Biografi Sultan Maulana Yusuf (Sultan Banten ke-II menjabat 1570-1580)

 
Biografi Sultan Maulana Yusuf (Sultan Banten ke-II menjabat 1570-1580)
Sumber Gambar: History of Cirebon, Ilustrasi Laduni.ID

Daftar Isi:

1.    Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1  Lahir
1.2  Riwayat Keluarga
1.3  Wafat

2.    Perjalanan Hidup dan Dakwah
2.1  Menguasai Wilayah Pasundan
2.2  Menjadikan Banten sebagai Pusat Perdagangan

4.    Referensi

1. Riwayat Hidup dan Keluarga
Sepeninggal Sultan Maulana Hasanuddin, putra pertamanya Sultan Maulana Yusuf memegang tampuk kepemimpinan Kesultanan Banten. Beliau dikenal sebagai penakluk kerajaan Sunda Pakuan Padjajaran pada tahun 1579 M. dalam upaya ekspansi kekuasaan dan penyebaran Islam. Pemimpin ini juga berperan dalam membangun Banten dengan membuat benteng, kanal, perkampungan dan bendungan.
 

1.1 Lahir
Sultan Maulana Yusuf merupakan putra dari Sultan Maulana Hasanuddin dan cucu dari Syarif Hidayatullah/Sunan Gunungg Jati dengan Nyai Ayu Kirana. Saudara seibu Sultan Maulana Yusuf yakni:

  1. Ratu Pembayun,
  2. Sultan Maulana Yufus,
  3. Pangeran Arya Pangeran Sunyararas,
  4. Pangeran Padjajaran,
  5. Pangeran Pringgalaya,
  6. Ratu Agung/Ratu Kumadaragi,
  7. Pangeran Maulana Maghribi,
  8. Ratu Ayu Arsanengah.

Sultan Maulana Yusuf muda bernama Pangeran Yunus. Tidak banyak catatan sejarah mengenai beliau, hal tersebut dimungkinkan karena singkatnya masa kepemimpinannya, meskipun demikian catatan sejarah mengenai Sultan Maulana Yusuf terbilang mencengangkan, sebab beliau merupakan sultan Banten yang menaklukan Padjajaran secara total.

1.2 Riyawat Keluarga
Keturunan Sultan Maulana Yusuf, yakni:
1. Pangeran Arya Upapati,
2. Pangeran Arya Adikara,
3. Pangeran Arya Mandalika,
4. Pangeran Arya Ranamanggala,
5. Pangeran Arya Seminingrat,
6. Ratu Demang,
7. Ratu Pecatanda,
8. Ratu Rangga,
9. Ratu Ayu Wiyos,
10. Ratu Manis,
11. Pangeran Manduraraja,
12. Pangeran Widara,
13. Ratu Belimbing,
14. Maulana Muhammad.

1.3 Wafat
Sultan Maulana Yusuf menjabat sebagai sultan Banten pada tahun 1570-1580 M. hanya dalam 10 tahun beliau memerintah Banten, Sultan Maulana Yusuf wafat pada tahun 1580 dan dimakamkan di Kampung Kasunyatan. beliau dikenal dengan sebutan Pangeran Penembangan Pekalangan Gede atau Pangerang Pasarean.

Kelak anaknya yang bernama Maulana Muhammad ini adalah sultan pertama yang melaksanakan ibadah haji, oleh sebab itu Sultan Maulana Muhamad juga disebut sebagai Sultan Haji I, Dan waktu ayahnya meninggal masih berumur 9 tahun, menggantikan peran sebagai raja Kesultanan Banten. beliau dikenal dengan Prabu Seda ing Palembang karena meninggal dalam sebuah pertempuran di Palembang.

2. Perjalanan Hidup dan Dakwah

2.1 Menguasai Wilayah Pasundan
Pada saat Sultan Maulana Yusuf menguasai Banten, Hubungan Banten dan Padjajaran mencapai puncak permusuhan, sehingga antara  kedua kerajaan yang sebetulnya masih saudara ini terjadi saling serang, dan puncaknya benteng pertahanan terakhir kerajaan Padjajaran di Padelaman Sunda dapat ditaklukan oleh Sultan Maulana Yusuf.

"Sultan Maulana Yusuf selanjutnya menetapkan batas wilayah kekuasaan antara Banten dan Cirebon, yaitu Sungai Citarum dari muara sampai ke daerah pedalamannya (Cianjur sekarang),"

Pada masa pemerintahan Sultan Maulana Yusuf perkembangan pertanian sawah diperluas hingga ke Serang. Beliau juga membuat irigasi, bendungan dan danau buatan yang disebut Tasikardi dengan memanfaatkan aliran sungai Cibanten.

Danau ini bahkan masih ada hingga sekarang meskipun sering kering saat kemarau. Di tengah-tengah danau ada sebuah pulau kecil disebut Kapuntren. Danau ini selain untuk pemenuhan kebutuhan air juga dijadikan tempat wisata oleh keluarga dari sultan.

Bagian bawah danau memiliki saluran pipa terbuat dari terakota dan dialirkan ke tempat pengendapan air yang disebut pangindelan abang, pangindelan putih, dan pangindelan emas. Tempat ini berfungsi untuk menyaring air menggunakan teknik pengendapan dan penyaringan dengan pasir dan ijuk.

2.2 Menjadikan Banten sebagai Pusat Perdagangan
Masa kepemimpinan Sultan Maulana Yusuf, Banten dianggap sebagai kota perdagangan pelabuhan. Di sini barang dagangan dari penjuru dunia digudangkan dan didistribusikan kembali ke berbagai belahan nusantara dan luar negeri.

Pedagang dari Cina banyak membeli barang berupa lada, nila, kayu cendana, cengkeh, hingga buah pala. Tentunya, mereka membawa barang berupa porselen, sutra, beludru, benang emas dan aneka barang lain dari daratannya untuk dijual di Banten.

Ada juga pedagang dari Arab dan Persia yang menjual permata dan obat-obatan di pelabuhan. Dari Gujarat ada yang menjual kain dan kapas. Termasuk ada dari bangsa Portugis yang membawa kain-kain Eropa dan India.

"Pemukiman khusus untuk pedagang asing ini ditentukan pula. Kampung Pekojan umpanya untuk para pedagang Arab, Gujart, Mesir, dan Turki, yang terletak di sebelah barat Pasar Karangantu. Kampung Pecinaan untuk para pedagang Cina yang terletak di sebelah Masjid Agung Banten,".

3. Referensi
Historiofcirebon.id