Nabi Muhammad SAW adalah Sang Manager Islam

 
Nabi Muhammad SAW adalah Sang Manager Islam
Sumber Gambar: Pinterest, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Pengaruh "reformasi" yang dilakukan Nabi Muhammad SAW betul-betul mengguncang dunia, dan dengan waktu yang relatif singkat (kurang lebih 23 tahun) mampu mewujudkan masyarakat ideal, masyarakat yang "sosiologis" berada dalam kelas kesejajaran atau "masyarakat tanpa kelas", kata Ashgar Ali Engineer. Status manusia tidak diukur oleh kekayaan maupun jabatan, tapi diukur oleh kesholehannya.

Peristiwa hijrah Nabi, dari Makkah ke Madinah pada tahun 622 M, juga merupakan peristiwa monumental bagi lahirnya sebuah notion-state. Peristiwa tersebut pada hakikatnya merupakan sebuah perjalanan panjang menuju pembentukan masyarakat Islam yang demokratis dan terbuka.

Jika periode Makkah adalah penanaman akidah dan etika Islam, maka periode Madinah sebagai periode pembentukan sistem kehidupan masyarakat secara luas. Setidaknya ada empat langkah yang ditempuh Nabi dalam membentuk masyarakat Islam saat itu.

Pertama, mendirikan masjid yang diberi nama Baitullah yang menjadi sentral kegiatan umat Islam, Ibadah, mengadili perkara hingga majelis ta'lim.

Kedua, menyatukan kelompok Anshor dan Muhajirin yang berselisih.

Ketiga, perjanjian saling membantu antara kaum muslimin dan nonmuslim. Saat itu, penduduk Madinah terdiri dari tiga golongan, yaitu Muslim, Yahudi (yang terdiri dari Bani Nadhir dan Quraidhah) dan bangsa Arab yang masih pagan (penyembah berhala). Karena itu, Nabi mempersatukan mereka dalam satu masyarakat yang terlindung, sebagaimana yang terumuskan dalam Piagam Madinah.

Keempat, meletakkan dasar politik, ekonomi, dan sosial bagi terbentuknya masyarakat baru.

Demikianlah rekam jejak yang tercatat dalam sejarah peradaban Islam. Sosok Nabi Muhammad merupakan tokoh yang mampu melakukan perubahan signifikan dalam kehidupan bermasyarakat. Beliau adalah orang pertama yang memikirkan proses perubahan yang terjadi dalam masyarakat Makkah secara serius, radikal, dan humanistik. Beliau tidak sekedar menyeru orang untuk bertauhid kepada Allah SWT, melainkan juga membangun masyarakat yang demokratis, berperadaban, dan tidak korup.

Tidak berlebihan jika Micheal H. Hart dalam laporan penelitiannya, The 100 A Ranking of Most Infuental in History, menempatkan beliau sebagai tokoh peringkat pertama yang paling berpengaruh di dunia. Sekurang-kurangnya ada lima alasan kata Hart. 

Pertama, Nabi tidak terlibat dalam tindakan penyimpangan sosial pada masa jahiliyah. Kedua, satu-satunya orang dalam sejarah yang sangat berhasil, baik dalam hal keagamaan maupun sekuler. Ketiga, Nabi Muhammad SAW mampu membawa Arab dari wilayah yang “terbelakang” sampai menjadi wilayah yang “berperadaban”. Keempat, bertanggung jawab terhadap teologi Islam, baik prinsip moral maupun etiknya. Kelima, mulia dan cemerlang yang namanya senantiasa hidup sampai akhir zaman.

Besarnya pengaruh Nabi Muhammad SAW tak akan pernah padam, bahkan kekal abadi sampai akhir zaman. Jutaan manusia yang hasud padanya, tidak akan mampu memadamkan terangnya cahaya sang mataharinya dunia. Meskipun ada beberapa pihak yang tak menyukainya, cenderung mendiskreditkannya dengan berbagai macam propaganda.

“Idealnya, Islam yang dibawa Nabi Muhammad memang tidak menciptakan dunia modern, tapi Islam merupakan agama yang mungkin paling tepat dan cocok untuk dunia modern", demikian ungkap Gellner.

Jika kita melihat karakter beberapa para sahabat, maka kita akan menemukan banyak karakter yang berbeda. Sebut saja seperti Abu Bakar As-Shiddiq yang merupakan sosok orang tua, Umar bin Khattab yang merupakan sosok "premanisme tua", Ali bin Abi Thalib yang merupakan sosok "premanisme muda", Khodijah yang bisa digambarkan sebagai sosok "penjahit" di antara ketiganya. Tapi dibalik semua itu, ada sosok Nabi Muhammad SAW yang menjadi manager semuanya dan berhasil menempatkan mereka secara tepat. Beliau adalah Sang Manager ulung Islam yang tak ada tandingnya. []


Catatan: Tulisan ini telah terbit pada tanggal 17 November 2021. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan dan penyelarasan bahasa.

___________

Penulis: Salman Akif Faylasuf (Santri Pondok Pesantren Nurul Jadid Probolinggo)

Editor: Hakim