Pendidikan Berkarakter via Humanisme

 
Pendidikan Berkarakter via Humanisme

LADUNI. ID,  KOLOM- Hakikat utama yang diperjuangkan Paulo Freire dalam pendidikan adalah membangkitkan kesadaran kritis sebagai prasyarat proses humanisasi atau memanusiakan manusia. 

Kunci pokoknya adalah konsientisasi atau pembangkitan kesadaran kritis. Sebuah corak pendidikan yang diusung oleh Freire, yaitu pendidikan kaum yang dijalankan dengan kemurah-hatian otentik, kedermawanan, humanis (bukan humanitarian), menampilkan diri sebagai pendidikan manusia


Begitulah fenomena yang terjadi dalam proses pendidikan humanis yang seharusnya dijalankan (Paulo Freire, Ivan Illich dkk, 2001).

Kepedulian terhadap masalah pemanusiaan, kemudian akan membawa pada pengakuan terhadap dehumanisasi yang hanya bukan kemungkinan ontologis melainkan sudah menjadi kenyataan historis.

Sejarah antara humanisasi dan dehumanisasi dalam konteks-konteks nyata serta objektif merupakan kemungkinan-kemungkinan bagi manusia sebagai makhluk yang tidak sempurna. 

Kemungkinan-kemungkinan yang paling menonjol, baik itu disadari maupun yang tidak disadari oleh manusia, adalah meluasnya gejala-gejala dehumanisasi. Dan kemungkinan itu sudah menjangkit kedalam sistem pendidikan.

Ini bisa terlihat salah satunya dalam proses belajar mengajar. Di sini terlihat adanya bentuk dominasi yang dilakukan oleh guru kepada muridnya.

Dehumanisasi dalam praktek pendidikan tersebut, menempatkan guru sebagai seorang “penindas” yang memposisikan dirinya sebagai subyek pendidikan yang menganggap dirinya paling mengetahui tentang pengetahuan. 

Sedang anak didik diposisikan sebagai obyek pendidikan yang tidak mengetahui apa-apa dan harus selalu siap untuk menerima transfer pengetahuan (transfer of knowladge) yang diberikan oleh gurunya tanpa adanya upaya untuk mengembangkan kreativitas berpikir secara mandiri. 

Walhasil sehingga ini bisa dikatakan, guru di sini adalah penindas sedangkan murid yang tertindas. Akhirnya, kita berharap dengan pendidikan berbasis karakter berupa humanisme, mampu mengubah dunia pendidikan yang akan melahirkan generasi bukan hanya di bidang kecerdasaan intelektual bahkan kecerdasaan spritual.

Sekali lagi, walhasilnya S di bawah pendidikan berkarakter itu akan tercipta insan yang handal berilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), serta dibarengi iman dan takwa (imtak) dalam memanusiakan manusia menuju negeri impian yang diridhai Ilahi. Semoga!

* Masrur Salamuddin, MA, Putra Kelahiran Meurandeh Alue, Pidie Jaya, mantan Ketua LPPM IAI Al-Aziziyah Samalanga