Mengenal KH. Mohammad Tolhah bin Sulaiman, Ulama Ahli Tafsir dari Solo

 
Mengenal KH. Mohammad Tolhah bin Sulaiman, Ulama Ahli Tafsir dari Solo
Di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta, masyhur dengan pondok pesantren penghafal Al-Qur’an. Nama-nama pondok Al-Muayyad, Al-Qur’aniyy, begitu tersohor hingga ke luar daerah. Bila waktu subuh maupun maghrib, dari pondok tersebut, sering pula kita dengarkan lantunan syahdu para santri yang tengah mendaras Kalamullah. Belum lagi ditambah para ustaz serta ustazah di langgar maupun masjid, yang selalu setia menemani para santri mengaji Kitab Suci.
Di daerah penghasil batik itu, terdapat sejumlah tokoh ulama ahlul-Qur’an. Siapa yang tidak kenal KH Ahmad Umar bin Abdul Mannan, KH Ahmad Musthofa (Mbah Daris), KH Ahmad Asy’ari, KH Asfari (Mbah Bei), dan masih banyak lagi nama yang kiranya dapat disebutkan.
Termasuk di dalamnya, yakni KH Muhammad Tolhah bin Sulaiman, seorang ulama Ahlul-Qur’an yang tinggal di daerah Tegalsari, Kelurahan Bumi, Laweyan. Pribadi yang memiliki sifat lemah lembut ini dikenang sebagai sosok yang rendah hati.

KH. Muhammad Tolhah bin Sulaiman dilahirkan di daerah Tegalsari, Kelurahan Bumi, Laweyan, Solo pada hari Ahad Wage tanggal 14 Syawal 1329 H/8 Oktober 1911M. diceritakan juga KH. Muhammad Tholhah bin Sulaiman merupakan menantu KH. Ahmad Shafawi Mangkuyudan Solo.

KH. Muhammad Tholhah sudah mendapat bimbingan agama dari ayahnya sejak kecil. Saat usia beliau menginjak 8 tahun KH. Muhammad Tholhah masuk ke Pendidikan MI (Madrasah Islamiyyah) di Solo. Beliau dididik langsung oleh para guru, seperti Sayyid Ahmad bin Abdullah Assegaf (kepala sekolah MI), Syaikh Abdul Aziz Al-Syimi Al-Mishry, Syaikh Ali Thayyib Al-Madani, Sayyid Abdullah Alatas, dan guru-guru lainnya di Solo.

Pada tahun 1927 M/1345 H, KH. Tholhah berangkat ke tanah suci Bersama ayahnya untuk menunaikan ibadah haji. Setelah bermukim di sana selama 2 tahun, KH. Tholhah sudah menghafal Alquran sampai surat al-Nisa’ berkat bimbingan ayahnya. Satu tahun berikutnya KH. Tholhah berangkat menuntut ilmu kepada Syaikh Dimyathi bin Abdullah (saudara Syaikh Mahfudz bin Abdullah Termas) atas perintah sang ayah.

Selama di Termas beliau banyak mengkaji kitab-kitab seperti, Syarḥ Abī Syujā‘ li Ibni Qāsim, Manhāj al-Qawīm, Fatḥ al-Wahhāb Li Syaikh al-Islam, Syarḥ Manhaj al-ṭālibīn li al-Jalāl al-Maḥalli, al-Ṣaḥīḥain, tafsir al-Jalālain, Alfiyyah li Ibni Mālik, Alfiyyah al-Suyuthi fi Muṣṭalaḥ al-Ḥadis, dan lain-lain.

Tidak hanya mengkaji kitab-kitab, beliau juga mendapat ijazah tahfiz dari Syaikh Dimyathi bin Abdullah serta saudaranya, Syaikh Mahfudz bin Abdullah. Lalu pada tahun 1346-1356 H beliau menghabiskan waktunya di Mekkah, dan pada tahun 1348 H beliau telah menyelesaikan hafalannya.

KH. Muhammad Tholhah juga belajar di Krapyak, Yogyakarta kepada Syaikh Munawwir bin Abdillah Rasyad. Beliau berhasil mengkhatamkan Aquran bil-gaib sebanyak dua kali dan mendapatkan ijazah dari gurunya tersebut.

Pada tahun 1351 H, beliau pergi ke Jombang untuk mengikuti kajian kitab Ṣaḥīḥain dari Syaikh Hasyim Asy‘ari. Pada tahun 1352 H, KH. Muhammad Tholhah melakukan ibadah haji untuk kedua kalinya. Selama berada di sana beliau mengunjungi kampung Al-Mudda’a dan bertemu dengan seorang mufti al-Malikiyah bernama Syaikh Muhammad Ali bin Husain al-Maliki.

Dari Syaikh Muhammad Ali, KH. Tholhah mendengar mendengar hadis al-Musalsal bi al-awwaliyah. Lalu KH. Thalhah pergi ke Madinah dan bertemu dengan Mufti al-Madinah (beliau juga seorang ahli hadist), Syaikh Ibrahim bin Abdul Qadir Barri al-Madani. Beliau berguru kepadanya kitab Ṣaḥīḥ al-Bukhari, Ṣaḥīḥ Muslim dan Muwaṭṭa’ Imam Malik, dan mendapatkan ijazah darinya.

Pada tahun 1353 H, beliau bertemu dengan seorang ahli sufi di Solo, yaitu Sayyid Muhsin bin Abdullah Assegaf. Mengaji Alquran kepadanya 1 khataman bil gaib dan belajar darinya berbagai hadis musalsal, seperti hadis musalsal al-awwaliyah, hadis musalsal bi-al-muṣafaḥah, hadis musalsal bi al-musyābakah, hadis musalsal bi al-taqlīm, dan lain sebagainya.

KH. Muhammad Tolhah bin Sulaiman tutup usia pada Sabtu Pon 28 Shofar 1412 H atau bertepatan dengan 7 September 1991 pukul 13.30 WIB di RS Kasih Ibu. Jenazahnya dikebumikan keesokan harinya, pada hari Ahad, 8 September 1991 M di Makam Pulo Laweyan, berdekatan dengan makam KH. Ahmad Shofawi.

KH. Muhammad Tolhah bin Sulaiman adalah pengasuh pondok pesantren Al-Muayyad, Al-Qur’aniyy. Pesantren yang diasuhnya begitu tersohor hingga ke luar daerah. Bila waktu subuh maupun maghrib, dari pondok tersebut, sering pula kita dengarkan lantunan syahdu para santri yang tengah mendaras Kalamullah. Belum lagi ditambah para ustaz serta ustazah di langgar maupun masjid, yang selalu setia menemani para santri mengaji Kitab Suci.

Di daerah penghasil batik itu, terdapat sejumlah tokoh ulama ahlul-Qur’an. Siapa yang tidak kenal KH. Ahmad Umar bin Abdul Mannan, KH. Ahmad Musthofa (Mbah Daris), KH. Ahmad Asy’ari, KH. Asfari (Mbah Bei), dan masih banyak lagi nama yang kiranya dapat disebutkan.

Karya-Karya

Di sela-sela kesibukannya mengajar, KH. Muhammad Tolhah bin Sulaiman juga produktif dalam menghasilkan karya tulisan. Salah satu yang cukup populer yakni kitab tafsir al-Quran berbahasa Arab Al-Burhān ‘alā Waḥyi al-Qur’ān. Sebuah ringkasan dari berbagai kitab tafsir, yang konon populer dan dicetak hingga ke luar negeri.

Selain kitab tafsir tersebut, KH. Muhammad Tholhah yang pernah berguru kepada KH. Dimyathi Tremas, KH. R Munawwir Krapyak, dan lainnya itu menulis beberapa buku antara lain: Khulasoh Min Shuwaril Qur’an (1992), Asmaul Husna dan Syarahnya (1991), Bukti Al-Quran Sebagai Wahyu (1989), Manasik Haji, Mengenang KH. Sulaiman, Keutamaan Alquran, Manāqib Imām Syafi’i.

Ia juga memiliki jadwal rutin mengajar di Masjid Tegalsari, yakni pengajian Tafsir Jalalain (Selasa pagi) serta Shahih Bukhari, di serambi masjid. Sepeninggalnya, rutinan ini dilanjutkan KH. Naharussurur, kemudian estafet berpindah sampai ke. KH Abdul Halim Naharussur yang berjalan hingga sekarang.