Info Harian Laduni.ID: 5 Maret 2024

 
Info Harian Laduni.ID: 5 Maret 2024

Laduni.ID, Jakarta - Hari ini Selasa, 5 Maret 2024 bertepatan dengan hari lahir KH. Ghufron Achid, KH. Munif Muhammad Zuhri dan hari wafat KH. Badruddin Honggowongso, Syekh Mas’ud Kawunganten.

KH. Ghufron Achid
KH. Ghufron Achid lahir pada hari Kamis Pahing, tanggal 15 Syawal 1349 H/5 Maret 1931 M, di Kauman Pekalongan. Beliau merupakan putra dari pasangan KH. Achid dan Nyai Arifah.

KH. Ghufron Achid wafat pada usia 73 tahun, pada hari Rabu Wage, tanggal 7 Februari 2001 M atau bertepatan pada tanggal 13 Dzul Qo’dah 1421.

Pada masa mudanya, beliau menghabiskan waktunya untuk mencari ilmu, beliau mengaji kepada KH. Baidlowi Kauman, selanjutnya beliau menuntut ilmu pada para Ulama di berbagai Pondok Pesantren

Setelah dirasa cukup dalam menimba ilmu KH. Ghufron Achid diperintahkan untuk mengajar dan memimpin Madrasah Salafiyah Ibtidaiyah (MSI) yang didirikan oleh Ayah Mertua beliau KH. Mudzakir Fadholi bersama Pengurus Salafiyah yang lain.

Teladan yang bisa kita ikuti dari KH. Ghufron Achid di antaranya adalah tentang pentingnya akhlaqul Karimah, perilaku baik, kesabaran, kesholehan, kegigihan, kejelian, ketelitian, dan ketaqwaan dan perjuangan beliau untuk Islam, Bangsa dan negara.

Simak biografi lengkap KH. Ghufron Achid
Simak chart silsilah sanad ilmu KH. Ghufron Achid

KH. Munif Muhammad Zuhri
KH. Munif Muhammad Zuhri lahir pada tanggal 5 Maret 1962 di Desa Girikusuma Banyumeneng, Mranggen, Demak. Beliau merupakan putra ke empat dari pasangan KH. Muhammad Zuhri dengan Nyai Hj. Rofi’ah.

Setelah pulang dari pondok, KH. Munif Muhammad Zuhri langsung disuruh ngajar di pondok pesantren yang di didirikan oleh kakeknya yang bernama Syekh KH. Muhammad Hadi. Beliau mengasuh Pesantren Girikusumo menggantikan kakaknya KH. Nadzif Zuhri dan aktivitas keseharian beliau dihabiskan untuk mengajar santri-santrinya.

Banyak masyarakat yang heran atau kagum kepada KH. Munif Muhammad Zuhri, karena bisa dikatakan beliau tidak dapat mengaji saat dipondok tetapi beliau bisa mengajar di pondok pesantrennya, dapat memimpin pengajian Thoriqoh Naqsabandiyah Khalidiyah, serta mampu menarik perhatian para masyarakat untuk mengikuti pengajiannya, salah satunya yaitu pengajian JAMUNA (Jamaah Muji Nabi) yang dilakukan setiap malam Jum’at.

Sejak kecil beliau sudah dikenalkan nilai-nilai dakwah oleh keluarganya. Beliau mulai mempelajari ajaran-ajaran Islam dengan membaca serta memahami kitab suci Al-Qur’an dan kitab-kitab klasik dari ayahandanya, kakaknya serta guru-guru beliau.

Simak biografi lengkap KH. Munif Muhammad Zuhri
Simak chart silsilah sanad ilmu KH. Munif Muhammad Zuhri

KH. Badruddin Honggowongso
KH. Muhammad Badruddin atau yang akrab dengan sapaan KH. Badruddin Honggowongso lahir pada tahun 1901, di Kartasura. Beliau merupakan putra dari pasangan Kyai Zakaria (Abdul Syukur) dan Nyai Tari.

KH. Badruddin Honggowongso wafat pada hari Jum'at tanggal 5 Maret 1987 bertepatan dengan 6 Rajab 1407 H. Jenazah beliau dimakamkan di Kompleks Pemakaman Pamijen Kaliyoso Jogopaten Mbrang Lor (Belakang Masjid Jami’ Kalioso), Desa Kalioso, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah. Di kompleks pemakaman tersebut juga terdapat makam leluhurnya yakni trah dari Kyai Abdul Jalal Kalioso.

Ketika telah berkeluarga dan menjadi naib di Daerah Tari Simo Boyolali, ayahanda beliau, Kyai Abdul Syukur mendambakan agar putranya yang pertama Kyai Badrudin (juga dipanggil dengan nama Badrun) agar bisa sekolah di Al-Azhar Mesir. Kyai Badrun yang sebelumnya sudah masuk kelas 2 Sekolah Rakyat, kemudian diperintahkan ayahnya untuk masuk pesantren di Kacangan Andong Boyolali di bawah asuhan KH Zuhdi.

Usai mengaji di beberapa kyai, Kyai Badruddin muda kemudian ke Kalioso, tempat kelahiran para leluhurnya. Di sana, beliau mendirikan dan juga mengajar sebuah sekolah yang bertempat di serambi Masjid Kalioso. Masyarakat setempat kala itu, kebanyakan warga tidak mampu, dan dengan adanya lembaga pendidikan yang ada tentu sangatlah membantu mereka.  

Pada perjalanan karirnya, Kyai Badrudin kemudian ditempatkan di Salatiga. Di tempat dinas baru itu, beliau membeli rumah di Jalan Taman Pahlawan No 2 Salatiga.

Simak biografi lengkap KH. Badruddin Honggowongso
Simak chart silsilah sanad ilmu KH. Badruddin Honggowongso

Syekh Mas’ud Kawunganten
Syekh Mas’ud lahir pada tahun 1923, di Purworejo, Jawa Tengah. Beliau merupakan putra dari pasangan Kyai Muhyidin dengan Nyai Sangadah. Ayah beliau adalah pendatang dari Purworejo, Jawa Tengah yang menetap di Kawunganten sebagai petani sekaligus sebagai Kyai yang mengajarkan agama Islam.

Hari Sabtu tanggal 5 Maret 1994 M atau bertepatan dengan tanggal 22 Ramadlan 1414 H, Syekh Mas’ud menghembuskan nafas terahir. beliau meninggal dunia pada usia 68 tahun. Syekh Mas’ud dimakamkan di Kompleks Pesantren Al Barokah untuk mempermudah masyarakat berziarah. Hingga saat ini, makamnya banyak diziarahi masyarakat sekitar dan dari luar daerah.

Usia kanak-kanak Syekh Mas’ud hidup bahagia dalam lingkungan keluarga besarnya. beliau menikmati masa kecilnya dengan belajar dan bermain bersama saudara-saudaranya. beliau dan saudara-saudaranya setiap malam habis maghrib belajar agama kepada ayahnya, Kyai Muhyidin.

Pada tahun 1966 M, Syekh Mas’ud mendirikan Madrasah Wajib Belajar (MWB), setingkat sekolah dasar untuk memberikan kemudahan kepada anak-anak yang haus akan ilmu umum dan memudahkan mereka dalam memperoleh ilmu karena tidak lagi harus jauh-jauh sekolah ke kota yang jaraknya puluhan kilometer. Madrasah Wajib Belajar yang digagas Syekh Mas’ud menorehkan “dunia pendidikan” di Kecamatan Kawunganten. Madrasah Wajib Belajar bernaung dibawah Lembaga Pendidikan Ma’arif.

yekh Mas’ud juga mendirikan Pondok Pesantren untuk menampung masyarakat yang ingin belajar agama Islam secara mendalam pada tahun 1967 di atas tanah milik keluarganya yang masih kosong. Pesantren tersebut beliau beri nama Pondok Pesantren Al-Barokah Salafiyyah.

Simak biografi lengkap Syekh Mas’ud Kawunganten
Simak chart silsilah sanad ilmu Syekh Mas’ud Kawunganten

Mari kita sejenak mendoakan beliau, semoga apa yang beliau kerjakan menjadi amal baik yang tak akan pernah terputus dan Allah senantiasa mencurahkan Rahmat-Nya kepada beliau.

Semoga kita sebagai murid, santri, dan muhibbin beliau mendapat keberkahan dari semua yang beliau tinggalkan.