ؟ بَلْ عَلى الرَّامِي أَنْ يَرْمِيَ فَإِنْ لَمْ يَأْخُذِ الْيَوْمَ يَأْخُذُ غَدًا، وَلَوْ كُنْتَ كَيِّسًا فَطَنًا لَكَانَتْ حُقُوْقُ اللهِ عِنْدَكَ أَحْظَى مِنْ حُظُوْظِ نَفْسِكَ

Artinya: “Janganlah kamu menghentikan langkahmu untuk menghadiri majlis ilmu yang penuh hikmah, meskipun kamu dalam keadaan bermaksiat. Janganlah berkata, ‘Apa guna mendengarkan dalam majlis ta’lim’. Dan janganlah hadirmu di majlis ta’lim diukur dengan ukuran kamu meninggalkan maksiat. Tetapi bagi seorang pelempar, yang melemparkan suatu barang, maka ketika dia tidak mendapatkan barang tersebut hari ini, maka ia akan mendapatkanya besok. Meskipun kamu adalah seorang yang sangat pintar, tetapi Allah lebih punya hak untuk dirimu, melebihi hakmu atas dirimu.”

Selain di dalam kitab tersebut, Ibnu Athaillah juga menjelaskan tentang dzikir kepada Allah SWT di dalam Kitab Syarah Hikam. Beliau menulis nasihat agar tidak meninggalkan dzikir kepada Allah, meskipun seringkali lalai.

Berikut ini penjelasan Ibnu Athaillah:

لَا تَتْرُكِ الذِّكْرَ لِعَدَمِ حُضُوْرِكَ مَعَ اللهِ فِيْهِ لِأَنَّ غَفْلَتَكَ عَنْ وُجُوْدِ ذِكْرِهِ أَشَدُّ مِنْ غَفْلَتِكَ فِيْ وُجُوْدِ ذِكْرِهِ. فَعَسَى أَنْ يَرْفَعَكَ مِنْ ذِكْرٍ مَعَ وُجُوْدِ غَفْلَةٍ اِلَى ذِكْرٍ مَعَ وُجُوْدِ يَقَظَةٍ. وَمِنْ ذِكْرٍ مَعَ وُجُوْدِ يَقَظَةٍ اِلَى ذِكْرٍ مَعَ وُجُوْدِ حُضُوْرٍ. وَمِنْ ذِكْرٍ مَعَ وُجُوْدِ حُضُوْرٍ اِلَى ذِكْرٍ مَعَ وُجُوْدِ غَيْبَةٍ عَمَّا سِوَى الْمَذْكُوْرِ. وَمَا ذَلِكَ عَلَى الله بِعَزِيْزٍ

Artinya: “Jangan kau tinggalkan dzikir oleh sebab ketidakhadiranmu bersama Allah dalam dzikirmu, karena sesungguhnya kelalaianmu dari menunaikan dzikir kepada Allah lebih parah ketimbang kelalaianmu saat menunaikan dzikir kepada Allah. Barangkali Allah akan menaikkanmu dari dzikir yang disertai adanya kelalaian menuju dzikir yang disertai adanya kesadaran, dan dari dzikir yang disertai kesadaran menuju dzikir yang disertai adanya kehadiran hati (bersama Allah), dan dari dzikir yang disertai kehadiran hati (bersama Allah) menuju dzikir yang disertai adanya kesirnaan hati dari selain Allah yang disebut dalam dzikir itu. Dan hal itu bagi Allah bukanlah hal yang sulit.”

Dari penjelasan Ibnu Athaillah ini, kita bisa tahu bagaimana cara melihat seseorang. Baik kepada orang ahli ibadah maupun kepada ahli maksiat. Sebab Allah Maha Berkehendak dan Maha Membolak-balikkan hati. Kita tidak bisa menghakimi atau menilai orang dari tampilan lahir belaka. Bisa jadi orang yang selama ini tekenal dengan perbuatan maksiat, suatu saat tergerak hatinya untuk kembali kepada Allah SWT. Karena itu, meski sering berbuat maksiat, harapan mendapatkan rahmat dari Allah SWT tidak boleh hilang sama sekali. Tapi meskipun demikian, bukan berarti pula menyepelekan perbuatan maksiat. Menjauhinya adalah suatu kewajiban, tapi ketika tergelincir khilaf berbuat maksiat tetaplah mempunyai harapan mendapatkan rahmat Allah SWT, dan tetap hadir mengikuti majlis ilmu dan majlis dzikir karena di situlah rahmat Allah SWT seringkali diturunkan. Siapa tahu, dari sinilah titik balik kehidupan seseorang berubah baik dan kembali kepada Allah SWT dengan hati yang ikhlas dan penuh berkah.

Demikian pula bagi orang yang telah istiqomah di jalan Allah SWT, dengan kebaikan-kebaikan, maka perlu menjaganya dengan baik dan berhati-hati, jangan sampai berubah berbelok pada jalan kemaksiatan. Karena itu pula, tidak boleh memandang sebelah mata orang lain yang mungkin sering bermaksiat. Tetaplah memandangnya dengan penuh kasih sayang dan mendoakannya secara ikhlas, semoga Allah SWT merahmatinya dan menerima taubatnya. []


Catatan: Tulisan ini telah terbit pada tanggal 06 Juli 2021. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan dan penyelarasan bahasa.

___________

Editor: Hakim