Info Harian Laduni: 29 November 2023

 
Info Harian Laduni: 29 November 2023

Laduni.ID, Jakarta - Bertepatan dengan tanggal 29 November ini menjadi momentum bagi kita semua  untuk mengenang kepergian KH. R. Abdul Fattah Tulungagung.

KH. R. Abdul Fattah wafat pada hari Selasa Pon, 3 Robiul Akhir 1372 H  atau 29 November 1954 M. Jenazah beliau dimakamkan di barat masjid Pondok Mangunsari, pada hari Rabu Wage, 4 Robiul Akhir 1372 H atau 30 November 1954 M.

KH. R. Abdul Fattah lahir pada Kamis Pon, 11 Syawal 1290 H atau 1872 M di Mangunsari Kedungwaru Tulungagung. Silsilah nasab dari ayahnya, KH. R. Abdul Fattah putra KH. Hasan Tholabi Mangunsari Tulungagung. Beliau keturunan ke 14 dari Sayyid Nawawi (Sunan Bayat/ Sunan Pandanaran/ Ihsan Nawawi, Solo) dan keturunan Rasulullah Saw ke 31. Sedangkan ibunya bernama Nyai Dokhinah, buyutnya Prawiro Projo, Patih Ponorogo ke 5. Nama asli KH. R. Abdul Fattah adalah Muhammad Ma’ruf.

KH. R. Abdul Fattah memulai pendidikannya dengan belajar ilmu tauhid kepada KH. Imam Bahri, pengasuh PP Mangunsari, Pace Nganjuk. Kemudian, belajar ilmu tasawwuf kepada KH. Zaenuddin, pengasuh PP Mojosari, Loceret Nganjuk. Setelah itu, belajar ilmu Fiqh kepada KH. Zaenuddin, pengasuh PP Cempaka, Brebek Nganjuk. Dan belajar ilmu tafsir kepada KH. Idris, pengasuh PP Jamsaren Solo.

Dalam perkembangannya, madrasah yang dirintis KH. R.Abdul Fattah menjadi cikal bakal Pondok Pesantren tertua di wilayah Mangunsari, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, atau yang kini dikenal dengan nama Pondok Pesantren Menara. Awalnya KH. R. Abdul Fattah mendirikan Madrasah, masjid, dan menara sebagai sarana ibadah bagi umat Islam di sekitar Desa Mangunsari, Kecamatan Kedungwaru, pada sekitar tahun 1354 H.

Pada masa penjajahan Jepang, ulama- ulama di Tulungagung banyak yang ditangkap oleh Jepang. Diantaranya adalah KH. R. Abdul Fattah (Mangunsari), KH. Syarif (Majan), KH. Mustaqim (Kauman) dan lainnya.

Mereka disiksa dengan berbagai macam penganiayaan dipukul, disetrum listrik, dimasukkan ke kandang ular, ditenggelamkan ke dalam bak air, disulut dengan api rokok dan berbagai penyiksaan lainnya.

Mereka tetap tabah menjalani penyiksaan di dalam tahanan Jepang. Tidak cukup disitu mereka selalu membaca kalimat thoyyibah; subhanallah, astaghfirullah, masya-Allah, la haula wala quwwata illa billah dsb. KH. R. Abdul Fattah ditahan Jepang jam 8 pagi. Di dalam tahanan selama 9 bulan. Pulang dari tahanan hari Senin dan Selasanya sudah mulai mengajar santri- santrinya.

Setiap hari Senin dan Jum’at beliau biasanya membaca sholawat dziba’ rotibul hadad, tahlil dan dzikir bersama-sama dengan santri. Pada suatu ketika, setelah melakukan amal- amalan bersama santri, beliau membagi makanan dan minuman yang dipersiapkan sendiri. Yang membuat para santri heran adalah nasi yang disediakan hanya satu belanga dan satu kendi minuman, namun nasi dan minuman tersebut bisa mencukupi hadirin yang jumlahnya ratusan dan itupun masih tersisa.

Mari kita sejenak mendoakan beliau, semoga apa yang beliau kerjakan menjadi amal baik yang tak akan pernah terputus dan Allah senantiasa mencurahkan Rahmat-Nya kepada beliau.

Semoga kita sebagai murid, santri, dan muhibbin beliau mendapat keberkahan dari semua yang beliau tinggalkan.

Mari sejenak kita bacakan Tahlil untuk beliau: Surat Yasin, Susunan Tahlil Singkat, dan Doa Arwah