Tahun 639-640 M Penaklukan Mesir: Pertempuran di Heliopolis dan Benteng Babylonia

 
Tahun 639-640 M Penaklukan Mesir: Pertempuran di Heliopolis dan Benteng Babylonia
Sumber Gambar: historicaleve.com, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Penaklukan Mesir oleh pasukan Islam pada tahun 639-640 Masehi mencerminkan peran strategis dalam ekspansi kekhalifahan Arab pada masa awal Islam. Konteks historis pada periode tersebut mencatat penyebaran cepat kekhalifahan di bawah kepemimpinan Khalifah Umar bin Khattab, yang memberikan perhatian khusus pada ekspansi ke wilayah-wilayah baru. Mesir, sebagai salah satu pusat politik dan ekonomi penting di dunia kuno, menjadi target utama dalam rencana ekspansi tersebut.

Pimpinan Pasukan Islam, Amr bin Ash, seorang jenderal ulung yang telah terlibat dalam beberapa kampanye militer sebelumnya, memimpin tentara yang terlatih dengan baik ke Mesir. Keberhasilan Pasukan Islam dalam menaklukkan Mesir tidak hanya dipengaruhi oleh keahlian militer, tetapi juga oleh kebijaksanaan diplomatik Amr bin Ash dalam menjalin persekutuan dengan kelompok lokal yang tidak puas dengan pemerintahan Romawi Bizantium yang saat itu menguasai Mesir.

Kita dapat memahami bahwa penaklukan Mesir pada tahun 639-640 Masehi adalah hasil dari kombinasi strategi militer, kebijaksanaan diplomatik, dan dinamika sosial yang kompleks. Artikel ini akan merinci peristiwa-peristiwa kunci, mempertimbangkan dampaknya pada kehidupan masyarakat Mesir pada saat itu, serta memberikan wawasan mendalam mengenai bagaimana peristiwa ini membentuk perkembangan sejarah di wilayah tersebut.

Beberapa faktor yang mendasari Islam ingin menguasai daerah Mesir adalah, Mesir merupakan sebuah kota yang sangat strategis, yang juga memiliki sejarah yang sangat panjang pada masa kuno. Selain itu juga ada inisiatif dari sahabat Amr bin Ash yang membujuk khalifah Umar untuk menguasai  Mesir dikarenakan kota ini memiliki banyak kekayaan tapi memiliki kelemahan dibidang militer selama bertahun-tahun. Juga dulu sahabat Amr bin Ash sering berkunjung ke Mesir untuk berdagang, dan ia melihat bahwa kota tersebut adalah kota yang sangat indah juga sangat strategis.

Faktor-faktor sosial dan politik dalam masyarakat Mesir juga memainkan peran penting dalam penaklukan ini. Beberapa kelompok masyarakat setempat menyambut kedatangan Pasukan Islam sebagai peluang untuk menjawab ketidakpuasan terhadap pajak dan pemerintahan yang berat di bawah kekuasaan Bizantium. Dikarenakan adanya perbedaan agama Kristen yang terdapat di Mesir dengan yang berada di kekaisaran Bizantium

Dengan bijaksana, Amr ibn al-As mampu memanfaatkan ketidakstabilan internal di Mesir untuk memperoleh dukungan lokal yang kuat.

Setelah berdebat panjang dengan Khalifah Umar, Amr bin Ash diizinkan berangkat ke Mesir. Amr bin Ash berangkat dari Jabiya dengan membawa 4.000 pasukan. Awalnya Khalifah Umar ragu dengan penaklukan Mesir ini, lalu ia memberikan syarat kepada Amr bin Ash.

“Misi ini sangat rahasia dan andai suatu saat aku mengirimkan surat kepadamu dan surat ini sampai sebelum kamu masuk ke wilayah Mesir, maka kamu dan pasukanmu harus mundur dari ekpedisi ini.”

 

Saat pasukan Amr bin Ash sudah ¾ jalan menuju wilayah Mesir, utusan dari Khalifah Umar datang membawa surat perintah. Namun, Amr bin Ash berpikir bahwa surat ini akan menggagalkan ekspedisi tersebut, karena tinggal beberapa mil lagi dia akan sampai ke wilayah Mesir. Amr bin Ash akhirnya melanjutkan perjalanan dan membuka segel surat tersebut setelah berada di wilayah Mesir, yang membuat ekspedisi ini bisa tetap dilanjutkan.

Pasukan Muslim melanjutkan perjalanan dari daerah Arish pada akhir bulan Desember 639 M menuju Kota Pelusium (kunci masuk menuju Mesir). Pasukan Romawi yang menyadari pergerakan pasukan muslim sebelumnya, sudah menambah kuantitas pasukannya di Pelusium.

Pihak Romawi sangat terkejut dengan kekuatan Pasukan Muslim yang berhasil memukul mundur pasukan Romawi dari Pelusium, dengan cara pengepungan daerah tersebut selama 2 bulan. Lalu berhasil menguasai daerah itu di pertengahan Bulan Februari tahun 640 M.

Setelah menguasai Pelusium, Pasukan Muslim melanjutkan pergerakannnya menyusuri Sungai Nil dan berhasil menguasai beberapa tempat yang berada di bawah kekuasaan Romawi.

Pasukan Muslim lalu sampai di Benteng Belbis, di mana mereka mengepung benteng itu selama satu bulan. Waktu satu bulan tersebut memberikan ruang waktu yang cukup bagi Romawi mengirimkan bantuan pasukannya yang berjumlah 20.000 pasukan, yang dipimpin oleh Komandan Cyrus dari Kota Alexandria menuju Benteng Babilonia yang menjadi tujuan pasukan muslim.

Setelah berhasil menaklukkan Benteng Belbis, pasukan muslim mulai bergerak menuju Benteng Babilonia dimana tujuan utama mereka berada. Sebelum lanjut, pihak Romawi memiliki 20.000 ribu lebih pasukan yang dipimpin oleh Theodorus dan Cyrus. Sementara Pasukan Muslim berjumlah 4.000 pasukan yang dipimpin oleh Amr bin Ash.

Romawi membuat sebuah strategi dimana mereka membuat parit di depan benteng, dan menaruh banyak pasukan di belakang parit. Sementara pasukan muslim membuat camp jauh di depan Benteng Babilonia. Melakukan serangkaian serangan setiap hari selama 2 bulan, namun tidak membuahkan hasil sama sekali.

Dalam situasi yang mendesak, Amr bin Ash dengan tegas memohon bantuan kepada Khalifah Umar bin Khattab. Menyadari urgensi, Khalifah mengirimkan tambahan 4.000 pasukan elit untuk memperkuat pasukan Amr bin Ash. Dengan penuh semangat, Amr bin Ash melanjutkan serangannya terhadap Pasukan Romawi, berhasil meredam kekuatan mereka di dalam Parit. Walaupun serangan demi serangan dilancarkan, tantangan untuk mengalahkan pasukan Romawi di Benteng Babilonia tetap menjadi ujian berat.

Melihat belum kalahnya pasukan Romawi membuat Amr bin Ash meminta untuk kedua kalinya bantuan pasukan tambahan kepada Khalifah Umar. Khalifah mengirimkan kembali 4.000 pasukan tambahan yang dipimpin oleh Zubair bin Awwam. Pasukan ini tiba pada akhir bulan September 640 M. Kedatangan Zubair bin Awwam sangat membantu pasukan Amr karena setelah melakukan pengintaian mandiri di sekitar daerah tersebut, Zubair menemukan bahwa 10 mil ke belakang terdapat sebuah kota bernama Heliopolis yang juga dikuasai oleh Romawi. Zubair menyadari bahwa pasukan Muslim bisa dikepung dari arah belakang dan depan.

Kemudian Amr bin Ash dan Zubair memutuskan untuk menguasai kota Heliopolis itu terlebih dahulu. Dengan membawa sebagian pasukan, dan sebagian lagi tetap berjaga jauh di depan Benteng Babilonia. Di depan Heliopolis Pasukan Muslim disambut dengan peperangan kecil dari pasukan kavaleri Romawi, yang menyebabkan berkurangnya kekuatan Pasukan Muslim.

Setelah memakan waktu untuk menginvestigasi daerah itu, Zubair bin Awwam dan pasukannya terpilih untuk memanjat dan menerobos masuk benteng tersebut. Dengan gagah dan kuatnya pasukan Zubair, membuat pasukan Romawi di sana ketar-ketir. Yang menyebabkan mereka mengambil jalan damai dengan membayar jizyah.

Setelah penaklukan Heliopolis Zubair dan Amr kembali ke Babilonia. Theodorus yang menyadari bahwa dia tidak akan menang hanya dengan bertahan, mengambil strategi pasukan muslim dengan keluar menyebrangi parit lalu melakukan serangan setiap hari terhadap pasukan Muslim. Walaupun Romawi kehilangan banyak pasukan dalam penyerangan ini, setidaknya mereka juga mendapatkan keutungan dengan mengurangi kekuatan pasukan muslim yang tidak siap dengan strategi Romawi yang mengejutkan ini.

Melihat strategi Romawi yang keluar dari parit itu memberikan sebuah ide yang diusulkan oleh seorang panglima bernama Kharija bin Khuzafa. Ia meminta izin kepada Amr bin Ash untuk bergerak pada malah hari dan bersembunyi di balik pegunungan di bagian timur laut Benteng Babilonia.

Besok paginya Pasukan Romawi keluar dari parit untuk menyerang lagi, sementara pasukan muslim memilih strategi bertahan sambil mundur perlahan. Setelah sekiranya cukup untuk memberi jarak yang lumayan jauh dari parit, Pasukan Muslim mulai memberikan perlawanan sekaligus memberikan sebuah tanda untuk pasukan Kharija untuk menyerang dari arah belakang.

Serangan dari dua arah tersebut meruntuhkan Pasukan Romawi secara memilukan, menyisakan banyak korban di medan pertempuran. Meskipun demikian, Theodorus berhasil melarikan diri dari cengkraman Pasukan Muslim dan sukses kembali masuk ke dalam Benteng Babilonia. Keberhasilan strategi ini membuat Pasukan Romawi benar-benar terguncang oleh kekalahan yang sangat telak. Bahkan lebih parahnya, Amr bin Ash berhasil memperoleh beberapa ketapel batu yang kemudian digunakan untuk melempar batu-batu mematikan ke dalam Benteng Babilonia.

Melihat kondisi ini Cyrus memilih mundur keluar dari Benteng Babylonia. Lalu ia mengirimkan surat tawaran kepada Amr bin Ash untuk segera keluar dari Mesir dan akan memberikan harta yang begitu melimpah. Namun Amr bin Ash membalas surat itu dengan 3 pilihan.

“ Masuk Islam, membayar jizyah, atau kematian!”

Cyrus tidak ikut melanjutkan peperangan, namun teman-temannya di dalam benteng masih tetap memilih berperang. Amr bin Ash mencoba memilih berunding dengan Theodorus di dalam benteng, namun tetap saja tidak membuahkan hasil, perang tetap harus berlanjut.

Di pertengahan bulan Desember 640 M, Zubair bin Awwam yang teliti menyadari bahwa selama ini Theodorus hanya fokus menempatkan pasukannya di utara Benteng Babilonia. Sementara bagian selatan benteng tersebut hanya terdapat beberapa pasukan saja. Akhirnya pasukan muslim bergerak menuju selatan Benteng Babilonia.

Di selatan Benteng Babilonia pasukan muslim dibagi menjadi dua, satu pasukan besar yang di pimpin oleh Amr bin Ash, satu lagi pasukan kecil siap tanggap yang di pimpin oleh Zubair bin Awwam. Pada tanggal 20 Desember 640 M, di malam hari Zubair meminta izin untuk memanjat Benteng Babilonia.

Dengan gesit, Zubair memasuki Benteng Babilonia dan dengan cepat mengacaukan Pasukan Romawi. Ia berhasil menaklukkan penjaga pintu selatan benteng, membuka jalan bagi pasukan Amr bin Ash untuk masuk, dan memicu pertempuran sengit di dalam benteng. Keberhasilan serangan ini membuat Pasukan Romawi terkejut dan mengalami kekalahan yang memilukan. Theodorus sekali lagi berhasil meloloskan diri dan meninggalkan Benteng Babilonia.

Theodorus dan Cyrus pergi meninggalkan tempat itu dengan kapal-kapal mereka, memanfaatkan jalur air yang tersambung sampai ke Kota Alexandria.

Dengan demikian, keberhasilan pasukan Muslim dalam menguasai Benteng Babilonia, yang merupakan pusat Mesir, menandai sebuah tonggak sejarah yang monumental dalam perkembangan peradaban Islam. Penaklukan ini tidak hanya mencerminkan kekuatan militer yang luar biasa, tetapi juga menggambarkan keterampilan taktis dan strategis yang tinggi dari pemimpin Muslim pada waktu itu. Sebagai sebuah peristiwa yang menyatukan keberanian, kebijaksanaan, dan ketekunan, penaklukan Benteng Babilonia menempatkan peradaban Islam dalam kerangka sejarah yang membanggakan.

Kejayaan ini tidak hanya membuka jalan bagi ekspansi wilayah, tetapi juga mendorong pertukaran intelektual, ekonomi, dan budaya antara peradaban Islam dan dunia sekitarnya. Dengan demikian, penaklukan ini memainkan peran krusial dalam pembentukan jejak sejarah umat Islam dan memberikan inspirasi untuk terus mengejar pengetahuan, toleransi, dan peradaban yang berkelanjutan. []


Penulis: M. Iqbal Rabbani

Editor: Kholaf Al Muntadar