Biografi KH. Tb. Moh. Wase’ , Muasis Pesantren As- Salafiyah Banten

 
Biografi KH. Tb. Moh. Wase’ , Muasis Pesantren As- Salafiyah Banten

 

Daftar Isi

1.    Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1  Lahir
1.2  Wafat
1.3 Riwayat Keluarga

2.    Sanad Ilmu dan Pendidikan
2.1  Mengembara Menuntut Ilmu
2.2  Guru-Guru

3.    Penerus
3.1  Anak-anak

4.    Perjalanan Hidup dan Dakwah
4.1  Mendirikan Lembaga Pendidikan Islam
4.2  Karier
4.3  Karya

5.    Referensi

 

1.  Riwayat Hidup dan Keluarga 

1.1 Lahir
KH. Tb. Moh. Wase’ berasal dari Jiput, Pandeglang. Beliau merupakan anak dari KH. Tb. Zainudin dan ibu Ratu Zahroh. KH. Tb. Zainudin yang juga adalah seorang kyai di Jiput,lahir di Tenjolahang, Jiput pada tanggal 11 November 1908.
 

1.2 Wafat
KH. Tb. Moh. Wase’ wafat pada tanggal 8 Agustus 2004 (24 Jumadil akhir 1425 H) pada usia 94 tahun karena sakit yang dideritanya sejak lama. Wafatnya KH. Tb. Moh. Wase’ meninggalkan duka yang mendalam bagi keluarga, kerabat, murid-murid dan masyarakat Cinangka yang telah merasakan banyak manfaat dari kehadiran KH. Tb. Moh. Wase’ ditengah-tengah mereka.

1.3 Riwayat Keluarga
KH. Tb. Moh. Wase’ ketika dewasa menikah dengan Hj. Ratu Mahfudhoh yang merupakan anak dari dari Syekh Tubagus Ma’mun dan Nyai Salhah. Syekh Ma’mun yang merupakan seorang kiyai yang cukup terkenal dan memiliki pesantren di Lontar, Serang. Kemudian setelah menikah, K.H. Tb. Moh. Wase’ tinggal bersama istrinya di Cilegon.

KH. Tb. Moh. Wase’ dan istrinya dikaruniai 7 orang anak, 5 orang anak laki-laki dan dua orang anak perempuan, diantaranya KH. Tb. Iin saat ini tinggal di Depok, Tb. Aom Zaelani (telah wafat), Tb. Fuad di Cilegon, Hj. Ratu Uus tinggal di Bogor, Ustadz Tb. Tating tinggal di Cilegon, Tb. Muawini tinggal di Cibeber, dan Ratu Wardah tinggal di Sempu, Serang.

2. Sanad Ilmu dan Pendidikan

Pondok Pesantren yang dipilih KH. Tb. Moh. Wase’ Setelah belajar dari ayahnya sendiri, melanjutkan pendidikannya ke Pondok Pesantren di Gentur Cianjur tepatnya di pesantren yang dipimpin oleh ulama terkenal yaitu Aang Nuh.  Saat di dalam pesantren, beliau banyak mendapatkan pengetahuan agama. KH. Tb. Moh. Wase’ selalu berusaha mengamalkan yang diajarkan oleh gurunya di dalam pesantren.

Untuk melacak latar belakang pendidikan KH. Tb. Moh. Wase’ secara detail merupakan suatu hal yang tidak mudah. Hal ini dikarenakan oleh beberapa faktor. Pertama, tidak ada bukti tertulis yang menjelaskan kapan dan dimana saja ia pernah belajar. Kedua, tidak ada informan yang semasa atau seusia dengannya yang bisa dimintai keterangan dan informasi mengenai riwayat KH. Tb. Moh. Wase’. Keluarga serta murid-muridnya pun tidak mengetahui persis KH. Tb. Moh. Wase’ pernah belajar di pesantren mana saja.

2.2 Guru-Guru

  1. KH. Tb. Zainudin
  2. Mama Aang Nuh Gentur

3. Penerus

3.1 Murid-murid

Murid-murid K.H. Tb. Moh. Wase’ adalah :

  1. KH. Ahmad (Cinangka)
  2. KH. Ali ( Cinangka)
  3. KH. Yusuf (Cinangka) Pengasuh Pondok Pesantren Al-Mubarok di Pasir Angin, Kecamatan Cinangka.
  4. KH. Matin (Cinangka)
  5. Ustadz Daman (Cinangka) Pengasuh Pondok Pesantren Riyadhul Tholibin di Ciparay, Kecamatan Cinangka
  6. Ustadz Hanang (Cinangka) Pemimpin Majelis ta’lim Nurul Iman di Cinangka
  7. Ustadz Salam ( Cinangka) Pengasuh Pondok Pesantren Darusalam di Kadubajo, Kecamatan Cinangka
  8. Ustadz Muhibi (Cinangka)
  9. KH. Kholid (Anyer) Pengasuh Pondok Pesantren Al-Muhajirin di Babakan Anyer.
  10. KH. Akbar (Anyer)
  11. Fatullah Syam’un ( Cilegon)
  12. KH. Ali (Jaha)
  13. KH. Hamdani (Mancak)


3.2 Anak-anak

  1. Tb. Fuad di Cilegon
  2. Hj. Ratu Uus tinggal di Bogor
  3. Ustadz Tb. Tating tinggal di Cilegon
  4. Tb. Muawini tinggal di Cibeber
  5. Ratu Wardah tinggal di Sempu, Serang.

4. Perjalanan Hidup dan Dakwah 

Kedatangan KH. Tb. Moh. Wase di Cinangka mendapat respon positif dari masyarakat, karena dengan adanya seorang kyai di daerah mereka, maka kehidupan sosial keagamaan di Cinangka dapat berkembang dan lebih terarah menjadi lebih baik. KH. Tb. Moh. Wase’ mulai mengembangkan agama islam dengan mendirikan pondok pesantren dan melakukan kajian-kajian kitab kuning yang disampaikan kepada masyarakat Cinangka melalui majlis-majlis ta’lim.

Terkadang ia mendapat panggilan dari berbagai daerah untuk mengisi pengajian-pengajian ataupun acara-acara keagamaan, seeperti Maulid Nabi Muhammad SAW, Isra’ Mi’raj dan lain-lain. KH Tb. Moh. Wase’ semasa hidupnya memberikan teladaan kepada masyarakat untuk selalu hidup sederhana dan menjadi orang yang selalu berguna bagi orang lain.

Aktivitas sehari-hari KH. Tb. Moh. Wase’ dihabiskan untuk mengajari masyarakat Cinangka serta santri-santrinya yang berasal dari berbagai daerah mengenai keagamaan dan pengajian, baik itu berupa pengajian di pesantren dan majlis ta’lim. Sosoknya yang sangat sederhana, tidak pernah memperlakukan muridnya dengan keras dan selalu menjaga lisannya untuk tidak menyakiti hati orang lain. Oleh karena itu, tak pernah ada masyarakat yang tergores hatinya karena perkataannya sehingga masyarakat sangat menghargai dan menghormatinya.

KH. Tb. Moh. Wase’ mengamalkan semua ilmu yang didapatnya dari pendidikan dari sang ayah maupun selama belajar di pesantren-pesantren lain. Ia sangat tekun dalam mengajarkan dan mebimbing ilmu agama, menurutnya agama dan akhlak adalah pondasi utama, sehingga di dalam hatinya tertanam agar dapat mengamalkan ilmunya semaksimal mungkin dan dapat dimanfaatkan oleh murid-muridnya di pesantren maupun majlis taklim.7

Semasa hidupnya KH. Tb. Moh. Wase’ adalah orang yang mengembangkan dan memegang teguh ajaran Aqidah Ahlusunnah Waljamaah. KH. Tb. Moh. Wase’ tidak suka merubah aturan dan hukum Agama dan pemerintah, apabila hukum tersebut sudah benar. Sosok KH. Tb. Moh. Wase’ mempunyai keperibadian yang dermawan, sederhana, tegas dan keras dalam menegakkan Syariat Islam.

KH. Tb. Moh. Wase’ dikenal sebagai ulama yang tegas, tetapi sebagai guru dan orang tua, ia memiliki kasih sayang terhadap keluarga dan santri-santrinya. Ia menekankan pada pentingnya ngaji dan belajar, karena mengaji adalah wajib hukumnya bagi umat muslim, segala bentuk ibadah seperti shalat, puasa, zakat, dan lain sebagainya hanya bisa didapat dari ngaji.

KH. Tb. Moh. Wase’ disebut sebagai seorang ‘alim ulama, karena sosok yang dianggap memiliki pengetahuan agama Islam yang dibuktikan dengan tugas-tugas sebagai guru, mubaligh, khatib, dan sebagainya. Selain itu, KH. Tb. Moh. Wase’ juga sering ditunjuk sebagai imam masjid, baik itu menjadi imam shalat wajib, shalat sunah, dan juga imam ritual selametan, imam tahlilan, dan sebagainya.

4.1 Mendirikan Pesantren
Tahun 1965 KH. Tb. Moh. Wase’ mendirikan pesantren di Cinangka. Pesantren tersebut diberi nama Pesantren As-Salafiyah, awal mulanya santrinya tidak terlalu banyak dan hanya berasal dari daerah Cinangka, tetapi lambat laun santrinya semakin bertambah banyak dan berasal dari berbagai daerah diantaranya Anyer, Labuan, Bojonegara, Cilegon, dan lain-lain.

Santri yang belajar di Pesantren As-Salafiyah ada yang menetap disebut dengan santri mukim dan ada pula yang pulang pergi atau
disebut dengan santri kalong. Santri mukim yaitu selama menuntut ilmu tinggal di dalam pondok yang disediakan pesantren, biasanya mereka tinggal dalam satu komplek yang berwujud kamar-kamar.

Satu kamar biasanya di isi lebih dari tiga orang, bahkan terkadang lebih. Sedangkan Santri Kalong adalah santri yang tinggal di luar komplek pesantren, baik dirumah sendiri maupun di rumah-rumah penduduk disekitar lokasi pesantren, biasanya mereka datang ke pesantren pada waktu ada pengajian atau kegiatan-kegiatan yang lain.

4.2 Karier Beliau

Karier Profesional
Pengasuh pesantren As-Salafiyah Cinangka

4.3Karya Beliau
Adapun karya KH Tb. Moh. Wase’ dalam bentuk kitab yaitu Kitab Balagoh, Kitab Risalah Sayyidina Ali, Kitab ‘Arudh yaitu kitab yang berisi tentang syi’ir-syi’ir. dan Tafsir yang berisi tentang penafsiran ayat-ayat al-Qur’an.

1. Kitab Risalah Sayyidina Ali
Kitab ini merupakan jilid kedua ditulis tahun 1993 berisi 51 halaman Kitab Risalah Sayyidina Ali berisi tentang kisah perjuangan Ali dalam berperang melawan raja Hidom. Raja Hidom merupakan seorang raja yang sangat angkuh dan sombong, tetapi dengan kekuatan yang dimiliki oleh Sayyidina Ali, Raja Hidom dapat dikalahkan.
2. Kitab Balaghoh
Kitab ini berisi 52 Halaman. Kitab Balaghoh berisi tentang penjelasan dan menerangkan ayat al-Qur’an dari Surat Al-Fatihah sampai Surat Al-Baqoroh ayat 136. Kitab Balagoh digunakan untuk mengupas isi kandungan ayat al-Qur’an dengan menggunakan bahasa yang lebih sederhana.
3. Kitab ‘Arudh
Kitab ini berisi berisi 35 Halaman Kitab ‘Arudh berisi tentang Syi’ir-syi’ir berupa wazan Syi’ir.

5. Referensi

Diolah dan dikembangkan dari data-data yang dimuat di situs:
https://repository.uinbanten.ac.id

                        

 

 

                  

               
                       

                  

 

                         

 

                       

             

                       

               

                         

             

                         

             

                         

     

                     

             

 

 

                         

 

                     

                     

                   

                     

               

               

                            

                 

                     

                            

              

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Lokasi Terkait Beliau

    Belum ada lokasi untuk sekarang

List Lokasi Lainnya