Momen Pertemuan Dua Tokoh Besar Muslim: Bahasa Tanpa Kata

 
Momen Pertemuan Dua Tokoh Besar Muslim: Bahasa Tanpa Kata

LADUNI.ID, Jakarta - Selesai dzikir sebentar bakda shalat Jum’at, segera saya hampiri Buya di sisi utara dalam masjid. Memberanikan diri mengganggu dzikir Buya, saya salim lalu bilang, “Buya, Gus Mus di sana.” sambil saya tunjuk tempat duduk Gus Mus.

Tampak senyum cerah di wajah Buya menatap ke arah seseorang berambut putih, berpeci dan berbaju hitam yang tengah duduk bersila di seberang sana.
“Saya ke sana”, kata Buya, lalu meneruskan dzikir sebentar. Saya duluan ke sisi selatan masjid, mendekat ke Gus Mus.

Duduk di belakang kiri Gus Mus yang sedang wirid, saya tengok ke arah Buya. Ternyata Buya menyusul saya tidak terlalu jauh. Tepat sekali Gus Mus selesai wirid, saya bisikkan, “Abah, Buya ke sini”.

Gus Mus menengok, tersenyum gembira dengan mata berbinar-binar, lalu berdiri menyambut Buya.

Di depan mata saya, bertemulah dua tokoh besar bangsa ini dengan wajah haru..

Keduanya berucap lirih tapi mantab, “Assalaamu’alaikum”, langsung berpelukan erat-erat... seakan tak ingin lepas. Lamaaaa sekali.

Saya rasakan, ada dialog batin antara keduanya dalam pelukan dan mimik haru itu. Tentang kerinduan yang dalam, tentang kegelisahan, tentang nasib bangsa ini, tentang kebahagiaan, tentang Tuhan....

_____
Ienas Tsuroiya