Menjaga Lisan Itu Tidak Identik dengan Diam

 
Menjaga Lisan Itu Tidak Identik dengan Diam
Sumber Gambar: Pinterest, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Salah satu pesan penting yang diwariskan Rasulullah SAW kepada umatnya adalah perihal bagaimana menggunakan lisan secara bijak. Dalam banyak kesempatan, beliau sering mengingatkan bahwa lisan adalah alat yang sangat menentukan arah hidup seseorang, bisa menjadi jalan keselamatan, tapi juga bisa menjadi sebab kebinasaan.

Mungkin yang sering kali disampaikan oleh para dai atau muballigh terkait hal itu adalah Hadis ini:

مَن كانَ يُؤْمِنُ باللَّهِ والْيَومِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا، أوْ لِيصْمُتْ….

“Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata yang baik, atau diam….” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadis tersebut memang shahih, tapi biasanya dijadikan dalih untuk bersikap diam. Berbeda dengan Gus Baha, dalam sebuah pengajiannya beliau menyingkap makna lebih mendalam dengan memaparkan sabda Nabi Muhammad SAW yang berbunyi berikut ini:

أَحَبُّ الْأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ حِفْظُ اللِّسَانِ

“Amal yang paling dicintai Allah adalah menjaga lisan.”

Hadis ini bisa ditemukan dalam kitab Al-Jami’ As-Saghir karya Imam Suyuthi, yang kemudian disyarahi oleh Al-Munawi dalam kitabnya yang berjudul Faidhul Qadir.

Di sini Gus Baha menekankan bahwa Nabi tidak mengatakan “diam”, tetapi memilih kata

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN