Tahun 665-682 M: Penakluk Benua Afrika Utara itu Bernama Uqbah bin Nafi’

 
Tahun 665-682 M: Penakluk Benua Afrika Utara itu Bernama Uqbah bin Nafi’
Sumber Gambar: Pinterest, Ilustrasi: Laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Pada masa fitnah, ekspansi pasukan Muslim berhenti, fokus bergeser ke pemeliharaan wilayah yang sudah dikuasai. Konflik internal dan politik yang rumit membuat para pemimpin Islam sibuk dengan perlindungan terhadap wilayah yang ada daripada memperluas kekuasaan mereka ke wilayah baru.

Hingga setelah ammul Jamaah dan ditetapkannya Muawiyah bin Abu Sufyan sebagai Khalifah tetap Umat Muslim, barulah pasukan Muslim menghidupkan kembali semangat ekspansi mereka.

Pada tahun 665 M, pasukan Muslim memulai gerakan baru menuju bagian Afrika Utara yang lain, Mereka mengarahkan upaya mereka untuk menaklukkan wilayah Maghrib, yang meliputi wilayah Maroko, Tunisia, dan Aljazair.

Uqbah bin Nafi’

Seorang yang dijuluki sebagai "Penakluk Afrika Utara" adalah Uqbah bin Nafi’. Nama lengkapnya adalah Uqbah bin Nafi’ bin Abdul Qais bin Laqith bin Umayyah bin Azh-Zarb bin Al-Harits bin Fihr Al-Umawi. Uqbah masih mempunyai hubungan saudara dengan Amr bin Ash, bahkan keduanya berbagi peran penting dalam penaklukan Mesir.

Beliau adalah sahabat yang sangat pemberani dan terampil menunggangi kuda, seluruh hidupnya ia abdikan kepada jihad untuk menyebarkan agama Islam. Beliau juga termasuk dalam orang yang sangat cerdas berdiplomasi, terbukti dari beliau mampu menaklukan Bangsa Berber yang ada di Afrika Utara.

Menaklukan Bangsa Berberr

Suku Berber, yang juga dikenal sebagai Bangsa Bar-Bar, merupakan kelompok etnis lokal yang mendiami sebagian wilayah Afrika Utara. Mereka adalah suku asli dari wilayah tersebut dan memiliki keberagaman budaya yang kaya. Pada masa itu, wilayah mereka berada di bawah kekuasaan Kekaisaran Byzantium, sehingga mayoritas dari mereka mengadopsi agama Katolik yang dibawa oleh Romawi.

Bangsa Berber memiliki sebuah kisah yang lucu dan unik, terkait dengan pemahaman mereka tentang siapa yang berkuasa di wilayah mereka. Mereka memiliki kebiasaan untuk mengikuti agama dari pemimpin atau penguasa di daerah tersebut. Dengan kata lain, mereka menyesuaikan kepercayaan agama mereka dengan agama yang dianut oleh pemimpin atau penguasa setempat.

Contohnya adalah ketika Uqbah bin Nafi’ berhasil menguasai daerah mereka, maka mereka akan masuk Islam, suatu ketika Uqbah bin Nafi’ kembali ke daerah Syam, maka dengan cepat mereka murtad meninggalkan Islam. Beberapa sejarawan mencatat bahwa dalam sejarah mereka, suku Berber dapat murtad hingga 12 kali.

Kembali ke topik yang sedang dibahas dalam artikel ini, pada masa itu banyak wilayah di Maghrib masih berada di bawah kekuasaan Byzantium. Oleh karena itu, Uqbah bin Nafi' beserta pasukannya terlibat dalam pertempuran melawan pasukan Romawi, yang juga didukung oleh beberapa suku dari Bangsa Berber.

Meskipun pada kenyataannya, Uqbah bin Nafi’ dan pasukannya juga bersekutu dengan beberapa suku Bangsa Berber yang telah muak dengan kekejaman dan pemerasan dari pihak Romawi. Hal ini menunjukkan bahwa kehadiran pasukan Muslim tidak hanya sebagai kekuatan penakluk, tetapi juga sebagai sekutu bagi suku-suku lokal yang ingin membebaskan diri dari penindasan Byzantium.

Hingga akhirnya dengan semangat dan kesabaran yang tinggi Uqbah bin Nafi’ dan pasukannya berhasil menaklukkan beberapa kota di Afrika Utara dalam konflik melawan pasukan gabungan yang terdiri dari tentara Byzantium dan suku Berber.

Mendirikan Kota Kairouan 672 M

Pada sekitar tahun 670 Masehi, Uqbah bin Nafi' kembali dari tanah Syam dengan membawa pasukan tambahan berjumlah 10.000 orang. Kemudian beliau merencanakan pendirian markas militer di daerah yang dikenal sebagai Kairouan.

Pemilihan lokasi ini sangat strategis, karena terletak di tengah Tunisia dan jauh dari garis pantai, sehingga sulit dijangkau jika Romawi mencoba menyerang melalui jalur laut.

Selain itu, jaraknya yang jauh dari pegunungan juga mengurangi risiko serangan dari suku Bangsa Berber yang belum memeluk agama Islam. Keputusan untuk mendirikan markas militer di Kairouan menunjukkan kebijaksanaan strategis Uqbah bin Nafi' dalam memilih lokasi yang aman namun tetap dapat memberikan kontrol yang efektif terhadap wilayah tersebut.

Namun, tantangan lain yang dihadapi adalah keberadaan banyak hewan buas di daerah tersebut. Hingga akhirnya, terjadi sebuah peristiwa karomah yang ditunjukkan oleh Uqbah bin Nafi'.

Suatu ketika, dia dan pasukannya berdoa dengan tekad yang sungguh-sungguh untuk mengusir hewan buas yang menghuni daerah tersebut.

Tidak lama setelah berdoa dengan sungguh-sungguh, hewan-hewan buas tersebut mulai meninggalkan daerah tersebut, bahkan membawa serta anak-anak mereka.

Kepergian mereka secara massal menegaskan bahwa keajaiban tersebut bukanlah kebetulan semata, melainkan hasil dari kekuatan dan keyakinan yang kuat dari Uqbah bin Nafi' dan pasukannya.

Peristiwa tersebut menjadi perhatian utama bagi berbagai kabilah Berber, yang menjadi topik pembicaraan yang hangat di antara mereka. Dampak positif dari kejadian tersebut sangat signifikan, sehingga banyak kabilah Berber yang kemudian menyatakan minat mereka untuk memeluk agama Islam.

Dipecat Tahun 675 M

Meskipun Uqbah bin Nafi’ meraih prestasi luar biasa dengan membebaskan hampir semua wilayah di Afrika Utara meliputi Aljazair, Tunisia, Libya, dan Maroko hingga mencapai pantai Atlantik, serta memperluas kekuasaan Islam di daerah-daerah tersebut, namun hidupnya tidak luput dari cobaan.

Pada suatu saat, Uqbah bin Nafi’ dipecat dari jabatannya oleh Maslamah bin Makhlad Al-Anshari, gubernur baru Mesir saat itu. Uqbah digantikan oleh Abu Muhajir Dinar dengan alasan bahwa tidak ada kemajuan yang signifikan saat Uqbah memimpin.

Namun, pada kenyataannya, pencapaian yang telah diraih oleh Uqbah sangatlah besar. Di bawah kepemimpinannya, wilayah Islam telah berkembang dengan pesat, mencapai daerah yang sebelumnya belum pernah terjamah oleh kekuasaan Muslim. Walaupun dipecat seperti itu, Uqbah bin Nafi’ benar-benar tidak gila jabatan, beliau rela dan bahkan menghormati Abu Muhajir sebagai pemimpin saat itu.

Beberapa tahun di bawah kepemimpinan Abu Muhajir Dinar, kekuatan Islam di Afrika Utara tidak mengalami kemajuan yang signifikan. Sebaliknya, situasinya cenderung terhenti. Hal ini terbukti dengan penghancuran bangunan-bangunan penting seperti yang terjadi di Kairouan

Situasi ini membuat Muawiyah bin Abu Sufyan berjanji untuk mengembalikan jabatan kepemimpinan Afrika Utara kepada Uqbah bin Nafi’. Namun, sebelum janji itu dapat direalisasikan, Muawiyah meninggal pada tahun 680 M.

Meskipun demikian, janji tersebut ditepati oleh putranya, Yazid bin Muawiyah pada tahun 683 M, yang mengambil alih sebagai pemimpin dan melanjutkan peran ayahandanya.

Uqbah bin Nafi' Gugur

Uqbah bin Nafi’ wafat pada tahun 686 M saat dalam perjalanan pulang menuju Kairouan. Dia dan pasukannya, gugur dalam pertempuran di Zab saat terjadi pemberontakan oleh pasukan Barbar yang berhianat dipimpin oleh Kusaila. []


Sumber:

1. Dr. Thaqqusy, Muhammad Suhail. 2022. Sejarah Islam: Dari Arab Pra-Islam Hingga Runtuhnya Khilafah Utsmani. Jakarta Selatan: PT Qaf Media Kreativa.

2. Prof. Dr. Arnold, Thomas W. 2019. Sejarah Lengkap Penyebaran Islam. Yogyakarta: IRCiSoD.

----------------

Penulis: Muhammad Iqbal Rabbani

Editor: Kholaf Al Muntadar