Pentingnya Budaya Literasi di Era Revolusi Industri 4.0

 
Pentingnya Budaya Literasi di Era Revolusi Industri 4.0

LADUNI.ID, Jakarta - Dalam kaitannya dengan dunia pendidikan, literasi menjadi bagian penting dalam tumbuh kembang pelajar sebagai subjek pendidikan. Menurut Goody, literasi merupakan kemampuan membaca dan menulis. 

Pendapat tersebut sesuai dengan makna yang tercantum dalam kamus online Merriam-Webster, yang menjelaskan bahwa literasi berasal dari bahasa Latin "literature" dan bahasa Inggris "Letter". Namun, yang dipahami literasi hanya sebatas membaca saja. 

Kata literasi tidak dapat lepas dari kata buku, karena berliterasi dikatakan saat kita membaca sebuah buku. Padahal literasi bukan hanya dengan membaca buku saja, tetapi berliterasi juga bisa dilakukan pada saat kita membaca kejadian yang sedang terjadi disekitar kita, karena literasi juga merupakan kemampuan setiap individu dalam menggunakan skill yang dimilikinya.

Di era digital penuh dengan generasi millenial, untuk bisa membaca kita tidak harus pergi ke perpustakaan dan tidak harus membeli untuk bisa membaca sebuah buku. Dengan android yang berada digenggaman kita yang dilengkapi dengan segudang aplikasi yang dapat kita gunakan untuk berliterasi, kita dapat menggunakan fasilitas tersebut yang dengan mudah dapat kita akses dimanapun dan kapanpun kita berada. Jadi, tidak ada alasan kita untuk tidak berliterasi.

Terlepas dari membaca, tidak lain dari literasi adalah menulis. Iman Al-Ghazali pernah mengatakan “Kalau kamu bukan anak raja dan bukan anak ulama besar, maka jadilah penulis”. Meskipun kita bukan orang yang terkenal, dengan menulisalah kita bisa jadi orang yang dikenal. 

Dengan menulis kita juga memberikan manfaat untuk diri kita sendiri untuk berliterasi lebih banyak lagi. Seperti kutipan dari Pramoedya Ananta Toer “Menulislah, selama engkau tidak menulis engakau akan hilang dari masyarakat dan pusaran sejarah”. 

Banyak yang berkata bahwa menulis adalah sebuah bakat. Salah! jika kita beranggapan seperti itu, untuk dalam kehidupan sehari-hari saja kita tidak lepas dari kata menulis karena menulis adalah sebuah keterampilan praktis, dimana perlu dipraktikkan dan tekun dilakukan. 

Dalam sebuah seminar yang saya ikuti bahwa tidak ada jalan pintas dalam menulis. Mengapa demikian? Karena setiap individu tidak munggkin tiba-tiba saja langsung menulis tanpa ada sumber gagasan yang bisa muncul dari membaca, pengamatan, dan pengalaman.

Dengan adanya teknologi yang dapat kita gunakan setiap saat, literasi masyarakat indonesia masih sangatlah rendah. Bukan kita seharusnya yang dibodohi oleh teknologi, akan tapi kita seharusnya yang membuat teknologi itu sendiri dapat menjadikan senjata bagi masyarakat Indonesia untuk memperbaiki literasi di Indonesia. 

Bahkan anggota dewan pers Agus Sudibyo pernah menyarankan literasi media dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan guna membendung dampak teknologi baru. Rendahnya minat berliterasi masyarakat Indonesia inilah merupakan salah satu faktor mengapa sampai saat ini kualitas pendidikan Indonesia masih tergolong rendah dibandingkan dengan negara-negara lain. 

Tunjukkan bahwa kita sebagai generasi millenial dengan fasilitas yang begitu canggih untuk tidak hanya bisa mewadahi berita saja. Tetapi dengan teknologi yang super canggih kita bisa tahu seisi dunia bahkan sejagat raya dapat diakses. Apapun yang ingin kita ketahui semua ada didalamnya. Hanya saja harus ada keinginan untuk berliterasi. 

Berliterasi sangatlah mudah, Kesadaran dan keinginan berliterasi inilah yang sulit.
Berkaitan dengan sebuah quote “mengubah kehidupan” tentu akan dihadapkan dengan tuntutan kompetisi yang harus dikuasai oleh setiap individu supaya tetap bertahan di era modern ini. 

Peningkatan kompetisi dapat dilakuakan dengan banyak cara, namun yang menjadi dasar utama adalah peningkatan pengetahuan yang diperoleh dari literasi. Oleh karena itu, kemampuan dasar membaca dan menulis menjadi kewajiban yang harus dimiliki oleh setiap manusia.

(Artikel ini ditulis oleh Reni Widiawati, mahasiswi FKIP Jurusan Matematika Universitas Muhammadiyah Malang)