Biografi KH. Dimyati Rois

 
Biografi KH. Dimyati Rois
Sumber Gambar: Istimewa, Ilustrasi: laduni.ID

Daftar Isi Biografi KH. Dimyati Rois

1          Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1       Lahir
1.2       Riwayat Keluarga
1.3       Wafat

2          Sanad Ilmu dan Pendidikan
2.1       Mengembara Menuntut Ilmu
2.2       Guru-guru
2.3       Mendirikan dan Mengasuh Pesantren

3          Penerus
3.1       Anak-anak
3.2       Murid-murid

4          Organisasi, Karier, dan Karya
4.1       Riwayat Organisasi
4.2       Karier

5          Keteladanan

6          Referensi

 

1. Riwayat Hidup dan Keluarga

1.1  Lahir
KH. Dimyati Rois atau yang lebih dikenal dengan panggilan Abah Dim lahir pada 5 juni 1945 di Tegal Glagah Bulakamba, Brebes, Jawa Tengah. Beliau merupakan putra kelima dari sepuluh bersaudara yaitu dari pasangan KH. Rois dan Nyai Djusminah.

Saudara-saudara beliau diantaranya Ny. Khanifah, KH.Tohari Rois, KH. Masduki Rois, H. Murai Rois, KH. Saidi Rois, Ny. Khotijah, KH. Syatori Rois, Ny. Mukoyah dan Ny. Daroroh. KH. Dimyati Rois,

Latar belakang KH. Dimyati Rois adalah asli turunan petani dan santri, baik dari pihak ayah maupun dari pihak ibu. Kedua orang tuanya selalu mengajarkan dan melatih kepada putra-putrinya untuk senantiasa taat dalam beribadah.

1.2  Riwayat Keluarga
Pada 1 Januari 1978, KH. Dimyati Rois menekah dengan Hj. To’ah, putri tunggal dari pasangan KH. Ibadullah dan Hj. Fatimah.

Buah dari pernikahannya, beliau dikaruniai sepuluh putra-putri, yaitu, H. Gus Fadlullah, H. Gus Alamudin BA., Hj. Ning Lailatul Arofah, H. Gus Qomaruzzaman, Hj. Ning Lama’atus Sobah, H.Gus Hilmi, H.Gus Thoha Mubarok, H.Gus Husni Mubarok, H.Gus M. Iqbal dan Gus Abu Khafsin Almuktafa.

KH. Dimyati Rois membekali putra-putrinya dengan nilai-nilai agama Islam, mengajari putra-putrinya untuk menuntut ilmu dan terus belajar, karena menurut beliau bahwa seseorang tidak akan menjadi pandai tanpa adanya suatu proses pembelajaran.

1.3  Wafat
 KH Dimyati Rois  wafat di Rumah Sakit Tlogorejo, Semarang, Jawa Tengah pada Jumat 10 Juni 2022 Pukul 01.13 WIB.

2.  Sanad Ilmu dan Pendidikan

2.1   Mengembara Menuntut Ilmu

KH. Dimyati Rois sejak kecil memang sudah terlihat berbeda jika dibandingkan dengan para saudaranya yang lain, beliau begitu pendiam, tetapi rajin, disiplin dan ulet. Dengan sikap rajinnya tersebut, beliau memulai pendidikannya dengan belajar di di SR (Sekolah Rakyat). Di sekolah formal tersebut KH. Dimyati Rois menyelesaikannya dan mendapatkan sertifikat sebagai tanda kelulusan.

Setelah selesai pendidikan formal, kemudian pada sekitar tahun 1956 beliau melanjutkan pendidikannya dengan belajar di  Pondok Pesantren APIK , Kauman, Kaliwungu, Kendal yang diasuh oleh KH. Ahmad Ru’yat. Beliau mondok di Pondok Pesantren APIK selama kurang lebih 14-15 tahun.

Setelah selesai di Pondok Pesantren APIK, kemudian beliau melanjutkan pendidikannya dengan berguru kepada KH. Mahrus Aly di Ponpes Lirboyo, Kediri, Jawa Timur, akan tetapi itu hanya sebentar dan setelah itu kemudian beliau melanjutkan berguru pada Mbah Imam, pengasuh Pondok Pesantren Sarang, Rembang, Jawa Tengah, di sana beliau hanya belajar kurang lebih sekitar 5 tahun.

Namun, setelah beberapa tahun berkelana menuntut ilmu di daerah Rembang, Tuban dan Kediri, pada akhirnya beliau kembali lagi ke Pondok Pesantren APIK, Kauman, Kaliwungu, Kendal. Tak berapa lama kemudian, beliau diangkat menjadi Lurah Pondok oleh Pengasuh Pondok Pesantren APIK, yaitu KH. Humaidullah Irfan (kakak KH. Ibadullah Irfan).

Ilmu-ilmu yang beliau pelajari selama beliau di pondok antara lain ilmu nahwu, sorof, ushul fiqh, kitabnya Imam Al-Ghazali dan masih banyak lagi kitab-kitab yang lainnya. Kecerdasan KH. Dimyati Rois telah nampak diwaktu masih belajar di pondok yang beliau singgahi, selama beliau di pondok tidak ada waktu yang terlewati dengan sia-sia. Melainkan digunakan untuk belajar, maka tidak aneh jika KH. Dimyati Rois memiliki wawasan yang luas tentang keislaman.

2.2  Guru-guru
Guru-guru beliau saat menuntut ilmu, di antaranya:
1. KH. Ahmad Ru’yat
2. KH. Mahrus Aly
3. Mbah Imam

2.3  Mendirikan dan Mengasuh Pesantren
Setelah beberapa waktu lamanya, KH. Dimyati Rois menjalani proses panjang menjadi seorang santri dan belajar bersama sang kiai di beberapa pondok pesantren; diantaranya Pondok Pesantren Lirboyo dan APIK Kaliwungu. Dengan mempelajari beranekaragam kitab kuning yang berisi pengetahuan agama, kemudian dengan kesungguhan dalam belajar dengan memaksimalkan fungsi kecerdasan yang Allah berikan kepada beliau, maka jadilah beliau sosok yang matang dalam memahami ilmu-ilmu agama. Sehingga akhirnya beliau diambil menantu oleh KH. Ibadullah Irfan, sesepuh dan tokoh masyarakat Kaliwungu sekaligus salah satu Pengasuh Pondok Pesantren APIK Kaliwungu periode 1968-1985.

Pada pada tanggal 10 Muharam  1405 atau bertepatan dengan bulan Juli 1985 KH. Dimyati Rois mendirikan Pondok Pesantren Al-Fadlu wal Fadilah di Kp. Djagalan, Kutoharjo, Kaliwungu, kendal.

3.  Penerus  

3.1  Anak-anak
Anak-anak beliau yang menjadi penerus perjuangan keulamaan di antaranya:
1. H. Gus Fadlullah
2. H. Gus Alamudin BA.
3. Hj. Ning Lailatul Arofah
4. H. Gus Qomaruzzaman
5. Hj. Ning Lama’atus Sobah
6. H. Gus Hilmi
7. H.Gus Thoha Mubarok
8. H.Gus Husni Mubarok
9. H.Gus M. Iqbal
10. Gus Abu Khafsin Almuktafa.

3.2  Murid-murid
Ulama-ulama yang menjadi murid beliau di antaranya:
1. KH. Kafabihi Mahrus
2. KH. M. Zainal Arifin Ma’shum
3. KH. Subhan Makmun

4.  Karier      

4.1  Riwayat Organisasi
KH. Dimyati Rois banyak terlibat di berbagai organisasi, di antaranya:
1. Mustasyar PBNU
2. Tim Ahlul Hal Wal Aqdi (AHWA) yang berjumlah 9 ulama khos se-Indonesia 2015 di Jombang dan di Lampung 2021
3. Ketua Dewan Syura DPP PKB

4.2  Karier
Banyak karier yang beliau duduki di antaranya:
1. Pengasuh pesantren Al-Fadlu wal Fadilah yang beliau dirikan di Kp. Djagalan, Kutoharjo, Kaliwungu pada 1985.
2. Menjabat anggota MPR RI melalui jalur Utusan Golongan yang diajukan PPP (Partai Persatuan Pembangunan).

5.  Keteladanan

Sebagai seorang ulama KH. Dimyati Rois memiliki kepribadian yang sangat baik dan penuh kesederhanaan, baik dengan para pengikut (santrinya) maupun dengan masyarakat yang lain. Kesederhanaan beliau ditunjukan dengan berpakaian yang sederhana, dan beliau juga tidak akan makan apabila tidak benar-benar lapar.

Selain itu beliau juga suka bergaul dengan siapapun, baik dengan pedagang, pejabat, orang kaya, orang miskin, buruh bahkan anak-anak. Beliau terkenal sebagai seorang yang sabar, pemurah dan ramah, disamping itu beliau tidak mengajarkan sesuatu yang tidak beliau kerjakan, dengan kata lain segala sesuatu yang beliau ajarkan atau berikan pada muridnya sudah atau sedang ia kerjakan sendiri.

Hal ini merupakan salah satu faktor yang membuat para santri maupun jamaahnya simpatik terhadap kepribadian beliau, sehingga petuah dan ajaran-ajarannya dapat diterima dan sangat diperhatikan oleh para jamaah pada umumnya dan oleh para santri pada khususnya.

Salah satu kelebihan yang tidak banyak dimiliki kiai lain adalah kemampuannya dalam kewirausahaan. Tak hanya mengajar mengaji, beliau memiliki berbagai usaha yang menghasilkan uang sekaligus melatih para santrinya untuk bisa berwirausaha, terutama dalam bidang pertanian dan perikanan. Beliau juga dikenal sebagai kiai yang banyak memiliki ilmu hikmah atau ilmu kesaktian. Hal ini menambah kewibawaannya di kalangan masyarakat.

6.  Referensi 

Diolah dan dikembangkan dari berbagai sumber.


Artikel ini sebelumnya diedit tanggal 03 September 2022, dan kembali diedit dengan penyelarasan bahasa tanggal 05 Juni 2023.

 

Lokasi Terkait Beliau

List Lokasi Lainnya