Semangat Pahlawan Ajak Jelajahi Peristiwa 73 Tahun Lalu

 
Semangat Pahlawan Ajak Jelajahi Peristiwa 73 Tahun Lalu

LADUNI.ID, Jakarta - Sejak pagi, puluhan pemuda mulai memadati sebuah rumah yang terletak di Jalan Pegangsaan Timur 56 Jakarta. Mereka mendapat kabar, di rumah Bung Karno tersebut, kemerdekaan akan segera diproklamirkan. Nampaknya benar, dengan tetap menjaga kewaspadaan, beberapa pemuda pejuang kemerdekaan tersebut bersama Soekarno memproklamirkan kemerdekaan. Bulan suci Ramadhan menambah khidmatnya suasana, terlebih hari itu adalah hari Jum’at, di mana hari yang sangat agung bagi kalangan muslim (Sayyidul Ayyam). Seakan ingin mengulangi peristiwa yang telah 73 tahun berlalu.

Ribuan santri Pondok Pesantren An-Nur II “Al-Murtadlo” menggelar Upacara HUT RI ke 73 di lapangan parkir pondok pesantren, Jum’at (17/8). Upacara kali ini dibalut dengan latar waktu yang sama,hari Jum’at. Ruh dan semanagat para pejuang bangsa nampak hadir dalam setiap petugas dan peserta upacara. Hal ini terlihat dari kerapian barisan dan kekompakan pasukan pengibar yang tampil memukau. “Saya pernah jadi komandan Banser di tingkat Provinsi. Tapi belum pernah (menyaksikan) upacara sebagus ini. Ini menunjukan, tanpa promosi, An-Nur II memang luar biasa”, ujar Ketua Tanfidziyah PCNU Kab. Malang, dr. H. Umar Usman, M.M., di awal amanatnya sebagai inspektur upacara.

Indonesia Kendaraan Kita

Mantan Kasatkorwil Banser Jatim tersebut mengajak agar kita meneruskan perjuangan para kiai terdahulu. “Kita teruskan perjuangan dan mewujudkan cita-citanya. Mereka adalah orang yang telah berjasa bagi Indonesia. Indonesia adalah kendaraan kita. Jangan sampai koruptor menungganginya untuk melakukan korupsi. Jangan sampai orang yang tidak baik menungganginya untuk melakukan hal-hal yang tidak baik”, ucapnya.

Terang beliau, sebagai mayoritas, warga NU lah yang harusnya semakin berperan dan meyakini kendaran ini, yaitu bangsa Indonesia, adalah miliknya. Oleh karenanya, beliau menegaskan kepada kita untuk menjalankan kendaraan ini sesuai dengan cita cita pendiri bangsa, yakni dengan memajukan bangsa. “Jika mayoritas tidak bergerak, maka yang lain juga akan terpengaruh”, pungkasnya.

*Teladani jejak Latif Hendraningrat, Suhud, dan SK Trimurti Pasukan

Pengibar bendera hari ini berhasil tampil memukau, seperti tahun-tahun sebelumnya. Mereka adalah santri-santri pilihan yang telah mengikuti proses seleksi dan latihan yang cukup ketat. Oleh karenanya, tidak mengherankan jika mereka mampu tampil sebaik ini.

Tidak seperti upcara-upacara sebelumnya, pada kali ini mereka membawakan formasi An-Nur II, namun berbentuk huruf hijaiyah. Mereka tergabung dalam masing-masing pasukan. Dimulai dari pasukan Alif, yang berjumlah 10 orang, lam 13 orang, nun 12 orang, wawu 21 orang, ra’ 12 orang, pasukan pengerek bendera 9 orang dan angka dua Arab 9 orang. Semua berjumlah 83 pasukan ditambah satu komandan, Ravie Salman.

Mengenai penampilan yang begitu memukau, mereka hanya ingin meneladani para pahlawan dan memberikan yang terbaik. “Saya dan teman teman hanya ingin meneladani Latif Hendraningrat, Suhud, dan SK Trimurti”, ujar Ravie Salman, komandan pasukan pengibar.

Seakan tidak mau ketinggalan, Suryo Cahyo Al-Murtadlo (SCA), grup perkusi angklung An-Nur II untuk pertama kalinnya tampil. Mereka membawakan tiga lagu, satu lagu nasional dan dua lagu sholawat. Setelah itu, di akhir acara, Marching Band An-Nur Al-Murtadlo juga tampil memberikan hiburan. Walaupun belum genap setahun, Marching Band ini telah berhasil memperoleh juara 2 tingkat provinsi Jawa Timur. Meski punya peran yang berbeda-beda, mereka punya satu tekad yang sama, memberikan yang terbaik untuk bangsanya.

(Bi’i/MFIH)