Empat Hal yang Perlu Dilakukan Saat Menghadapi Orang Sakaratul Maut

 
Empat Hal yang Perlu Dilakukan Saat Menghadapi Orang Sakaratul Maut

LADUNI.ID, Jakarta - Hidup di dunia ini tidak akan lepas dari kematian, karena pada akhirnya semua yang bernyawa di dalam kehidupan ini akan mati. Oleh sebab itu dianjurkan untuk setiap umat Islam agar senantiasa terbiasa dalam mengingat kematian.

Hal ini sebagaimana sabda Nabi Muhammad Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai berikut.

أَكْثِرُوا مِنْ ذِكْرِ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ

Artinya: “Perbanyaklah oleh kalian mengingat pemutus kenikmatan (kematian).” (HR. Ibnu Hiban)

Berdasarkan hadis ini kita dituntut untuk tidak selalu berpikir tentang bagaimana mengejar kemewaan di dalam kehidupan, karena kematian merupakan sebuah keniscayaan yang tidak bisa ditolak. Semua yang bernyawa, baik itu masih muda atau sudah tua sekalipun, akan menemui kematian tanpa tahu waktunya kapan. Tidak menampik apakah orang itu sehat atau sakit, kematian tetap akan datang jika waktunya sudah tiba.

Baca juga: Hikmah Saat Detik Terakhir Rasulullah SAW Akan Wafat

Tidak sedikit orang dengan usia yang masih sangat muda di mana dia masih menjalani waktunya mengejar mimpi-mimpinya akan dipertemukan dengan ajal dan kematian melalui sebab yang beraneka ragam. Begitupun dengan orang yang berusia telah senja atau orang tua akan dipertemukan dengan ajalnya tanpa diduga-duga sebelumnya.

Begitulah kematian. Ia tidak hanya menyerang orang yang sudah tua tetapi juga orang yang masih muda. Ia juga tidak hanya menyerang orang yang sedang dalam keadaan sakit, tetapi juga menyerang orang yang sehat.

Oleh karena itu semua, dianjurkan bagi umat Islam untuk selalu mengingat akan kematian. Hendaknya selalu bersiap diri akan datangnya kematian, agar ketika kematian itu tiba bisa dilewati dengan husnul khotimah.

Dengan orang-orang yang dekat pula, keluarga misalnya, harus selalu diingatkan tentang datangnya kematian. Apalagi orang dekat itu sedang dalam keadaan sakit keras. Orang yang di sekitarnya dianjurkan untuk mengingatkannya kepada kematian, terlebih jika orang tersebut telah hampir mengalami kematian, seperti dalam keadaan naza’ atau sakaratul maut.

Baca juga: Apakah Iblis Mengalami Sakaratul Maut Juga?

Dalam hal ini, Dr. Musthafa Al-Khin dalam karangan kitabnya yang berjudul Al-Fiqhul Manhajî menjelaskan bahwa terdapat 4 (empat) hal yang perlu dilakukan seseorang terhadap anggota keluarga yang sedang mengalami naza’ atau sakaratul maut. Apa saja keempat hal itu?

1. Menghadapkan Wajahnya ke Arah Kiblat

Menidurmiringkan orang tersebut ke sisi badan sebelah kanan untuk menghadapkan wajahnya ke arah kiblat. Bila hal ini dirasa susah maka menelentangkapnnya dengan posisi kepala sedikit diangkat sehingga wajahnya menghadap ke kiblat. Demikian pula kedua ujung kakinya juga disunahkan untuk dihadapkan ke arah kiblat.

2. Membacakan Talqin

Disunahkan mengajari (men-talqin) orang yang sedang sekarat kalimat syahadat yakni lâ ilâha illallâh dengan cara yang halus dan tidak memaksanya untuk ikut menirukan ucapan syahadat tersebut. Cukuplah mentalqin dengan mengulang-ulang memperdengarkan kalimat lâ ilâha illallâh di telinganya tanpa menyuruh untuk mengucapkannya.

Baca juga: Begini Pesan Rasulullah SAW Sebelum Wafat

Hal ini juga berdasarkan sabda Rasulullah yang diriwayatkan oleh Imam Muslim sebagai berikut.

لَقِّنُوا مَوْتَاكُمْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ

Artinya: “Ajarilah orang yang mau meninggal di antara kalian dengan kalimat lâ ilâha illallâh.”

3. Membacakan Surat Yasin

Disunahkan membacakan surat Yasin kepada orang yang sedang sekarat. Berdasarkan sabda Rasulullah yang diriwayatkan oleh Ibnu Hiban:

اقرؤوا عَلَى مَوْتَاكُمْ يس

Artinya: “Bacakanlah surat Yasin kepada orang yang sedang sekarat di antara kalian.”

Baca juga: Ahli Kubur Duduk Berdampingan Bersama Rasulullah SAW

4. Mengajaknya Berbaik Sangka kepada Allah

Orang yang sedang mengalami sakit dan merasakan sudah adanya tanda-tanda kematian ia dianjurkan untuk berbaik sangka (husnu dhan) kepada Allah. Dalam keadaan seperti ini yang terbaik ia lakukan adalah membuang jauh-jauh bayangan dosa dan kemaksiatan yang telah ia perbuat. Sebaliknya ia dianjurkan untuk membayangkan bahwa Allah akan menerimanya dan mengampuni semua dosa-dosanya.

Dalam sebuah hadis qudsi yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim  Allah berfirman:

أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي

 Artinya: “Aku bersama prasangka hamba-Ku kepadaku.”

Dalam keterkaitan ini, para ulama mengajarkan ketika seseorang dalam keadaan sehat maka rasa takutnya terhadap siksa Allah (khauf) dan harapannya terhadap rahmat Allah (rajâ) mesti seimbang ada di dalam dirinya. Ada yang mengatakan rasa takutnya harus lebih banyak dari pada harapannya. Namun ketika seseorang dalam keadaan sakit dan telah dekat kematiannya maka harapan pada rahmat Allah mesti harus lebih besar dari rasa takutnya atau bahkan hanya ada harapan saja di dalam dirinya kepada rahmat Allah. Ia mesti yakin bahwa Allah akan mengampuni dan melimpahkan kasih sayang-Nya.

Baca juga: Suka Menebar Hoak dan Fitnah, Berujung Su'ul Khatimah Akhir Kehidupan?

Dengan keempat hal itulah setidaknya orang yang sedang sakaratul maut bisa menjadi orang yang husnul khotimah. Apalagi orang itu adalah bagian dari keluarga yang harus kita bimbing menuju keadaan yang husnul khotimah. Semoga kita semua termasuk orang yang husnul khotimah. Aamiin ya Rabbal ‘aalamiin.

Wallahu a’lam bisshawab…