Konsep Ummatan Wasathan sebagai Poros Peradaban Dunia

 
Konsep Ummatan Wasathan sebagai Poros Peradaban Dunia

وَكَذَٰلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لِتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُونَ الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيدًا ۗ وَمَا جَعَلْنَا الْقِبْلَةَ الَّتِي كُنْتَ عَلَيْهَا إِلَّا لِنَعْلَمَ مَنْ يَتَّبِعُ الرَّسُولَ مِمَّنْ يَنْقَلِبُ عَلَىٰ عَقِبَيْهِ ۚ وَإِنْ كَانَتْ لَكَبِيرَةً إِلَّا عَلَى الَّذِينَ هَدَى اللَّهُ ۗ وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُضِيعَ إِيمَانَكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ بِالنَّاسِ لَرَءُوفٌ رَحِيمٌ

Wakadzaalika ja’alnaakum ummatan wasathan litakuunuu syuhadaa-a ‘alaa alnnaasi wayakuunaalrrasuulu ‘alaykum syahiidan wamaa ja’alnaa alqiblata allatii kunta ‘alayhaa illaa lina’lama man yattabi’u alrrasuula mimman yanqalibu ‘alaa ‘aqibayhi wa-in kaanat lakabiiratan illaa ‘alaa alladziina hadaa allaahu wamaa kaana allaahu liyudhii’a iimaanakum inna allaaha bialnnaasi larauufun rahiimu. (Q.S. al-Baqarah [2]: 143)

Istilah "kanan" dan "kiri" merupakan istilah yang sudah akrab kita dengar sejak mengenal direksi arah; kanan, kiri, tengah, depan, belakang. Penulis awal mengenal istilah-istilah tersebut dengan cara sederhana, bahkan untuk memahaminya pun cukup dengan cara yang sangat sederhana. Namun seiring bertambahnya usia bumi yang semakin tua, istilah-istilah tersebut pun mengalami perkembangan makna yang agaknya cukup rumit. Bagaimana tidak? Dewasa ini, istilah kanan dan kiri tidak lagi diartikan secara sederhana sebagai bentuk “sisi”. Kini, kanan dan kiri kerap kali dinisbatkan pada sebuah kelompok atau golongan tertentu.

Genealogi Istilah Kanan dan Kiri

Kanan memiliki nisbat kepada golongan yang cenderung radikal atau ekstrem. Sedangkan kiri nisbatnya adalah golongan liberal. Kelompok orang yang berpaham serta bertindak radikal dan ekstrim biasa disebut sebagai “Islam garis kanan”. Kelompok tersebut sering melakukan aksi-aksi ekstrimis atau bertindak radikal, seperti memerangi orang-orang yang berbeda pemahaman dan ideologi dengan kelompok tersebut. Kelompok ini memiliki ciri khas, yakni segala sesuatu selalu dilibatkan dengan Tuhan (baca: Allah) dan segala hukum harus berdasarkan kepada syariat Islam. Orang-orang ini memiliki cita-cita dan semangat tinggi dalam menegakkan negara khilafah serta merubah ideologi pancasila menjadi ideologi yang mereka ciptakan sendiri, tentu saja harus sesuai dengan syariat Islam. Sesuatu yang ada di pikiran mereka hanyalah terkait teologi Islam tanpa memperhatikan nila-nilai kemanusiaan yang sesungguhnya merupakan salah satu kewajiban dalam syariat Islam.

Sebaliknya, orang-orang yang berpikiran luas dan terbuka (baca: liberal) kerap kali disebut sebagai golongan “Islam garis kiri”. Oleh kelompok Islam garis kanan, kelompok Islam garis kiri biasa disebut sebagai orang-orang kafir dan memiliki ideologi sesat. Bahkan tidak jarang orang-orang moderat (yang tidak ekstrim terhadap golongan kanan maupun kiri) disebut juga dengan kaum liberal. Contoh, Ustaz Basalamah yang dengan menggebu-gebunya menyebut UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta merupakan kampus yang berisi orang-orang liberal. Nyatanya memang benar, UIN Sunan Kalijaga terdiri dari ilmuwan-ilmuwan yang berpikiran luas dan tidak sesempit menyebut kelompok tertentu sebagai orang-orang kafir atau antek PKI.

Adanya labeling “ideologi sesat” terhadap kaum liberalis mengakibatkan banyak orang yang kemudian takut dijuluki demikian oleh kelompok lain. Padahal tidak ada salahnya sama sekali terhadap keluasan cara berpikir seseorang. Bagaimana pun, kelompok kanan dan kiri tidak akan pernah menemui titik tengah jika di antara dua kelompok tersebut tidak mau mengalah, saling menghargai pendapat orang lain, saling membantu, dan tidak saling mengkafirkan atau menganggap sesat kepada kelompok lain.

Dalam hal ini, penulis menganalogikan kedua kelompok tersebut sebagai kedua tangan. Tangan kanan dan kiri sampai kapanpun tidak akan dapat lebur menjadi satu tangan karena keduanya akan tetap menjadi bagian terpisah dan berseberangan. Kedua tangan akan bersatu ketika sang empunya menggerakkan kedua tangan tersebut untuk saling bergandengan antara lima jari kanan dan kiri. Oleh karena itu, tidak dianjurkan jika salah satu di antara tangan kanan atau kiri saling mencubit bahkan melukai bagian tangan yang lain. Jika terjadi demikian, matalah yang akan menangis atau mulut yang akan menjerit kesakitan. Mata dan mulut itulah merupakan umat-umat lain di luar kelompok mereka yang mendambakan kedamaian antara satu dan lainnya.

Begitu pun halnya dengan sepasang mata. Mata kanan dan kiri tidak akan bersatu menjadi satu mata kanan saja atau satu mata kiri saja. Keduanya akan tetap terpisah, namun kedua mata tersebut akan sangat berfungsi ketika keduanya memiliki objek pandang yang sama. Begitulah kira-kira analogi yang menggambarkan antara Islam garis kanan dan Islam garis kiri.

Kedua kelompok (kanan dan kiri) ini kerap menimbulkan sensasi tersendiri di tengah masyarakat maupun di dunia maya (baca: media). Oleh karena itu, dalam hal ini kaum moderat (tengah-tengah) sangat dibutuhkan keberadaan serta perannya dalam masyarakat sebagai penjaga stabilitas masyarakat. Hal tersebut juga bertujuan agar golongan moderat dapat menengahi perkara kelompok Islam garis kanan dan Islam garis kiri supaya tidak terjadi peperangan, baik perang wacana maupun perang ideologi, apalagi perang fisik yang mampu merusak stabilitas bangsa. Dalam hal ini, Abdurahman Wahid (Gus Dur) menyebut kelompok moderat sebagai Islam garis lucu. Di luar klaim benar atau salah, kita harus mengakui bahwa adanya perbedaan merupakan salah satu bentuk kebesaran Tuhan yang tidak mungkin dapat dinafikan.


Artikel ini ditulis oleh Toifah, Aktif di komunitas Cinta Nulis Jakarta