Samalanga dan Batee Iliek #3: Peranan Strategis Teungku dan Dayah

 
Samalanga dan Batee Iliek #3: Peranan Strategis Teungku dan Dayah

LADUNI.ID,SEJARAH- Berbagai usaha dan kegiatan dilakukan untuk memanfaatkan alam sekitarnya. Diantaranya membuat alat rumah tangga, seperti : Kanot (Periuk Nasi), Beulangong (Beulanga), Beulangong Beuso (Kuali), Batee-Seumeupeeh (Batu Giling), Guci (Tempayan), dan lain-lain. Disamping itu juga mereka membuat sendiri alat-alat pertanian, seperti : Bajak, Sabit, Cangkul, dan lain-lain.

Dalam kesatuan hidup bermasyarakat mempunyai aktivitas  gotong royong, turun ke sawah, dan dalam ujud balas berbalas., dan lain-lain. Dalam kehidupan sehari-hari masyarakatnya dalam bergaul satu sama lain mempunyai norma-norma tertentu atau etika dalam pergaulan.

Masing-masing pihak memelihara norma-norma tersebut, sehingga adanya suatu kelestarian dalam kehidupan diantara sesamanya. Misalnya, jika hendak memasuki rumah orang lain, diharuskan memberikan salam terlebih dahulu. Jika tiga kali tidak diterima jawabannya, maka orang tersebut harus meninggalkan rumah yang dituju.

Geuchik dan Teungku Meunasah adalah ayah dan ibu bagi kampung yang bersangkutan. Oleh sebab itu suatu urusan penting di dalam kampung tidak boleh ditinggalkan mereka. Geuchik, Teungku Meunasah dan pemuda-pemuda bertanggung jawab atas keselamatan kampungnya.

Meunasah terdapat dalam tiap-tiap gampong. Fungsi meunasah selain sebagai tempat mengaji, juga berfungsi sebagai sekolah (madrasah). Di meunasah, murid diajar menulis/membaca huruf arab, ilmu agama dalam bahasa melayu.

***Helmi Abu Bakar El-Langkawi Penggiat Literasi Asal Dayah MUDI Masjid Raya Samalanga, Aceh

(Sumber: Zubaidah, Bate Ilie’ Yang Menyimpan Sejarah)