Asbabun Nuzul Surat At-Taubah Ayat 74 - Sifat-Sifat Orang Munafik

Pada Perang Tabuk, Rasulullah mencela orang-orang munafik yang bermalas-malasan untuk ikut serta dalam perang. Merasa sakit hati, mereka berbalik menuduh Nabi sebagai pendusta. Mengetahui hal tersebut, beliau meminta penjelasan dari mereka, namun ternyata mereka mengingkari. Kejadian inilah yang melatarbelakangi turunnya ayat di atas.

  1. عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ: كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم جَالِسًا فِي ظِلِّ شَجَرَةٍ، فَقَالَ: (إنَّهُ سَيَأْتِيكُمْ إنْسَانٌ فَيَنْظُرُ إلَيْكُمْ بِعَيْنَيْ شَيْطَانٍ، فَإِذَا جَاءَ فَلا تُكَلِّمُوْهُ. فَلَمْ يَلْبَثْ أَنْ طَلَعَ رَجُلٌ أَزْرَقُ، فَدَعَاهُ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم، فَقَالَ: (عَلاَمَ تَشْتُمُنِيْ أَنْتَ وَأَصْحَابُكَ ؟) فَانْطَلَقَ الرَّجُلُ فَجَاءَ بِأَصْحَابِهِ، فَحَلَفُوْا بِاللهِ مَا قَالُوْا وَمَا فَعَلُوْا، حَتَّى تَجَاوَزَ عَنْهُمْ، فَأَنْزَلَ اللهُ :(يَحْلِفُوْنَ بِاللَّهِ مَا قَالُوْا) ثُمَّ نَعَتَهُمْ جَمِيْعًا، إِلَى آخِرِ الآيَةِ. (1)

    Ibnu ‘Abbas berkata, “Suatu hari (pada Perang Tabuk) Rasulullah duduk-duduk di bawah pohon. Beliau bersabda, ‘Sungguh, sebentar lagi akan datang kepada kalian seorang pria yang memandang kalian dengan mata (pandangan) setan. Bila ia datang, janganlah kalian mengajaknya bicara.’ Tidak lama muncullah seorang pria (bermata) biru. Rasulullah menegur dan menanyainya, ‘Atas hal apa engkau dan kawan-kawanmu menghujatku?’ Tanpa menjawab, pria itu lantas berlalu dan beberapa saat kemudian datang kembali bersama kawan-kawannya. Mereka lalu bersumpah demi Allah tidak pernah mencaci dan menghujat beliau. Rasulullah kemudian meninggalkan mereka, lalu Allah menurunkan ayat, yahlifuna billahi ma qalu … Allah menjelaskan sifat-sifat mereka hingga akhir ayat ini."



     


    Sumber artikel:
    Buku Asbabul Nuzul: Kronologi dan Sebab Turun Wahyu Al-Qur'an
    Buku disusun oleh Muchlis M. Hanafi (ed.)
    Buku diterbitkan oleh Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an, Badan Litbang dan Diklat, Kementerian Agama RI, 2017


    (1) Sahih; diriwayatkan oleh at-Tabariy dari Ayyub bin Ishaq bin Ibrahim dari ‘Abdullah bin Raja’ dari Isra’il dari Simak dari Sa‘id bin Jubair dari Ibnu ‘Abbas. Lihat: at-Tabariy, Jami‘ al-Bayan, tahqiq Mahmud Muhammad Syakir, juz 14, hlm. 363. Mahmud Muhammad Syakir menilai sanad riwayat ini sahih, sedangkan Muqbil bin Hadi al-Wadi‘iy, meski tidak menyebut status riwayat ini dengan tegas, namun ia cenderung menilai sanad hadis ini dapat diterima. Lihat: Muqbil bin Hadi al-Wadi‘iy, as-Sahih al-Musnad min Asbab an-Nuzul, hlm. 123–124. Sebetulnya ada riwayat lain, yang juga dapat diterima, yang mengaitkan turunnya ayat di atas dengan Julas bin Suwaid bin Samit, salah seorang munafik yang tidak ikut serta dalam Perang Tabuk, yang menuduh Rasulullah sebagai pendusta. Lihat: Ibnu Abi Hatim, Tafsir al-Qur’an al-‘Azim, juz 6, hlm. 1843, hadis nomor 10402. Meski secara lahiriah berbeda, namun kedua riwayat ini dapat disatukan. Pada ayat ini Allah mengabarkan bagaimana kaum munafik bersumpah palsu atas nama Allah bahwa mereka tidak menghujat Rasulullah, padahal sejatinya mereka memang melakukannya. Bisa jadi yang menghujat adalah pria yang disebutkan dalam riwayat di atas, Julas bin Suwaid bin hamit, atau bahkan orang Yahudi yang lain.