Makna Filosofis Lambang Nahdlatul Ulama

 
Makna Filosofis Lambang Nahdlatul Ulama
Sumber Gambar: ldnupemalang.or.id, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Lambang NU sebagaimana yang sudah kita ketahui hingga sekarang adalah hasil istikharah KH. Ridwan Abdullah. Selain sosok kyai yang alim, beliau juga memiliki kelebihan istimewa, yakni terampil dalam bidang melukis.

Pada saat pendirian Jam'iyyah Nahdlatul Ulama, Kyai Ridwan Abdullah hanya diberi waktu satu setengah bulan untuk menyelesaikan tugas membuat lambang NU itu. Tetapi ternyata dengan waktu yang ditentukan tersebut, beliau masih saja tak mampu membuatnya. Seperti ada sesuatu yang aneh.

Tidak biasanya beliau tidak mendapatkan inspirasi yang sesuai dengan keyakinan hati. Tetapi setelah istikharah, akhirnya inspirasi itu muncul, dan terbentuklah lambang NU seperti sekarang ini.

Lambang tersebut disetujui oleh para kyai, dan dalam sebuah riwayat disebutkan, bahwa ada kyai dari Pesantren Sidogiri, yaitu Kyai Nawawi Sidogiri yang mengusulkan agar ditambahkan tali jagat, sebagaimana isyarah yang didapatkannya dalam mimpi. Belakangan diketahui bahwa saat itu Mbah Kyai Wahab Chasbullah juga menyetujuinya, memang harus ada tali jagat yang mengikat, tetapi tidak perlu dikencangkan ikatannya.

Lambang NU bukanlah sembarang lambang. Di dalamnya mengandung banyak makna filosofis. Sehingga, tak heran jika lambang itu menggambarkan ruh yang terus hidup dari generasi ke generasi.

ebagaimana dikutip dari buku karya H. Soeleiman Fadeli & Mohammad Subhan berjudul Antologi Sejarah, Istilah, Amaliah dan Uswah NU, lambang NU menyiratkan makna sebagaimana berikut ini:

1. Bola dunia adalah tempat manusia berasal dan tinggal. Hal ini sesuai dengan Surat Taha ayat 55.

2. Tali atau tambang yang mengelilingi bola dunia. Ini artinya adalah lambang ukhuwwah, atau persaudaraan. Ini berdasarkan ayat 103 dalam Surat Ali Imran.

3. Peta Indonesia terlihat. Meskipun NU menggunakan lambang bola dunia, tapi yang tampak di permukaan adalah peta Indonesia. Ini melambangkan NU didirikan di Indonesia, berjuang di Indonesia.

4. Dua simpul ikatan di bagian bawah melambangkan hubungan vertikal dengan Allah dan hubungan horizontal dengan sesama umat manusia.

5. Untaian tampar tambang yang berjumlah 99 melambangkan nama-nama terpuji bagi Allah (Asmaul Husna) yang berjumlah 99.

6. Lima bintang di atas bola dunia. Bintang yang berada di tengah berukuran besar dibanding empat yang lainnya. Bintang paling besar itu melambangkan Rasulullah, sementara yang empat melambangkan sahabatnya yang mendapat julukan Al-Khulafa Ar-Rasyidun yakni Abu Bakar, Umar bin Khatab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib.

7. Empat bintang di bawah bola dunia melambangkan empat imam mazhab Ahlussunah wal Jamaah yaitu Imam Maliki, Imam Syafi'i, Imam Hanafi, dan Imam Hanbali.

8. Jumlah bintang secara keseluruhan ada sembilan. Ini bermakna Walisongo (sembilan ulama penyebar Islam).

9. Tulisan Nahdlatul Ulama dalam Huruf Arab melintang di tengah bumi untuk menunjukkan nama organisasi tersebut, Nahdlatul Ulama, kebangkitan para ulama.

Dalam sebuah kesempatan, Rais 'Aam PBNU KH. Miftahul Akhyar pernah menjelaskan tentang filosofi huruf dladl (ض) pada tulisan Nahdlatul Ulama yang berukuran panjang dan melintasi bola dunia. Hal ini melambangkan, dengan penuh keyakinan bahwa NU akan men-dlad-kan dunia. Artinya, diharapkan agar organisasi ini bisa menaungi dunia dan mendamaikan dunia. Huruf dladl bisa dimaknai juga dengan refleksi sebuah Hadis yang mengatakan bahwa Nabi Muhammad SAW adalah orang yang paling fasih dalam mengucapkan huruf dladl. Artinya, bagaimanapun NU akan selalu meneladani ajaran Nabi Muhammad SAW.  

10. Warna dasar lambang adalah hijau sebagai lambang kesuburan.

11. Tulisan berwarna putih sebagai lambang kesucian.

Demikianlah refleksi hasil istikharah yang menggambarkan pandangan Kyai Ridwan NU dengan membuat lambang NU yang terdiri dari bumi dikelilingi tampar yang mengikat, untaian tampar berjumlah 99, lima bintang di atas bumi (yang tengah berukuran paling besar) dan empat bintang di bawah bumi. Terdapat tulisan Nahdlatul Ulama dalam huruf Arab melintang di tengah bumi dan di bawah bumi ada tulisan NU dalam huruf latin.

Kyai Ridwan Abdullah adalah salah satu santri KH. Kholil Bangkalan, sebagaimana umumnya para kyai pendiri NU yang lain. Beliau merupakan kyai yang total dalam berorganisasi. Demikian mengenai beliau digambarkan dalam Buku Antologi Sejarah, Istilah, Amaliyah, dan Uswah NU.

Sejak terjun dalam organisasi, Kyai Ridwan terpaksa mengurangi kesibukannya dalam mengurus ekonomi. Dulu beliau pernah mempunyai toko kain di Jalan Kramat Gantung, sekaligus juga menjadi seorang penjahit. Tetapi toko itu kemudian diserahkan kepada adiknya, bahkan diriwayatkan bahwa toko tersebut akhirnya juga dijual untuk kepentingan organisasi. Rumah milik mertuanya di Bubutan juga diserahkan untuk kepentingan NU. Lantai bawah untuk percetakan NU, sedangkan lantai atas dipakai untuk sekretariat dan ruang pertemuan.

Keteladan dan keteguhan hati Kyai Ridwan tidak pernah diragukan. Dikisahkan, bahwa setiap ada anak yang akan berangkat mondok dan menyempatkan diri untuk sowan kepadanya, maka selain diberi nasihat dan wejangan, beliau juga tidak pernah lupa memberikan uang saku untuk bekal. Padahal, beliau sendiri sesungguhnya jarang punya uang yang banyak. 

Al-Fatihah untuk para pendiri Nahdlatul Ulama dan semua yang terus berjuang untuk kemaslahatan umat melalui organisasi tersebut. Semoga senantiasa melimpahkan berkah dan rahmat-Nya selalu. Amin. []


Catatan: Tulisan ini telah terbit pada tanggal 07 September 2020. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan dan penyelarasan bahasa.

___________

Editor: Hakim