Krisis Sanad, Syekh Google Jadi Rujukannya

 
Krisis Sanad, Syekh Google Jadi Rujukannya
Sumber Gambar: Dok. Laduni.ID (ist)

Laduni.ID, Jakarta – "Tong, Yu faham kitab nie dari mane?" tukas seorang pelajar asal Betawi yang baru menyelesaikan masa belajarnya di Yaman kepada seorang pemuda yang sedang membuka kajian ilmu di sebuah masjid. Lalu ia menjawab dengan jawaban yang ringkas dan padat, "Ane faham kitab ini dari syekh google mas!"

Pelajar asli Betawi ini bingung, "Lah, yu kagak belajar ke ulama-ulama kite? Di Jakarte bejibun tong ulamanye, dari kalangan habaib dan kiai yang buka majelisan, kajian ilmu dan khataman kitab yang udah jelas-jelas sanad keilmuannya!" teguran dari dia agar ingin mencari ilmu yang bersanad kepada para ulama.

Fenomenal seperti ini begitu banyak kejadiannya, tak bisa dipungkiri lagi, khususnya di Negara Republik Indonesia tercinta, begitu banyak terjadi sebuah perdebatan antara orang yang memiliki ilmu dengan rantai guru yang jelas bersambung kepada sumber ilmu yaitu Rasulullah Saw. Dan orang yang tidak pernah belajar, bertalaqqi kepada seorang kiai, untuk duduk bersimpuh di hadapannya agar mendapatkan setetes ilmu dari mulutnya.

Namun, masyarakat era sekarang jarang sekali yang peduli terhadap latar belakang sebuah pendidikan serta sanad keilmuan dari para tokoh yang mereka idolakan, yang terpenting menurut mereka adalah seluruh yang disampaikan sang idola, lalu ia mendapatkan sebuah keserasian dengan hatinya dan keinginannya, maka itu dianggap sebagai sebuah kebenaran.

Mengikuti seseorang tanpa mengetahui tentang guru-gurunya dan ke siapa saja ia mengambilnya, maka ia akan berfatwa semaunya, lalu jika dimasukkan ke dalam laboraturium Syari'at, ternyata ucapan dan fatwanya sangat melenceng jauh bahkan bertentangan dengan syari'at Islam.

Sanad sebagaimana dalam kalam Al-Habib Abu Bakar Al-'Adni bin Ali Al-Mashur ketika menjelaskan tentang sebuah sanad yang menjadi sebuah pegangan salafussolih khusunya ulama Hadromaut dalam mengambil ilmu:

 السند هو أن تكون مرتبطا بالشيخ والشيخ الذي قبله هكذا يرتبط بالشيخ إلى سيد الشيوخ صلى الله عليه و آله و سلم.

"Sanad yaitu engkau mempunyai hubungan ilmu dengan seorang Syekh, dan syekh itu pun mempunyai hubungan ilmu dengan syekhnya, sampai hubungan ilmu mencapai kepada tuannya para syekh-syekh yaitu Rasulullah Saw."

Imam Abu 'Ali Aljayyani seorang ulama yang hidup pada tahun 427-498 H ini telah berkata tentang tiga hal yang Allah Swt khususkan bagi umat nabi Muhammad Saw, yaitu:

خص الله تعالى هذه الأمة بثلاثة أشياء لم يعطها من قبلها من الأمم : الإسناد و الأنساب و الإعراب.

"Allah Swt. Telah mengkhususkan bagi umat ini dengan tiga sesuatu, yang mana Allah Swt. Tidak memberikannya ke umat-umat sebelumnya, yaitu sanad, nasab keturunan dan i'rob dalam bahasa Arab."

Sebagaimana cinta yang harus saling mengikat dan saling memahami begitu pula sebuah sanad ilmu yang menjadi sebuah rantai yang kuat, tali yang erat, tuk menghubungkan ilmu ulama-ulama zaman sekarang dengan para ulama-ulama pendahulu yang lurus, sambung-menyambung hingga ke sumber mata air seluruh ilmu, yaitu Rasulullah Saw.

Dalam buku Risalah Ahlis Sunnah wal jamaah, KH. Hasyim Asy’ari pernah mengatakan, “Harus berhati-hati dalam mengambil ilmu (agama). Tidak boleh mengambilnya dari orang yang bukan ahlinya.”

Ini sebuah peringatan dari KH. Hasyim Asy’ari, agar berwaspada dalam mengambil dan bertalaqqi dalam sebuah ilmu agama, dahulu kala tatkala ada sebuah problematika yang terjadi di kalangan masyarakat, maka mereka selalu merujuk kepada pendapat ulama Salafussolih, terutama yang tercantum dalam kitab-kitab yang telah dianggap keabsahannya di kalangan warga Ahlus Sunnah wal Jamaah.

Karena mereka telah berijtihad dengan mengerahkan segenap ilmu pengetahuan dan pikirannya dalam memahami ayat-ayat Al-Qur'an dan Hadits, hingga menjadi suatu Ijma’ (kesepakatan di antara para ulama).    

Selanjutnya, KH. Hasyim Asy’ari juga menukil dari Imam Ibnu Asakir yang meriwayatkan bahwa Imam Malik R.a. berkata:

لا تحمل العلم عن أهل البدع، ولا تحمله عمن لا يعرف بالطلب، ولا عمن يكذب في حديث الناس وإن كان لا يكذب في حديث رسول الله صلى الله عليه وآله وسلم.

“Jangan mengambil ilmu dari pelaku bid’ah. Jangan mengambilnya dari orang yang tidak diketahui siapa gurunya dan jangan mengambilnya dari orang yang berdusta tentang perkataan yang bersumber dari manusia, sekalipun tidak berdusta tentang ucapan dari Rasulullah Saw.”

Namun di zaman sekarang, begitu banyak orang yang lebih condong dalam hidup praktis nan instan, bahkan terhadap hukum agama sekalipun, mereka ingin hukum serba instan, tak diketahui sumber kitab yang menerangi hukum tersebut, dan akhirnya, Syekh Google yang menjadi andalannya, orang yang tidak bersanad menjadi rujukannya.

Imam Abdullah bin Mubarok R.a. telah berkata tentang pentingnya sebuah sanad dalam agama Islam:

الإسناد من الدين ولولا الإسناد لقال من شاء ما شاء

"Sanad itu termasuk dari agama, jikalau tanpa sebuah sanad, niscaya setiap orang yang berkehendak berhak untuk berbicara sesuatu yang ia kehendaki."

Memang di zaman ini hanya sebagian kalangan manusia yang ingin menuntut ilmu ke suatu tempat, seperti Yaman, Mesir dan India, maka jalan keluarnya adalah membuat channel YouTube dan mendengarkan ceramah dari para ulama yang benar-benar sesuai dengan kriteria syariat, yaitu tokoh yang menguasai ilmu agama secara mendalam, selalu mengamalkannya dan pula selalu mengajak umat untuk kembali kepada Allah Swt dan meneladani Rasulullah Saw.

Seperti para ulama Indonesia dari kalangan kiai dan habaib, ulama Hadromaut atau para keturunan Rasulullah Saw (ahlul bait) yang telah diketahui kualitas ilmunya.

Al-Habib Munzir bin Fuad Al-Musawa pendiri MR pernah mengatakan:

“Maka siapapun boleh saja mengambil ilmu dari siapa saja yang ia inginkan untuk belajar dari siapapun dan dari apapun bahkan, Namun untuk ilmu Syariah dan ilmu-ilmu yang mendekatkan dirinya kepada Allah mestilah ia mempelajarinya dari Para Ulama yang Sholeh yang mempunyai Sanad yang mempunyai Rantai keguruan kepada Rasulullah Saw dan itulah tuntunan ilmu yang sempurna."

Imam Sufyan As-Tsauri memberi sebuah gambaran akan pentingnya sebuah sanad:

الإسناد سلاح المؤمن إذا لم يكن معه سلاح فبأي شيء يقاتل؟

"Sanad bagaikan sebuah senjata bagi seorang mukmin, jikalau ia tidak memiliki sebuah senjata, maka ia akan berperang dengan apa?"

Begitu banyak cerita para ulama islam yang mengorbankan jiwa dan raganya untuk mencari sebuah sanad ilmu khususnya dalam bidang hadits Nabi Muhammad Saw. Maka mereka sangat berhati-hati dalam mengambil hadits nabi, dan tidak sembarang menukilnya sebagaimana yang dilakukan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim r.a.

Wallahu a'lam

اللهم صل على سيدنا محمد وعلى آل سيدنا محمد

Mukalla, 2 Juni 2021 M / 21 Syawal 1442 H

Oleh: Muhammad Mufti Nawawi – Mahasiswa Tingkat 1, Fak. Syari'ah, Imam Shafie University, Mukalla, Hadhramaut, Yaman.


Editor: Daniel Simatupang