Pengertian dan Fardhunya Mandi dalam Islam

 
Pengertian dan Fardhunya Mandi dalam Islam
Sumber Gambar: Pexels / Erik Mclean / Laduniid

Laduni.ID, Jakarta - Mandi menurut bahasa adalah mengalirnya air pada sesuatu. Dan menurut istilah mandi merupakan meratakan air dari seluruh badan dari ujung rambut sampai ujung jari kaki disertai dengan niat sesuai dengan keperluannya.

Secara umum mandi merupakan salah satu sarana untuk membersihkan badan. Mandi yang seperti ini biasanya dilakukan oleh manusia setiap hari, bahkan bisa lebih dari satu kali dalam melaksanan mandi disatu hari.

Namun demikian, dalam Islam jika seorang ingin melaksanakan ibadah shalat tetapi memiliki hadas besar maka diwajibkan untuk melaksanakan mandi junub. Sebab salah satu syarat sah shalat adalah terbebas dari hadas besar atau kecil.

 يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا قُمْتُمْ اِلَى الصَّلٰوةِ فَاغْسِلُوْا وُجُوْهَكُمْ وَاَيْدِيَكُمْ اِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُوْا بِرُءُوْسِكُمْ وَاَرْجُلَكُمْ اِلَى الْكَعْبَيْنِۗ وَاِنْ كُنْتُمْ جُنُبًا فَاطَّهَّرُوْاۗ وَاِنْ كُنْتُمْ مَّرْضٰٓى اَوْ عَلٰى سَفَرٍ اَوْ جَاۤءَ اَحَدٌ مِّنْكُمْ مِّنَ الْغَاۤىِٕطِ اَوْ لٰمَسْتُمُ النِّسَاۤءَ فَلَمْ تَجِدُوْا مَاۤءً فَتَيَمَّمُوْا صَعِيْدًا طَيِّبًا فَامْسَحُوْا بِوُجُوْهِكُمْ وَاَيْدِيْكُمْ مِّنْهُ ۗمَا يُرِيْدُ اللّٰهُ لِيَجْعَلَ عَلَيْكُمْ مِّنْ حَرَجٍ وَّلٰكِنْ يُّرِيْدُ لِيُطَهِّرَكُمْ وَلِيُتِمَّ نِعْمَتَهٗ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ (٦)

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.” (QS Al- Maidah Ayat 6)

Fardhunya mandi :

1. Niat

2. Menghilangkan Najis. Fardlu menghilangkan najis hanya khusus dilakukan saat pada tubuh orang yang mandi ditemukan najis a'in atau najis hukmiyyah (najis yang hanya cukup sekali basuhan untuk menghilangkannya).

3. Menyiramkan Air

Pada saat melakukan mandi yang sangat perlu diperhatikan adalah menyiramkan air sampai rata ke seluruh tubuh termasuk rambut. Sebab Rasulullah SAW bersabda:

مَنْ تَرَكَ مَوْضِعَ شَعْرَةٍ مِنْ جِنَابَةٍ لَمْ يَغْسُلْ يَفْعَلُ كَذَا وَكَذَا مِنَ الناَرِ. (رواه أبو داود)

"Barangsiapa meninggalkan tempat sehelai rambut dari mandi jinabah yang tidak membasuhnya, maka dengan begitu akan diberlakukan ini dan itu dari neraka". (HR. Abu Dawud)

Hadis di atas menunjukkan wajibnya menyiramkan air keseluruh anggota tubuh yang dhahir (luar) termasuk membasahi semua rambut kepala atau rambut yang yang lain meskipun lebat. Termasuk anggota bagian luar yang wajib dibasuh adalah;

- Lubang telinga yang kelihatan dari luar.

- Lubang farjinya perempuan yang terlihat saat duduk jongkok.

- Lipat-lipatan organ tubuh.

- Bagian dalam "kunclup" orang yang belum khitan.

- Dan bagian dalam dubur (anus) yang kelihatan saat duduk jongkok.

Syarat air sedikit bisa mensucikan najis bila airnya yang mendatangi najis (menurut pendapat yang paling shahih), jika najisnya mendatangi air, namun dibilasan terakhir airnya yang mendatangi najis, berarti sudah cukup. Kalau menurut pendapat lain asal dalam mencelupkan najis pada air sedikit tersebut ada tujuan menghilangkan najis, meskipun airnya sedikit tetap suci.

( ويشترط ورود الماء ) على المحل إن كان قليلا في الأصح لئلا يتنجس الماء لو عكس لما علم مما سلف أنه ينجس بمجرد وقوع النجاسة فيه

والثاني وهو قول ابن سريج لا يشترط لأنه إذا قصد بالغمس في الماء القليل إزالة النجاسة طهر كما لو كان الماء واردا بخلاف ما إذا ألقته الريح

Menurut pendapat yang paling shahih (benar) saat air kurang dua Qullah disyaratkan air yang mendatangi najisnya, agar air tidak menjadi najis bila di balik (barang mendatangi najisnya) sebab hanya dengan kejatuhan najis air sedikit atau kurang dua Qullah bisa langsung najis, menurut pendapat yang kedua, pendapatnya Imam Suraij "Hal tersebut tidak disyaratkan, karena bila tujuan saat mencelupkan najis pada air sedikit tersebut menghilangkan najis maka dihkumi suci sebagaimana bila air yang mendatangi najis berbeda bila masuknya najis pada air tanpa ada tujuan seperti saat dijatuhkan angin". (Mughni Al-Muhtaaj I/86 ).

Wallahu A'lam Bishowab