Buku “Sabda Cinta” Dibedah di STAI Denpasar

 
Buku “Sabda Cinta” Dibedah di STAI Denpasar

LADUNI.ID | BALI - Kemarin, Minggu (04/11/18), Focus (Forum Cendikiawan Kampus) Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Denpasar menggelar bedah buku “Sabda Cinta” yang ditulis oleh  Muhammad Taufik Maulana S.Sy, M.H,  acara ini turut dihadiri oleh Ketua STAI Denpasar,  Jumari S.P, M.Pd, WAKA 1 Bidang Akademik , Drs. H. Ahmad Qosim M.Pd, WAKA 3 Bidang Kemahasiswaan sekaligus nara sumber  Muhammad Taufik Maulana S.Sy, M.H.Turut hadir pula Ketua Senat mahasiswa (SEMA) Didik Wibowo dan Presiden Dewan Mahasiswa (DEMA) Akhid Fahsya, serta para mahasiswa

Acara ini dimulai dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya sekaligus sambutan dari ketua panitia acara, Sharil Harahap, dalam sambutannya dia mengatakan bahwa kegiatan ini merupakan salah satu kegiatan perdana Focus yang sudah lama vakum, atau bahasa kerennya raising of the dead, bangkit dari kubur, karena dulunya Focus sepi dari kegiatan tapi dengan adanya acara ini dia berharap semoga Focus bisa bangkit kembali.

Dalam kegiatan ini ketua STAI Denpasar  Jumari S.P, M.Pd mengatakan, “Pak Taufik salah satu dosen yang menjadi inspirasi bagi mahasiswa, begitu juga inspirasi bagi saya dan juga para dosen-dosen yang lain. Beliau adalah salah satu dari sekian dosen STAI Denpasar yang sangat produktif berkarya terutama di penulisan buku, apa yang dilakukan beliau bukan hanya demi kemajuan STAI tapi kita juga berharap demi kemajuan generasi muslim muslimah terutama di Bali dalam rangka membuat atau menghasilkan karya tulis”. Beliau menjelaskan bahwa seluruh kegiatan Focus berada di bawah koordinasi SEMA dan DEMA , dan berharap semakin kedepan semakin lebih baik, beliau mempunyai istilah untuk focus yaitu Reborn to be better, “Terlahir kembali dari LDK menjadi Focus untuk menjadi lebih baik”. 

Jumari juga menambahkan, “Buku ‘Sabda Cinta’ ini bukan hanya untuk kalangan millenial tapi juga untuk kalangan manula karena isinya tentang bagaimana mencintai atau dicintai dengan mengikuti apa yang dilakukan Rasullulah, cinta jangan sampai menjadi cinta yang terlarang, tapi menjadi cinta yang diridhoi ALLAH”. 

Beliau mengatakan bahwa, menulis itu pekerjaan yang tidak mudah tapi beliau juga berharap dengan acara ini para mahasiswa mendapatkan inspirasi untuk menulis dan menghasilkan karya tulis yang indah, karena pada dasarnya segala sesuatu itu akan mudah karena sudah terbiasa.

Dalam acara ini,  Drs.H. Ahmad Qosim turut membacakan doa yang diamini oleh seluruh mahasiswa dan mahasiswi.

 Muhammad Taufik Maulana Sy, M.H selaku nara sumber menceritakan pengalaman menulisnya, ”Pada awal menulis beberapa halaman, saya minta koreksi kepada teman-teman tentang tulisan saya, menurut mereka tulisan saya tidak enak dibaca, tidak akan ada yang beli buku. Ini  ujian bagi penulis khususnya penulis pemula, jadi biarkan orang mau berkomentar apa tentang tulisan kita, yang penting kita terus menulis, seorang penulis sebenarnya tidak merasa senang ketika tulisannya dipuji, yang disukai itu adalah komentar yang mengkritisi karena setiap kritikan dari siapapun tentang tulisan itu akan menjadi inspirasi untuk menulis bagi seorang penulis”, Taufik juga mengingatkan bahwa kendala seorang penulis yang harus diperhatikan adalah jangan terlalu memikirkan bagaimana tata cara penulisan yang benar, kalau itu yang dipikirkan maka tulisannya tidak akan pernah selesai. tugas seorang penulis itu hanya menulis, teman-teman mau ikut jurnalistik atau workshop  kepenulisan sampai satu juta kali tapi tidak pernah menulis, ya nihil”, Ucapnya. 

Dalam acara bedah buku ini, Taufik juga mengakui, “Jujur saya hanya satu kali mengikuti workshop jurnalistik, saya hanya membaca dan kemudian menulis, menjadi seorang penulis itu membaca dan menulis, kegiatan workshop dan seminar itu hanya sekedar sponsor. Meskipun tulisan kita dikritisi banyak orang tapi kita harus tetap menulis, kita tidak pernah menemukan suatu makna kalau tidak ada kata karena setiap makna itu pasti ada di balik kata, teman-teman tidak akan paham ilmu sejarah, tidak akan paham ilmu fiqih atau yang lainnya, kalau tidak ada pernah tulisan atau buku yang diterbitkan. Dari para imam sampai tokoh muslim, kalau mereka tidak menulis maka ilmu tidak akan sampai pada kita, jangankan kitab atau buku, kalau Al Quran tidak ditulis oleh sahabat nabi, yaitu Utsman bin Affan, dikhwatirkan lafadz Al Quran di salah pahami atau disalahkan oleh orang-orang yang ingin merusak Al Quran, makanya menulis itu sangat penting, semoga teman-teman bisa tergerak hatinya untuk menjadi penulis”, Jelasnya lagi.

Bedah buku “Sabda Cinta” dari setiap judul selalui disertai Hadits, dia mengatakan, “Kalau cinta berdasarkan perasaan tak memperdulikan apa-apa, sedangkan cinta berdasarkan logika selalu saja ada pertimbangan, tetapi kalau cinta berdasarkan Allah, tidak akan ada keraguan dan penuh kepasrahan.

 “Dalam cinta tidak ada tuntutan tapi yang ada hanya keikhlasan. Jika orang benar-benar mencintai akan melakukan apa saja yang diminta”, tambah Taufik yang juga adalah Ketua Lajnah Ta’lif wan Nasyr (LTN) NU provinsi Bali itu.

Kegiatan siang hari itupun akhirnya ditutup dengan sesi  tanya jawab.

(dds/dad)