Ustaz Ma'ruf Khozin : Ayat-ayat Teguran

 
Ustaz Ma'ruf Khozin : Ayat-ayat Teguran

LADUNI.ID - Ngangsuh kaweruh (mencari ilmu) dengan pakar memang nikmat memuaskan hati yang selalu haus ilmu. Kali ini kepada Gus Dr. Afifudin Dimyathi dan Kyai Muda, Gus Nanal, kolektor karya-karya Turats Ulama Nusantara, di sela-sela menunggu rawuhnya Sayidi Al Habib Umar bin Hafidz di depan ruangan Rais Am.

Meski saya belum khatam membaca keseluruhan kitab Gus Awis tentang Ilmu Balaghah dalam Al-Qur'an, sepintas saya membaca di Surat Abasa. Saya mengawali bertanya kepada beliau: "Gus, panjenengan menulis di kitab tersebut kalimat 'Allah menegur Nabi'. Apakah tidak ada bahasa yang lebih halus lagi selain Mu'atabah?".

Dengan penuh santai beliau menjawab bahwa memang ada hadis yang menyebut kata-kata teguran. Saya pun mengecek sebagian redaksi hadis yang disampaikan Gus Awis. Ternyata betul memang ada riwayat tersebut:

ﻭَﻧﺰﻝ ﻓِﻴﻪِ (ﻋﺒﺲ ﻭَﺗَﻮَﻟَّﻰ) (ﻋﺒﺲ اﻵْﻳَﺔ 1) ﻓَﺪَﻋَﺎ ﺑِﻪِ اﻟﻨَّﺒِﻲ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳﻠﻢ ﻓﺄﺩﻧﺎﻩ ﻭﻗﺮﺑﻪ ﻭَﻗَﺎﻝَ: ﺃَﻧْﺖ اﻟَّﺬِﻱ ﻋﺎﺗﺒﻨﻲ ﻓِﻴﻚ ﺭَﺑِّﻲ

"Surat Abasa diturunkan kepada Ibnu Ummi Maktum (Sahabat yang buta), Nabi memanggilnya lalu mendekatkan dirinya dan bersabda: "Karena engkaulah, Allah menegurku" (Al-Hafidz Jalaluddin As-Suyuthi, Ad-Durr Al-Mantsur 2/643)

Bagaimana kejadiannya? Bermula dari para pembesar Musyrikin Quraisy yang datang kepada Nabi dan ada harapan agar mereka beriman, maka Nabi berbicara dengan mereka, tiba-tiba ada Sahabat Ibnu Ummi Maktum datang dan tidak melihat apa yang dihadapi oleh Rasulullah shalallahu alaihi wasallam. Ia meminta agar Nabi membacakan ayat Al-Qur'an kepadanya. Namun Nabi memalingkan wajahnya dari Ibnu Ummi Maktum ini dan tetap berdialog dengan mereka. Dari kejadian ini turun ayat:

"Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling, karena telah datang seorang buta kepadanya. Tahukah kamu barangkali ia ingin membersihkan dirinya (dari dosa), atau dia (ingin) mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu memberi manfaat kepadanya?" (`Abasa: 1-4)

Gus Awis menjelaskan bahwa dalam kejadian ini Rasulullah tidak bersalah, sebab meskipun Nabi berpaling dan menunjukkan wajah yang kurang senang tidak menyakiti Ibnu Ummi Maktum, sebab dia tidak melihat ekspresi wajah Nabi. Akan tetapi Allah mengingatkan kepada Nabi agar tidak melakukan hal tersebut. Setelah kejadian ini Rasulullah memuliakan Ibnu Ummi Maktum (Ad-Durr Al-Mantsur).

Saya pun teringat dengan pemaparan dosen saya, Dr. Faisol Munif yang menjelaskan masalah ayat-ayat teguran ini. Kata beliau bukan karena Rasulullah melakukan kesalah (sebab Nabi adalah Maksum, mendapatkan proteksi dari Allah untuk tidak melakukan kesalahan), namun pilihan yang dilakukan oleh Nabi adalah antara "Baik dan Lebih Baik". Jika Rasulullah melakukan yang Baik saja sementara masih ada yang Lebih Baik maka Allah mengingatkan agar Nabi melakukan yang lebih baik tersebut. Mengapa? Sebab Allah menjadikan Rasulullah shalallahu alaihi wasallam sebagai teladan yang baik.

Sehingga yang dilakukan oleh Rasulullah shalallahu alaihi wasallam adalah yang terbaik semua, Allah pun kemudian memuji:

"Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung." (Al-Qalam: 4)

Dan Allah berfirman:

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا

(Al-'Aĥzāb: 21) "Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah."

 

 

Tags