Tahun 642-643 M: Tripoli Jatuh ke Tangan Pasukan Muslim

 
Tahun 642-643 M: Tripoli Jatuh ke Tangan Pasukan Muslim
Sumber Gambar: Pinterest, Ilustrasi: Laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Pada tahun 642-643 M, Setelah menaklukan Alexandria, pasukan Muslim mulai bergerak menyusuri pesisir Afrika Utara menuju kota Tripoli. Kota ini dikenal sebagai Oea pada zaman kuno, sebuah nama yang mencerminkan warisan sejarahnya yang kaya. Sebagai salah satu kota asli yang membentuk Tripolis Afrika, atau Tripolitania, bersama dengan Sabratha dan Leptis Magna. kota ini didirikan oleh orang Fenisia dan kemudian dikontrol oleh orang Romawi.

Terletak di pesisir barat laut Libya, kota ini menempati posisi strategis di sebuah tanjung berbatu yang menghadap langsung ke Laut Tengah. Karena jaraknya yang dekat dengan kota Alexandria, daerah ini menjadi ancaman bagi kekuasaan Islam pada masa itu.

Sementara Barca, yang terletak di sepanjang pesisir timur Libya, memegang peranan penting sebagai kota pelabuhan utama yang mengontrol perdagangan di wilayah tersebut. Kedua kota ini menjadi sasaran yang diinginkan bagi penguasa-penguasa yang ingin memperluas pengaruh dan kekuasaan mereka di wilayah Mediterania.

pasukan Islam tidak banyak mengeluarkan kekuatan untuk menguasai daerah Barca, disebabkan daerah ini tidak memiliki pertahanan yang merepotkan, mau tidak mau mereka akhirnya menyerah dengan mudahnya.

Selain Barca, beberapa kota disampingnya yang masih dibawah kekuasaan Byzantium juga menyerahkan diri kepada pasukan Muslim serta membuat sebuah perjanjian untuk membayar jizyah. Uang-uang yang diterima pasukan Muslim kemudian digunakan untuk keperluan menuntaskan kemiskinan di beberapa kota dekat daerah tersebut.

pasukan Muslim kemudian kembali bergerak menuju daerah Tripoli untuk menguasai kota tersebut. pasukan Amr kemudian berkemah di Timur benteng Tripoli. pasukan Amr bin Ash memutuskan tidak banyak melakukan perlawanan karena mereka tidak membawa senjata berat untuk menghancurkan benteng.

Hingga pada suatu hari, beberapa kelompok pasukan Muslim memutuskan untuk berburu menuju arah barat benteng Tripoli. Saat hendak pulang, mereka sengaja untuk melakukan pengintaian dengan menyusuri pantai hingga sampai ke dekat sisi barat Benteng Tripoli.

Kelompok tersebut beruntung karena menemukan kelemahan pada bagian barat benteng yang dihadapinya. Dalam upaya penaklukan mereka, kebetulan membawa mereka ke sebuah sektor dari benteng yang terbukti lebih rentan.

Lapisan pertahanan benteng yang terletak di sektor barat ternyata tidak sekuat yang diperkirakan, memberikan celah bagi para penakluk untuk menembusnya dengan relatif lebih mudah. Kelemahan ini menjadi pintu gerbang bagi keberhasilan serangan mereka, karena mereka dapat memanfaatkan keuntungan ini untuk menembus pertahanan musuh dengan cepat dan efektif.

Dengan sigap, mereka memanfaatkan celah yang mereka temukan untuk masuk ke dalam benteng dengan cepat. Dalam keheningan, mereka melancarkan serangan mendadak terhadap pasukan Romawi yang berjaga di dalam benteng.

pasukan Romawi, terkejut oleh serangan tak terduga ini, mengira bahwa jumlah penyerang jauh lebih besar dari yang sebenarnya. Kegelisahan dan kepanikan melanda barisan pertahanan Romawi saat mereka mencoba untuk menghadapi serangan mendadak ini.

Sementara itu, sebagian dari pasukan Romawi yang terkejut dan tertekan oleh serangan tersebut memilih untuk melarikan diri. Mereka memanfaatkan kapal-kapal yang sudah mereka siapkan di utara Benteng Tripoli sebagai jalan pelarian.

Kapal-kapal ini menjadi sarana cepat bagi mereka untuk meninggalkan benteng dan mencoba menyelamatkan diri dari serangan yang mendadak dan tak terduga iniPasukan Muslim yang berada di luar benteng juga segera menyadari keberhasilan rekan-rekan mereka di dalam benteng. Dengan cepat, mereka bergabung dengan pasukan yang telah berhasil masuk ke dalam, memperkuat serangan mereka terhadap pasukan Romawi.

Sisa-sisa pasukan Romawi kemudian ikut menyusul teman-teman mereka yang lebih dulu cabut dari kota tersebut. Keputusan untuk melarikan diri tersebut menandai kegagalan pertahanan Romawi dalam menghadapi serangan yang dipimpin oleh kelompok penakluk tersebut.

Kota Sabratha

Setelah berhasil menguasai Tripoli, pasukan Muslim melanjutkan pergerakan mereka ke arah barat. Beberapa mil ke barat dari kota Tripoli terdapat sebuah kota bernama Sabrata. Sebenarnya para tentara Byzantium yang terdapat di kota Sabrata menyadari bahwa, beberapa kota tetangga mereka sedang diserang oleh pasukan Muslim, namun yang mereka tidak sadari, Kota Tripoli dapat dikuasai dengan sangat mudah oleh pasukan Muslim.

Pada suatu pagi yang sunyi, ketika para prajurit Bizantium membuka gerbang untuk mengangon hewan ternak mereka ke padang rumput, mereka tidak menyadari bahwa gerbang yang terbuka itu akan menjadi kesempatan bagi serangan mendadak dari pasukan Muslim.

Dalam suasana yang tenang dan tidak curiga, gerbang yang terbuka memberikan celah yang sempurna bagi pasukan Muslim untuk melancarkan serangan tak terduga.

Tanpa peringatan, mereka menyerbu dengan cepat dan tanpa ampun, memanfaatkan kebingungan dan ketidaksiapan musuh mereka. Serangan yang terjadi di saat yang tidak terduga ini memberikan keuntungan tak terduga bagi pasukan Muslim, memberi mereka kendali atas situasi dan membuat pasukan Bizantium kalah dengan mudah.

Kekuasaan Islam di bawah kepemimpinan Khalifah Umar bin Khattab telah menunjukkan ambisi besar untuk memperluas wilayah kekuasaannya. Dalam strategi ekspansinya, penaklukan Tripoli dan Barca dianggap sebagai langkah penting dalam mengamankan jalur perdagangan serta mengurangi kekuatan Bizantium di wilayah tersebut. Amr bin Ash, salah satu jenderal terkemuka Khalifah Umar, menjadi tokoh kunci di balik penaklukan tersebut.

Dengan persiapan militer yang matang dan dukungan penuh dari Khalifah, Amr bin Ash berhasil menaklukkan Tripoli, Barca, Sabratha dan kota-kota didekatnya pada tahun 642 M sampai 643 M. Walaupun nanti kota ini kembali direbut oleh pasukan Romawi tetapi berhasil direbut kembali oleh pasukan Muslim dibawah panglima Uqbah bin Nafi'.


Penulis: M Iqbal Rabbani

Editor: Kholaf Al Muntadar