Gunjingan, Kisah Ayah dan Anak Naik Keledai Kecil

 
Gunjingan, Kisah Ayah dan Anak Naik Keledai Kecil

LADUNI.ID, Jakarta - Suatu riwayat dikisahkan, bahwa pada suatu hari Luqman al-Hakim bersama anaknya pergi ke pasar dengan menaiki seekor Keledai kecil. Ketika itu Luqman naik di punggung Keledai sementara anaknya megikuti di belakangnya dengan berjalan kaki. Melihat tingkah laku Luqman itu, ada orang yang berkata,

“Lihat itu orang tua yang tidak merasa kasihan kepada anaknya, dia enak-enak naik keledai sementara anaknya disuruh berjalan kaki.”

Setelah mendengarkan gunjingan orang-orang, maka Luqman pun turun dari keledainya itu lalu anaknya diletakkan di atas keledai tersebut. Melihat yang demikian, maka orang di pasar itu berkata pula.

“Hai, kalian lihat Situ ada anak yang kurang ajar. Orang tuanya disuruh berjalan kaki, sedangkan dia enak-enaknya menaiki keledai,” ucap mereka lagi.

Setelah mendengar kata-kata itu, Luqman pun terus naik ke atas punggung keledai itu bersama-sama dengan anaknya. Kemudian orang-orang juga ribut menggunjing.

“Hai teman-teman, lihat itu ada dua orang menaiki seekor keledai. Kelihatannya keledai itu sangat tersiksa, kasihan ya,” ucap mereka lagi terus mengguncing.

Oleh karena tidak suka mendengar gunjingan orang-orang, maka Luqman dan anaknya turun dari keledai itu, kemudian terdengar lagi suara orang berkata.

“Hai, lihat itu. Ada dua orang berjalan kaki, sedangkan keledai itu tidak dikenderai. Untuk apa mereka bawa keledai kalau akhirnya tidak dinaiki juga,” ucapnya lagi.

Baca Juga: 

Ketika Luqman dan anaknya dalam perjalanan pulang ke rumah, Luqman al-Hakim menasihati anaknya tentang sikap orang-orang dan keusilan mereka tadi.

Luqman berkata, “Sesungguhnya kita tidak bisa terlepas dari gunjingan orang lain.”

Anaknya bertanya, “Bagaimana cara kita menanggapinya, Ayah?”

Luqman meneruskan nasihatnya, “Orang yang berakal tidak akan mengambil pertimbangan melainkan hanya kepada Allah Swt. Barang siapa mendapat petunjuk kebenaran dari Allah, itulah yang menjadi pertimbangannya dalam mengambil keputusan.”

Kemudian Luqman Hakim berpesan kepada anaknya.

“Wahai anakku, carilah rizki yang halal supaya kamu tidak menjadi fakir. Sesungguhnya orang fakir itu akan tertimpa tiga perkara, yaitu tipis keyakinannya (iman) tentang agamanya, lemah akalnya (mudah tertipu dan diperdayai orang) dan hilang kemuliaan hatinya (kepribadiannya), tuturnya kepada anaknya."

“Lebih dari sekedar tiga perkara itu, orang-orang yang suka merendah-rendahkan dan menyepelekannya,” lanjut Luqman Hakim.

Baca Juga: 

Hikmah dari kisah diatas

“Semoga kita bisa mendapat pelajaran yang berharga, selama apa yang kita lakukan itu diiringi niat baik, keikhlasan dalam berproses dan tidak melanggar syari'at, maka omongan orang tentang apa yang kita perbuat tidak usah diambil hati dan tidak perlu khawatir,”

Bahkan jangan sampai omongan negatif orang pada kita mendorong kita menjadi malas melakukan pekerjaan, minder, rendah diri, tidak bersemangat lagi  dan mendorong kita melakukan hal-hal yang tidak terpuji lainnya.

Jadikan semua itu sebagai batu ujian yang bisa kita jadikan pijakan untuk melangkah lebih jauh lagi.  Kalaupun khawatir, khawatirlah  jika yang kita lakukan itu jelek dimata Allah dan mengundang murka Allah, naudzubillah..