Riwayat Hidup Imam ar-Rabi’ ibn Sulaimanal-Muradi

Daftar Isi Profil Imam ar-Rabi’ ibn Sulaimanal-Muradi
Kelahiran
Imam ar-Rabi’ ibn Sulaimanal-Muradi lahir pada tahun 174 H di Baghdad.
Wafat
Imam ar-Rabi’ ibn Sulaimanal-Muradi wafat pada tahun 270 H.
Murid Imam Syafi’i
Beliau adalah murid langsung dari Imam Syafi’i, dibawa dari Baghdad sampai ke Mesir. Selain itu, beliau jugalah yang membantu Imam Syafi’I menulis kitabnya al-Umm dan kitab ushul Fiqh pertama didunia yaitu kitab ar-Risalah al-Jadidah.Berkata Muhammad bin Hamdan, “saya datang ke kediaman Rabi’I pada suatu hari, dimana didapati didepan rumahnya 700 kendaraan membawa orang yang datang mempelajari kitab Syafi’i dari beliau”.
Ini merupakan bukti bahwa Imam ar-Rabi’ ibn Sulaimanal-Muradi adalah seorang yang utama, penyiar dan penyebar madzhab Syafi’i dalam abad-abad yang pertama. Disebutkan dalam kitab al-Majmu’ halaman 70, kalau ada perkataan “sahabat kitab ar-Rabi’i” maka maksudnya ar-Rabi’i Sulaiman al-Muradi. Didalam kitab al-Muhzab, tidak ada ar-Rabi’I selain ar-Rabi’I ini, kecuali ar-Rabi’I dalam masalah menyamak kulit yang bukan ar-Rabi’I ini melainkan ar-Rabi’I bin Sulaiman al-Jizi. (Beliau juga adalah sahabat Imam Syafi’i).
Disuruh Imam Syafi'i Antarkan Surat kepada Ahmad bin Hanbal
Imam ar-Rabi’ ibn Sulaimanal-Muradi bercerita: "ketika Syafi'i pergi ke Mesir bersamaku, ia menulis sebuah surat."
Syafi'i mengatakan: "Rabi', ambil suratku ini, antarkan pada Ahmad bin Hanbal. Lalu bawa kemari surat balasannya."
Akupun bertolak ke Baghdad. Aku bertemu Ahmad ketika shalat subuh, lantas shalat bersamanya. Ketika ia turun dari Mihrab, aku menyambutnya dengan salam, kemudian menyerahkan surat Syafi'i. "Surat ini dari saudaramu, Syafi'i, dari Mesir."
Rabi' mengawali obrolan. "Apakah kamu melihat isinya?", "Tidak," jawab Rabi. Ahmad membuka segel surat, kemudian membaca isinya. Tiba tiba matanya berlinang air mata. Akupun penasaran: "Ada apa di dalam surat, sampai kamu menangis?"
Syafi'i menyebutkan dalam suratnya, bahwa “ia melihat Nabi dalam mimpi, dan beliau mengatakan pada Syafi'i: tulislah surat pada Ahmad bin Hanbal, sampaikan salamku padanya lewat surat itu. Katakan pada Ahmad, bahwa ia akan diuji, dan diajak untuk mengimani kemakhlukan al-Quran. Jangan terima ajakan mereka, sampai Allah mengangkat derajatnya hingga hari akhir."
Rabi mengatakan: "Itu kabar gembira. Ahmad lantas melepas baju yang ia kenakan, kemudian memberikannya padaku. Aku terima pemberiannya, sekaligus jawaban surat Syafi'i.
Selanjutnya aku kembali ke Mesir, menyerahkan surat balasan pada Syafi'i. Syafi'i bertanya: "Apa yang Ahmad bin Hanbal berikan padamu?" "Hanya baju yang ia kenakan." tukas Rabi'. "Aku tidak akan meminta baju itu, tapi basahilah bajunya, dan bawa airnya padaku, agar aku dan kamu sama-sama bisa mengambil manfaat dari pemberian Ahmad."
Kunjungi Juga
- Laporan Pengumpulan Donasi
- Pasarkan Produk Anda dengan Membuka Toko di Marketplace Laduni.ID
- Profil Pesantren Terlengkap
- Cari Info Sekolah Islam?
- Mau Berdonasi ke Lembaga Non Formal?
- Siap Berangkat Ziarah? Simak Kumpulan Info Lokasi Ziarah ini
- Mencari Profil Ulama Panutan Anda?
- Kumpulan Tuntunan Ibadah Terlengkap
- Simak Artikel Keagamaan dan Artikel Umum Lainnya
- Ingin Mempelajari Nahdlatul Ulama? Silakan
- Pahami Islam Nusantara
- Kisah-kisah Hikmah Terbaik
- Lebih Bersemangat dengan Membaca Artikel Motivasi
- Simak Konsultasi Psikologi dan Keluarga
- Simak Kabar Santri Goes to Papua