Kamaluddin Ad-Damiri Dokter Hewan Terhebat di Masanya

 
Kamaluddin Ad-Damiri Dokter Hewan Terhebat di Masanya
Kamaluddin Ad-Damiri adalah seorang sastrawan dan ahli fikih beraliran madzhab Syafi'i di Mesir. Dia juga seorang pemerhati hewan sehingga dia mengumpulkan informasi-informasi tentang berbagai hewan yang ada pada masanya. Dia telah berhasil menulis sebuah buku yang berjudul "Hayat AlHayawan."

Dia adalah Abu Al-Baqa` Kamaluddin Muhammad bin Musa bin Isa bin Ali. Dia biasa dipanggil dengan nama Ad-Damiri, karena keluarganya berasal dari desa Damirah, salah satu pedesaan di Mesir. Dilahirkan di kota Kairo pada tahun 742 H (1341 M). Pada awalnya dia berprofesi sebagai tukang jahit, namun karena kegemarannya terhadap ilmu dan bersabar dalam menuntutnya dia menjadi seorang ulama yang berhak mengeluarkan fatwa dan mengajar di kota Cairo. Dia kemudian pindah dari kota Cairo ke kota Makkah untuk mengajar di sana, hingga akhirnya dia kembali lagi ke Cairo. Ia hidup sezaman dengan al maqrizi, dan ia sangat mengagumi ketinggian ilmu Ad damiri.
 
Selain mendalami ilmu hukum (fiqih), ia juga mendalami hadits, tafsir, filologi, dan ilmu hewan. Diantara guru-gurunya antara lain: Jamaluddin al asnawi, Ibn Akil (komentator terkenal Alfiyah Ibn malik), Burhanuddin al Kirati , dan lain-lain.

Ia kemudian mengajar di beberapa pusat pendidikan: Al Azhar, Jami’ al zahir, Madrasah Ibn bakari dan lain-lain. Ia juga aktif menjadi anggota masyarakat sufi di Khanqah salahiyah.

Ia terkenal seorang yang soleh, sejak muda selalu berpuasa. Ia menunaikan ibadah haji selama 6 kali antara tahun 762-799 H. Di Mekah dan Madinah, ia belajar, mengajar dan memberi fatwa, Dan setelah itu menetap di kairo.
 
Ad-Damiri belajar ilmu bahasa, fikih, hadits, dan sastra di Universitas Al-Azhar. Dia belajar kepada dosen-dosen senior yang terdapat di universitas tersebut, di antaranya Syaikh Bahauddin As-Subki, Syaikh Ja-maluddin Al-Isnawi, Al-Kamal Abu Al-Fadhl An-Nuwairi, Ibnu Al-Mulqin, Al-Bulqini, Burhan Al-Qairathi, Al-Baha Aqil, dan lainnya. Ketika dia sudah berhasil meraih gelar ustadz (profesor) dan guru-gurunya mengakui keilmuannya, dia diizinkan untuk mengajar di Universitas Al-Azhar. Dia memberikan pengajian kepada murid-muridnya pada hari Sabtu. Dia juga mengajarkan ilmu hadits di Qubah Al-Baibarsiyah. Sedangkan di Madrasah Ibnu Al-Baqari yang berada di Bab An-Nashr, dia mengajar pada hari Jumat. Setelah selesai shalat Jumat, dia menyampaikan pengajian di Masjid Azh-Zhahir yang berada di daerah Husein, Mesir.

Di antara orang yang pernah belajar kepada Kamaluddin Ad-Damiri adalah Al-Allamah Taqiuddin Al-Farisi, seorang ahli hadits dan sejarawan, serta Syaikh Syihabuddin Abu Abbas Al-Aqfahasi, seorang ahli fikih beraliran madzhab Syafi'i.

Seorang sejarawan, Taqiyuddin Al-Maqrizi, menyebutkan bahwa dia telah berteman dengan Ad-Damiri beberapa tahun lamanya. Karena kekagumannya kepada Ad-Damiri dia selalu menghadiri pengajiannya. Di antara murid Ad-Damiri adalah putrinya yang bernama Ummu Habibah, yang mendapat pengakuan dari beberapa syaikh pada saat itu.

Ad-Damiri adalah seorang yang taat beribadah dan berakhlak mulia. Pada dirinya telah menyatu keindahan postur tubuh dan kebaikan prilakunya. Dia pandai bergaul serta santun dalam berbicara. Dia dikenal sebagai seorang khatib yang pandai menyampaikan pesan dengan santun dan mudah dipahami.
 
Karyanya
Nama ad-Damiri dikenal lewat karyanya yang berjudul Hayat al-Hayawan al-Kubra, sebuah ensiklopedi zoologi. Buku ini adalah buku ilmu hewan terbaik sepanjang masa itu. Di kemudian hari, Hayat al-Hayawan al-Kubra diterjemahkan dalam bahasa Inggris & diterbitkan dalam 2 jilid (London, 1906-1908).
 
Buku "Hayat Al-Hayawan" mulai ditulis oleh Ad-Damiri pada tahun 773 H (1271 M). Pada saat itu, dia masih berumur tidak lebih dari 31 tahun. Ini tentunya merupakan usia yang masih terbilang muda untuk menulis ensiklopedi besar yang dapat mengumpulkan berbagai informasi dari beberapa disiplin ilmu. Ad-Damiri menyebutkan bahwa dia telah mengumpulkan bahan tulisannya dari 560 buku disamping peninjauannya kepada 199 kumpulan syair. Dengan demikian, buku ini merupakan referensi besar yang masih jarang ditulis oleh para ilmuwan dalam bidangnya.
 
Menurut al-Damiri, ia menulis buku tersebut bukan sekedar merangkum ilmu zoologi Arab, melainkan menjadikannya lumbung cerita rakyat Muslim. Selain itu, sebagai penulis, ia tidak membatasi diri pada aspek zoologi semata, tapi juga berusaha menulis semua hal yang menyangkut hewan. Pada tahun 1371-1372, karya tersebut dilengkapi lagi daftarnya oleh sang penulis.Hayat aL-Hayawan al-Kubradisusun menurut abjad. Secara garis besar. Isinya sebagai berikut :
  1. Aspek fisiologi nama-nama hewan;
  2. Deskripsi hewan, sifat, & kebiasaan;
  3. Sebutan hewan sesuai hadist;
  4. Keabsahannya sebagai makanan manusia menurut hukum & perbedaan mahzab;
  5. Peribahasa & cerita rakyat yang berhubungan dengan hewan;
  6. Pengobatan menggunakan hewan;
  7. Hubungan hewan dengan mimpi, termasuk takwilnya.
Namun yang paling dominan & menonjol dalam buku Hayat al-Hayawan al-Kubra adalah pembahasan tentang para khalifah, yang menempati sekitar 1/3 bagian dari seluruh isi buku. Buku ini berisi 1.068 artikel. Meskipun demikian, artikel tersebut hanya sedikit membahas jenis hewan, baik yang riil maupun imajiner. Misalnya, Buraq & sebagainya. Yang sering terjadi adalah satu jenis hewan dikelompokan dengan nama yang berbeda.

Sebagai seorang penulis non profesional, ad-Damiri sering kali menyajikan hal-hal yang bersifat takhayul. Menurut J. De Somogyi, seorang penulis teliti. Ad-Damiri tampaknya hanya sekedar menyalin & menyusun ulang pengetahuan tradisional berdasarkan ratusan sumber yang telah dianalisa & dipikirannya.

Ada 3 resensi yang membahas buku Hayat al-Hayawan al-Kubra. Ketiga resensi tersebut ada yang panjang, cukup pendek, & ringkas. Pada resensi yang panjang terdapat sekitar 13 cetakan tentang Asia & sejumlah penyingkatan serta penyesuaian.
 
Untuk menulis bahasa dan nama-nama hewan, dia merujuk kepada buku karya Al-Jauhari dan Ibnu Sayyidih. Kemudian untuk menulis tentang tabiat hewan dan bentuknya serta keistimewan organ tubuhnya yang berhubungan dengan kedokteran atau lainnya, dia merujuk kepada buku karangan Al-Jahizh, Qazmini, Pliny the Elder, Ibnu Sina, Aristoteles, Hunain bin Ishak, Ibnu Balhtisyu', Ibnu Rusyd, dan Abdul Lathif Al-Baghdadi.

Dalam menulis buku fikih, dia merujuk kepada buku-buku yang dikarang oleh empat imam madzhab yang Empat. Sedangkan dalam menulis buku hadits, dia merujuk kepada karya Imam Bukhari, Muslim, Abu Dawud, An-Nasai dan At-Tirmidzi. Adapun untuk membuat perumpamaan dalam bukunya, dia merujuk kepada buku "Majma'ul Amtsal" karya Al Maidani. Kemudian untuk menulis tafsir mimpi, dia merujuk kepada buku "Muntakhubul Kalam Fi Tafsir Al-Ahlam," karya Ibnu Sirin Al Anshari dan kepada karya Artho-medurs.
 

Buku "Hayat Al-Hayawan" terdiri dari dua juz. Dalam buku ini, Ad-Damiri berbicara tentang setiap hewan secara rinci satu persatu. Nama-nama hewan disusun berdasarkan abjad agar para pembaca merasa mudah mendapatkan informasi yang dicarinya.

Buku ini terdiri dari 1069 materi, akan tetapi jumlah hewan yang disebutkannya kurang dari jumlah ini, karena banyak di antara hewan yang mempunyai beberapa nama. Oleh karena itu, satu jenis hewan di dalam buku ini dibicarakan sesuai dengan namanya yang berbeda-beda. Biasanya ketika kita ingin mengetahui lebih banyak tentang hewan ini, kita akan disarankan untuk melihat kembali di salah satu dari nama hewan itu. Seorang orientalis bernama Steinfield menyebutkan bahwa buku "Hayat Al-Hayawan" membicarakan sebanyak 731 macam hewan.

Ad-Damiri membahas tentang setiap hewan dengan memulai menyebutkan nama-namanya dari segi bahasa, pengucapan, makna, bentuk jamaknya, dan lain sebagainya. Setelah itu, dia menjelaskan tentang jenis hewan itu, ekosistemnya, karakternya, dan anatomi tubuhnya. Adakalanya dia menyebutkan ini semua secara bersamaan, atau cukup dengan menyebutkan sebagiannya saja sesuai dengan jenis hewannya dan referensi yang ada. Adakalanya dia juga menyebutkannya secara berurutan sebagaimana yang kami sebutkan dan adakalanya tidak berurutan sesuai dengan keadaannya. Selain dari itu, Ad-Damiri juga memberikan tambahan pengetahuan biologi tentang hewan itu yang berasal dari buku-buku besar, seperti; buku-buku syair, sastra, cerita, dan kisah lucu dengan tetap menyatukan manfaatnya secara ilmiah dan sastra sehingga enak didengar dan dapat menghibur pembaca.

Kalau kita perhatikan, Ad-Damiri juga menyebutkan di dalam bukunya tentang hukum setiap hewan ber-dasarkan syariat Islam, apakah halal atau haram dimakan, terutama yang berhubungan dengan daging, susu, telur, dan penggunaan sebagian anggota badannya, seperti; bulu, rambut, dan kulitnya. Contohnya adalah sebagai berikut:

Hukum memakan daging kura-kura darat yang terdapat dalam materi "kura-kura darat." Menurut Al-Baghawi, ulama berbeda pendapat, yaitu; Ar-Rafi'i mengharamkannya karena hewan itu menjijikkan, dan kebanyakan makanannya adalah ular. Sedangkan Ibnu Hazm berpendapat bahwa kura¬kura yang hidup di darat maupun dilaut halal dimakan daging¬nya. Demikian juga dengan telurnya. Sebab Allah Subhanahu Wa n Ta'ala berfirman,

"Makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi." (Al-Baqarah: 168). Allah Subhanahu Wa Ta'ala juga berfirman,

"Padahal sesungguhnya Allah telah menjelaskan kepada kamu apa yang diharamkan-Nya atasmu," (Al-An'am: 119). Menurut ayat ini jelas bahwa Allah tidak menyebutkan diharamkannya kura-kura sehingga hukumnya halal untuk dimakan.

Hukum meminum susu kuda yang terdapat dalam materi "kuda." Yaitu kuda yang disetubuhi oleh keledai, lalu dia hamil. Susu pada kuda betina sejenis ini hukumnya halal diminum dan bersih. Keledai yang menyetubuhinya tidak mempengaruhi susunya, karena susu kuda berasal dari makanannya dan hukumnya seperti dagingnya. Jadi air sperma keledai tidak berpengaruh kecuali kepada anak yang dilahirkan oleh kuda betina itu, yang berasal dari perpaduan dari keduanya, sehingga anaknya haram untuk dimakan. Sedangkan susu tidak terbentuk dari hasil hubungan seksualnya, melainkan dari makanannya, sehingga ia tidak haram untuk diminum.

Kita juga memperhatikan Ad-Damiri sangat memperhatikan tafsir mimpi yang berhubungan dengan berbagai jenis hewan dan menjadi bahan diskusi setiap kali memungkinkan untuk didiskusikan. Misalnya, tentang tafsir mimpi yang ada di dalam bukunya, yaitu sebagai berikut:

Tafsir mimpi yang ada pada materi "Semut." Semut yang terlihat dalam mimpi menunjukkan orang-orang lemah yang tekun. Semut juga menunjukkan tentara, keluarga, dan kehidupan. Apabila ada orang yang bermimpi melihat semut masuk ke suatu desa atau kota, berarti ada tentara yang datang. Orang yang bermimpi mendengar perkataan semut, is akan mendapatkan rezki dan kebaikan. Orang yang bermimpi melihat semut di tempat tidurnya, dia akan banyak anaknya. Orang yang bermimpi melihat semut keluar dari rumahnya berarti akan ada salah satu dari keluarganya yang berkurang. Orang yang melihat semut terbang dari suatu tempat yang di dalamnya terdapat orang sakit, pertanda orang yang sakit akan mati, atau pergi jauh dan dia mendapat bencana. Semut menunjukkan pada kesuburan dan rezki, karena is tidak berada di suatu tempat kecuali jelas rezkinya. Apabila orang yang sakit bermimpi seakan-akan ada semut yang merayap di badannya, maka dia akan mati, karena semut adalah hewan tanah yang dingin.

Gamasab mengatakan, "Orang yang melihat semut keluar dari tempatnya, pertanda dia akan mendapatkan kesusahan. Wallahu a'lam. Perkataan "wallahu a'lam" ini menunjukkan bahwa ada kemungkinan lain yang terjadi selain yang telah disebutkan.

Tafsir yang dinyatakan dalam materi "musang." Musang dalam mimpi menunjukkan pada seseorang yang suka mengingkari janji dan pendusta. Orang suka memeras orang lain, dia juga akan diperas.

Dalam buku itu juga Ad-Damiri bercerita tentang karakter hewan dan menyusunnya dengan baik sehingga dapat dinikmati oleh para pembaca. Salah satu contohnya adalah dua kisah menarik berikut ini tentang karakter anjing:

Kisah pertama; Al-Harits bin Sha'sha'ah memiliki banyak kawan yang tidak pernah berpisah dengan mereka. Dia sangat menyayangi mereka. Pada suatu hari dia pergi piknik bersama teman-temannya. Ternyata salah satu dari mereka tertinggal. Dia datang kepada istrinya, makan, minum, dan berbaring. Tiba¬tiba ada anjing yang menerkam keduanya sehingga keduanya mati. Ketika Al-Harits pulang ke rumahnya, dia mendapatkan keduanya telah mati. Dia mengetahui hal ini dan berkata:

"Dia masih menjaga janjiku dan memperhatikan kedudukanku, akan tetapi kawan itu berkhianat."

"Anehnya kawan itu merusak kehormatanku, dan anehnya anjing itu yang melindunginya."

- Kisah kedua; Ad-Damiri mengatakan:

"Dinyatakan dalam buku "An-Nisywan" dari Abu Utsman Al-Madini, dia berkata, "Di Baghdad ada seorang laki-laki yang bermain dengan anjing. Pada suatu hari, dia keluar untuk suatu keperluan dan anjingnya mengikutinya. Dia tidak ingin anjing itu ikut bersamanya. Karena itu, dia menyuruh anjing itu pulang ke rumah, akan tetapi anjing itu tidak pulang. Dia pun membiarkannya. Dia terus berjalan hingga akhirnya tiba di suatu tempat di mana musuhnya berada. Tanpa membuat perhitungan, mereka (para musuhnya) langsung me-nangkapnya. Sedangkan anjing itu melihat mereka. Mereka memaksa laki-laki itu masuk ke sebuah rumah dan si anjing pun ikut masuk ke dalamnya. Mereka lalu membunuh laki-laki itu dan melemparkannya ke dalam sumur. Sementara anjing itu mereka pukul dan mereka usir, hingga dia kembali pulang ke rumah pemiliknya. Anjing itu menyalak akan tetapi mereka tidak menghiraukannya.

Ibu laki-laki itu barulah merasa kehilangan anaknya. Dia sudah mulai gelisah dan mengusir anjing itu keluar dari pintu, akan tetapi is tetap tidak mau keluar. Pada suatu hari, pembunuh itu datang dan berdiam di depan pintu rumah tuannya. Ketika melihatnya, ia langsung melompat dan menerkam lengannya, menariknya, dan bergelantungan padanya. Orang-orang berusaha me-nolongnya dari gigitan anjing itu. Namun usaha mereka sia-sia. Si anjing tetap saja menyalak dan menggigit. Tiba-tiba datang seorang satpam dan ia berkata, "Tidak mungkin anjing ini meronta-ronta kepada orang ini, kecuali memang memiliki suatu peristiwa. Barangkali dia telah melukai tuannya."

Ibu laki-laki yang terbunuh itu datang mendengar percakapan ini. Ketika dia melihat si anjing meronta kepada laki-laki itu, dia berpikir dan mengingat-ngingat, ternyata laki-laki itu memang salah seorang dari musuh anaknya. Dia lalu berprasangkan bahwa laki-laki itulah yang membunuh anaknya, sehingga anjing itu meronta-ronta padanya. Laki-laki dan anjing itu kemudian dibawa ke hadapan Amirul Mukminin Ar-Radhi Billah dengan tuduhan telah membunuh anaknya. Sang Khalifah lalu memerintahkan untuk memenjarakan laki-laki itu, sementara si anjing berdiam di depan pintu penjara.

Beberapa hari kemudian, Sang Khalifah memerintahkan untuk melepaskan laki-laki itu. Begitu dia keluar, anjing langsung meronta-ronta lagi seperti sebelumnya. Orang-orang kaget dan berusaha menolongnya. Mereka hampir saja tidak mampu, kecuali setelah berusaha mati-matian. Sang Khalifah kemudian memerintahkan pengawalnya untuk melepaskan laki-laki itu pulang dan membiarkan si anjing mengikutinya. Ketika laki-laki itu masuk rumahnya, anjing itu pun ikut masuk ke rumahnya. Pengawal kembali ke istana dan memberitahukan kepada Sang Khalifah apa yang telah terjadi.

Dia lalu mengutus beberapa orang penyidik. Ketika laki-laki itu masuk ke dalam rumahnya, penyidik beserta anjing itu pun ikut masuk. Mereka memeriksa rumah, akan tetapi tidak mendapatkan tanda-tanda yang mencurigakan. Sedangkan si anjing tetap saja menyalak dan menunjukkan letak sumur itu berada karena korban telah dibunuh dan dilempar ke dalamnya. Para penyidik itu merasa kaget. Dia memberitahukan kepada Sang Khalifah apa yang telah dilakukan anjing itu. Dia memerintahkan untuk menggali sumur. Ternyata mereka mendapatkan mayat laki-laki yang dibunuh itu. Hukum qishash pun ditegakkan kepada si pembunuh. Sementara tersangka lain, kabur karena ketakukan."

Banyak kita jumpai Ad-Damiri secara spontan menyajikan kepada kita kisah atau pengetahuan yang keluar dari konteks dan ditulis dengan judul

"catatan." Seolah-olah kita telah terbawa dengan kisah itu, sehingga dia perlu menjelaskannya di dalam bukunya, sekalipun memang tampak aneh dan keluar dari konteks dan judul buku itu. Misalnya, seperti yang dia tulis dalam materi "ayam hutan." Dia mengatakan sebagai berikut:

"Catatan: Dinyatakan dalam buku "An-Nisywan" dan "Tarikh Ibn An-Najjar," dari Abu Anshar Muhammad bin Marwan Al-Ja'di, bahwa dia makan bersama sebagian pemuka suku Kurdi di atas sebuah pining besar yang di dalamnya terdapat dua ayam hutan yang dipanggang. Orang suku Kurdi itu mengambil satu ayam dengan tangannya, lalu dia tertawa. Ibnu Marwan kemudian bertanya tentang hal itu. Dia menjawab, "Saya merampok pedagang di masa muda saya. Ketika saya ingin mem-bunuhnya, dia merendahkan diri kepada saya, akan tetapi saya tidak menerimanya dan tidak memperdulikannya. Ketika dia melihat saya serius mau membunuhnya, saya menoleh kepada dua ayam hutan yang terjerat tali. Dia berkata,

'Bersaksilah kepadaku bahwa dia telah membunuhku secara zhalim.' Maka saya pun mem-bunuhnya. Ketika saya melihat dua ekor ayam hutan ini, saya teringat kebodohannya ketika dia minta supaya dua ekor ayam itu menjadi saksi. Ketika Ibnu Marwan mendengar hal itu, dia berkata, "Kedua ayam hutan itu telah menjadi saksi, demi Allah kamu harus diqishash karena membunuh orang itu." Dia lalu memerintahkan untuk memukul tengkuknya.

Ini merupakan peristiwa yang benar-benar lucu, karena di dalamnya terdapat nasihat sesuai dengan firman AllahSubhanahu Wa Ta'ala,

"Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mengawasi." (Al-Fajr: 14).

Jadi, di sini Ad-Damiri telah menulis sesuatu yang tidak ada hubungannya dengan hewan sebagai objek pembahasan. Karena itu, dia menulis dengan sub judul "catatan asing" sebagai tanda bahwa itu keluar dari judul. Kadang-kadang catatan asing ini hanya sebatas beberapa baris kalimat saja, akan tetapi kadang-kadang ditulis sangat panjang, sebagaimana catatan asing yang ditulis pada materi "angsa." Penulisan yang panjang ini dimak¬sudkan oleh Ad-Damiri sebagai bukti atas kebenaran apa yang dikatakan oleh sejarawan bahwa "Setiap orang keenam yang mengurus urusan umat, dia akan digulingkan." Maka dia pun memaparkan tentang sejarah negara Islam sejak didirikan oleh Rasulullah Sallahu Alaihi Wa Sallam, hingga kendali pemerintahan dipegang oleh Bani Utsman. Pemaparan ini memakan sebanyak 85 halaman dari buku yang dicetak oleh "Kitab Al-Jumhuriyyah."

Secara otomatis, buku yang dikenal sebagai ensiklopedia seperti buku "Hayat Al-Hayawan" ini juga berisi tentang ilmu, sastra, dan kisah-kisah serta ditulis pada abad keempat Hijriyah, tentu masih memuat banyak kisah-kisah yang berbau khurafat (tahayyul). Pada kenyataannya ini bukan suatu aib yang besar, apabila kita memperhatikan menyebar luasnya tahayyul dalam banyak karangan yang seperti ini. Demikian juga di semua peradaban yang dikenal seperti Eropa pada masa sebelum kebangkitan. Bahkan ketika telah memasuki masa kebangkitan sekalipun, buku-buku yang memuat kisah tahayyul itu masih banyak beredar. Di antara kisah-kisah tahayyul dalam buku ini adalah sebagai berikut:

- Ad-Damiri mengatakan dalam materi "kelinci," "Apabila wanita meminum bekas air minum kelinci jantan, dia akan melahirkan anak laki-laki. Apabila dia meminum bekas air kelinci betina, dia akan melahirkan anak perempuan. Apabila kotorannya diletakkan kepada wanita, dia tidak akan hamil selama masih lengket padanya."

- Dia juga mengatakan dalam materi "jerapah" tentang asal hewan ini, "Dia dilahirkan dari tiga jenis hewan, yaitu; unta liar, sapi liar, dan srigala liar. Srigala jantan menyetubuhi unta betina dan is melahirkan anak antara srigala dan unta. Apabila anaknya laki-laki dan ia menyetubuhi sapi betina, maka akan lahir jerapah. Dan hewan ini asalnya dari negeri Ethiopia, dan karena itu diberi nama Jerapah, yang berarti hasil bersama. Dan, ketika ia dilahirkan dari sekelompok hewan, maka ia dinamai seperti itu. Orang selain Arab menyebutnya "ester kawilnik", karena ester artinya unta, ka artinya sapi betina, dan wilnik artinya srigala jantan."

Kita perhatikan bahwa Ad-Damiri menggunakan bahasa sebagai dalil untuk memperkuat pendapatnya secara ilmiah, sekalipun kenyataannya itu tidak benar. Karena Jerapah adalah satu jenis hewan yang ada sendiri. Ia juga terdiri dari jantan dan betina, dan dilahirkan dari hasil perkawinan antara keduanya. Adapun namanya yang ilmiah, jerapah seperti ini disebut "Giraffa Camelopardalis."

- Dia juga mengatakan dalam materi "kutu," "Apabila Anda ingin mengetahui apakah wanita ini mengandung anak laki-laki atau perempuan, maka ambillah kutu dari rambutnya, lalu perahlah susu wanita itu dan diletakkan di telapak tangan seseorang. Apabila kutu itu keluar dari susu, maka ia mengandung anak perempuan. Sedangkan apabila kutu itu tidak keluar dari susu, maka ia mengandung anak laki-laki."

Buku "Hayat Al-Hayawan" tanpa diragukan lagi, memiliki beberapa keistimewaan yang jelas. Secara global keistimewaan itu adalah sebagai berikut:

- Buku ini terdiri dari hasil pemantauan yang akurat mengenai karakter berbagai jenis hewan, pola hidupnya, dan prilakunya dalam berbagai suasana. Dalam aspek ini, dia berpedoman kepada buku-buku lain yang membahas tentang hewan, seperti buku "Al-Hayawan" karangan Al-Jahizh, dan buku "Aja'ib Al-Makhluqat"karangan Al-Qazwaini. Sedangkan sebagiannya lagi tampak berasal dari pengalaman pribadi Ad-Darimi sendiri, seperti catatan berikut ini tentang perkawinan yang kami kutip dari materi "Burung Merak."

"Burung merak betina dapat bertelur setelah berusia tiga tahun. Pada saat itu juga, bulu pada burung merak jantan menj adi sempurna dan lengkap warnanya. Burung merak betina bertelur satu kali dalam setahun, dengan jumlah telur kurang lebih dua belas butir. Burung merak tidak terus-terusan bertelur. Apabila datang musim semi, telur bisa rusak. Dia merontokkan bulu-bulunya pada musim gugur, sebagaimana pohon merontokkan daun-daunnya. Bulu-bulu ini akan tumbuh kembali seiring dengan tumbuhnya daun-daun di pohon.

Burung merak jantan banyak menyia-nyiakan burung merak betina apabila sedang mengerami. Kadang-kadang ia mau merusak telur-telur itu. Untuk itulah, apabila ingin selamat, telur-telurnya dieramkan ke ayam. Akan tetapi ayam tidak dapat mengerami lebih dari dua telur burung merak. Perlu diperhatikan, bahwa pada saat mengerami, keperluan ayam harus selalu terpenuhi, seperti makan dan minumnya, sehingga dia tidak bangkit dari pengeramannya dan berakibat pada rusaknya telur itu karena terkena udara. Anak burung yang menetas dierami oleh ayam, biasanya kurang bagus, prilakunya sedikit berbeda dan bentuk badannya juga tidak ideal. Masa pengeramannya memakan waktu selama tiga puluh hari. Ia akan menetas dari telurnya, seperti jenis unggas lainnya, tidak berbulu dan langsung mendapatkan makan dari induk yang mengeraminya."

Demikian juga dengan pernyataannya yang menunjukkan pada jauhnya pandangan Ad-Damiri dapat kita temukan pada materi "unta." Dia mengatakan, "Unta merupakan hewan yang langka, sekalipun kelangkaannya tidak terlalu diperhatikan oleh manusia karena terlalu sering dilihat." Pendapat Ad-Damiri ini memang benar. Unta dikenal sebagai kendaraan padang pasir dan termasuk di antara mukjizat Allah yang ada di alam ini. Unta mampu mengendalikan beban dalam keadaan apapun, baik dalam keadaan cuaca buruk, lapar, maupun haus, yang tidak mampu dikendalikan oleh hewan lainnya.

- Sekalipun Ad-Damiri banyak menulis tentang berbagai tahayyul, namun ia juga banyak menepis tahayyul-tahayyul yang banyak beredar di kalangan masyarakat. Hal ini sebagaimana kita ketahui dari perkataannya dalam materi "kadal."

"Dinyatakan dalam buku "Raf’u At-Tamwih Fima Yuraddu Alat At-Tanbiih" yang kesimpulannya bahwa kadal adalah anak buaya. Dia mengatakan, "Buaya bertelur di darat. Apabila anaknya telah menetas, sebagiannya ada yang turun ke sungai dan sebagian tetap bertahan di darat. Anaknya yang turun ke sungai menjadi buaya dan yang menetap di darat menjadi kadal. Dia menambahkan, "Karena itu hukum halal dan haram ada dua pendapat seperti halnya buaya. Perkataan ini tidak saya yakini kebenarannya. Karena kadal tidak memiliki karakter seperti buaya, karena kulitnya juga berbeda dengan kulit buaya, yaitu tidak berlemak. Di samping itu, kalau kadal berasal dari buaya niscaya ketika besar ia akan seperti buaya besarnya. Sedangkan kadal ukurannya tidak lebih dari sejengkal atau setengah depa. Sedangkan buaya besarnya mencapai hingga sepuluh depa atau lebih."

Sama seperti perkataannya tentang kelinci, "Ada yang mengatakan bahwa apabila kelinci melihat laut, ia akan mati. Karena itu, kelinci tidak tinggal di tepi pantai. Menurut saya, perkataan ini tidak benar."

- Buku ini berisi kumpulan dan nama-nama berbagai jenis hewan. Buku ini dapat dijadikan sebagai bekal yang besar bagi para spesialis untuk menulis tentang ilmu hewan (taxonomi). Demikian juga bagi para penerjemah. Nama-nama ini diurut dari nama-nama yang umum ke nama-nama khusus yang diberikan kepada hewan ketika masih kecil, jantan, dan betina. Hal ini dapat kita lihat pada contoh berikut ini:

Ar-Rihdaun : Unggas.

As-Samaithar : Burung air yang lehernya sangat panjang.

Al-Laja' : Sejenis kura-kura darat dan Taut.

Adz-Dzar : Semut merah yang kecil. Dzarrah adalah kata tunggalnya.

As-Sulfan : Anak ayam hutan (unggas), dan salaf adalah kata tunggalnya.

Ar-Ra'lu : Anak binatang ternak. Untuk yang betina disebut ra'latun. Jamaknya ri'aldan ri'lan.

Al-Janbar : Anak sotong.

Al-Hasal : Anak buaya. Jamaknya adalah ahsaal, hasuul, haslaan, dan haslah.

Al-Fayyad : Burung hantu jantan.

Al-Habraj : Sotong jantan.

Al-Bukhaq : Srigala jantan.

As-Sandawah : Srigala betina.

Al-Laqwah : Burung heriang betina.

Ats-Tsarmilah : Rubah betina.

Ad-Damiri menyusun bukunya "Hayat Al-Hawayan" dan menerbitkan dalam dua versi cetakan. Yaitu besar dan kecil. Buku "Hayat Al-Hawayan" yang besar lebih banyak dicetak dan diterbitkan. Sedangkan versi cetakan yang kecil, Ad-Damiri membuang pemaparan tentang sejarah negara Islam dalam materi "angsa." Setelah wafatnya Ad-Damiri, buku ini banyak diringkas oleh beberapa ulama. Misalnya ringkasan yang disusun oleh Ad-Damamini, Umar bin Yusuf Al-Hanafi, Taqiyuddin Al-Fasi, Al-Qari, dan As-Suyuthi. Di samping juga dijadikan lampiran dalam buku yang ditulis oleh Jamaluddin Al-Makki.

Untuk menyajikan isi buku ini secara lengkap kepada pembaca, kami lanjutkan pada materi berikutnya dan kami memilih materi "Gagak."

Gagak tak ubahnya seperti rubah. Dia bersuara yang hampir mirip dengan namanya "kak..kak..," yaitu burung yang besarnya seperti burung merpati. Akan tetapi bentuknya mirip burung elang. Sayapnya lebih lebar dari pada saya burung merpati. Dia memiliki dua warna pada bulunya; putih dan hitam, dan ekornya panjang.

Dia hampir tidak pernah berteduh di bawah atap atau bertengker di atasnya, melainkan selalu menantang angin di tempat terbuka. Karakternya suka memperkosa dan berkhianat. Dia memiliki prilaku suka mencuri dan merampas. Orang Arab banyak yang menjadikan gagak sebagai suatu perumpamaan.

Apabila ada burung yang bertelur, ia menyembunyikan telurnya karena takut diganggu oleh burung gagak. Sebab apabila ia mendekati telur, ia pasti akan merusaknya.

Az-Zamakhsyari dan lainnya mengisahkan tentang tafsir firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala,

"Dan berapa banyak binatang yang tidak (dapat) membawa (mengurus) rezkinya sendiri. Allah-lah yang memberi rezki kepadanya." (Al-Ankabut: 60). Diriwayatkan dari Suyfan bin Uyainah, dia berkata, Tidak termasuk dari golongan hewan apabila menyembunyikan makanannya, kecuali manusia, semut, tikus, dan gagak. Mereka juga mengatakan, "Saya melihat burung gelatik mengejek gagak." Ada yang mengatakan bahwa burung gagak memiliki tempat persembunyian, akan tetapi ia sering melupakannya. Di antara karakter burung gagak juga adalah suka menteror. Alangkah banyak barang berharga yang dirampasnya dari kanan dan kiri, hingga seorang penyair berkata:

"Allah memberikan berkah kepada burung, tetapi tidak kepada burung gagak.

Paruhnya pendek dan sayapnya panjang. Apabila melihat kelengahan, ia langsung mencuri.

Dia mempermainkan matanya di kepalanya, seolah-olah keduanya tetesan air raksa."

Catatan: Banyak orang yang berbeda pendapat mengapa burung ini diberi nama gagak ('Aq'aq). Al-Jahizh mengatakan, "Karena ia selalu durhaka kepada anakanya dan membiarkannya tanpa diberi makan. Dari sini dapat diketahui bahwa dia sejenis dengan burung elang, karena semua melakukan itu."

Hukumnya: Tentang halal dan tidaknya, ada dua pendapat. Pertama, halal dimakan seperti burung elang yang hidup di ladang. Kedua, haram dimakan. Pendapat kedua inilah yang benar dalam buku "Ar-Raudhah" sesuai dengan pendapat Al-Baghawi dan Al-Busanji. Ketika imam Ahmad ditanya tentang gagak, dia menjawab, "Kalau tidak memakan kotoran, tidap apa-apa." Sebagian sahabatnya berkata, "Ia juga memakan kotoran." Maka dia pun menghukuminya haram untuk dimakan.

Catatan: Al-Jauhari meriwayatkan bahwa orang Arab merasa pesimis dengan burung gagak dan suaranya. Karena mereka meyakini bahwa burung gagak telah melihat dari udara apa yang terjadi. Apabila mereka mendengar suara gagak, mereka takut terjadi sesuatu. Ar-Rifa'i mengisahkan dari mazhab Hanafi tentang orang yang keluar dari rumah untuk bepergian, lalu ketika mendengar suara burung gagak dia kembali, apakah dikatakan kafir atau tidak? Ada yang mengatakan bahwa dia telah kafir. Demikian juga yang saya lihat dalam buku "Fatawa Qadhi Khan." Imam An-Nawawi mengatakan, "Menurut kami, dia tidak dihukumi kafir."

Pepatah: Mereka mengatakan, "Adakah yang lebih pencuri dari burung gagak? Adakah yang lebih bodoh dari burung gagak? Sebab ia seperti burung unta yang selalu menyia-nyiakan telur dan anaknya, lalu sibuk dengan telur burung lain."

Keistimewaan: Apabila otak burung diletakkan di kapas, lalu ditempelkan di tempat terkena panah atau peluru yang menancap di badan, maka ia akan mengeluarkan keduanya dengan mudah. Dagingnya panas, kering, dan tidak enak.

Ungkapan: Apabila bermimpi melihat burung gagak, dia akan bertemu orang yang tidak amanah dan tidak menepati janji. Apabila dia bermimpi diajak bicara oleh burung gagak, berarti akan datang kabar dari jauh. Burung gagak merupakan simbol dari orang yang monopoli dan suka menguasai.

Komentar Tentang Ad-Damiri
- Seorang orientalis bernama Jacquard mengatakan, "Buku "Haya Al-Hawayan" karangan Ad-Damiri telah menjadi sumber kata mutiara Islam dan Arab. Di dalamnya banyak ditulis tentang kaedah fikih, hukum, hadis, sastra, dan pepatah,

yang semuanya bersumber dari berbagai macam referensi, lalu semua berkumpul di satu sumber sebagai rujukan bagi pembaca di dunia Arab. Karya ini tentu menunjukkan pada pengua¬saannya terhadap masalah agama dan dunianya."

- Orientalis Leclere mengatakan, "Apabila dibuang dari buku Ad-Damiri ini tulisan yang mengandung tahayyul-tahayyul dan kisah-kisah serta biografi sebagian tokoh, niscaya buku ini dianggap sebagai buku yang sangat bernilai yang mengupas tentang sejarah hewan."

- Editor pengantar buku "Hayat Al-Hawayan" dalam cetakan versi penerbit "Kitab Al-Jumhuriyyah"mengatakan, "Tidak dapat diragukan lagi bahwa buku "Hayat Al-Hawayan" karangan Ad-Damiri telah dikenal di Eropa sejak lama, terutama oleh para mahasiswa jurusan bahasa Arab di universitas-universitas Eropa dan lainnya. Bahkan buku ini dianggap sebagai buku yang sangat bernilai. Buku ini juga memiliki peranan penting bagi kebudayaan Barat. Misalnya ilmuwan, Lin dalam "Ensiklopedi Arabnya" yang terkenal itu banyak mengutip dari buku Ad-Damiri ini. Demikian juga dengan Stanvold. Sebagaimana buku ini juga dijadikan rujukan utama oleh Bucart dalam bukunya yang bei judul "Herozicon". Buku ini juga dimanfaatkan oleh ilmuwan, Hazl, dan mengutip sebagian isinya pada materi "belalang," dari manuskripnya yang ada di Kopenhagen.

Selain itu, masih banyak diantara para ilmuwan dan penulis Eropa yang menggunakan buku "Hayat Al-Hayawan" sebagai rujukan, seperti Karmer, Homel, Taksin, Bram yang berkebangsaan Jerman, dan lainnya.

Ad-Damiri meninggal dunia pada tahun 1405(808 H) di Kairo, Mesir

 

 

 

 

 

 

Sumber: https://www.zulfanafdhilla.com/2014/07/adDarimi.html