Abi Fahmi Karimuddin Sang Maestro Ma'had Fahmussalam Al-Aziziyah Medan 

 
Abi Fahmi Karimuddin Sang Maestro Ma'had Fahmussalam Al-Aziziyah Medan 

 

LADUNI. ID, PESANTREN-Dayah atau Pesantren merupakan salah satu sistem pendidikan yang mengunakan sistem pendidikan klasik yang ada di Negara Indonesia, sistem pendidikan dayah (pesantren) muncul sejak Islam pertama kali masuk ke Nusantara tepatnya di Aceh beberapa abad yang silam dan biasanya lembaga pendidikan ini disesuaikan dengan berbagai nama disetiap wilayah Indonesia.

Umpanya seperti yang ada di Pulau JawaBarat  diberi nama ( Pondok ), di Sumatra atau Aceh sering disebut dengan (Dayah), Jawa Timur dan Jawa Tengah ( Pesantren ) sedangkan di Madura disebut juga dengan (Nyantren) juga sebagian wilayah dikenal dengan Ma'had dan lainnya.

Terlepas dari berbagai nama yang ada disetiap wilayah Indonesia perjalanan pendirian pesantren tidak lepas dari keiklasan para pendirinya untuk menyelamatkan generasi anak bangsa yang tertingal dalam pendidikan agama dan juga ekonomi.


Munculnya sistem pendidikan pesantren di Indonesia bersamaan dengan datangnya para saudagar yang secara khusus menyebarkan Agama Islam di Nusantara, oleh sebab itu peran pondok pesantren untuk Negeri Republik Indonesia ini sama dengan perjuangan islam itu sendiri.

Salah satu perjuangan pesantren untuk Negara Republik Indonesia pada zaman penjajahan colonial sebagai pelopor perubahan social yang bisa merubah pandangan hidup raknyat Indonesia dari segala bentuk kolonialisme di Ibu Pertiwi ini.

Peran Jihad para pendiri pesantren yang bisa membentuk santrinya taat kepada kiyainya dan setiap akan Negaranya menimbulkan semangat yang luar biasa ketika masa penjajahan dan berani untuk berjihat demi membela Bumi Nusantara.

Fenomena ini sebagaimana dilakoni sebuah dayah yang keberadaan dayah (pondok pesantren) itu berada di tengah kota, menjadi daya tarik tersendiri bagi warga sekitar.  Bagaimana tidak Ma'had Fahmussalamah Al-Aziziyah Deli Serdang ,Sumatera Utara yang mulai menerima santri sejak tahun awal 2018 itu, berlokasi di Jalan Karya, Marendal 1-, Petumbak, Deli Serdang. Posisinya tidak terlalu jauh dari  pusat kota
yang bermotto "Bhinneka Perkasa Jaya". 

Saat ini, ada sudah banyak juga  santri yang tengah menuntut ilmu di Ponpes tersebut. Kebanyakan mereka berasal daerah sekitar juga masyarakat Aceh yang merantau di kawasan Sumatera Utara.

“Sebenarnya animo masyarakat untuk mendaftarkan anaknya di Ponpes ini sangat tinggi. Namun karena kapasitas asrama yang belum memadai, juga beberapa hal lainnya yang menjadi kendala,” kata salah seorang tokoh pendidik dan agamawan yang berada di dayah tersebut.

Sosok Tgk. Fahmi Karimuddin, MA atau akrab disapa Abi Fahmi Karimuddin merupakan ulama muda Medan lepasan Dayah MUDI Mesjid Raya Samalanga yang juga alumni IAI Al-Aziziyah Samalanga itu mencoba menghadirkan impian Al-Mukarram Syaikhuna Al-Mursyid Abu MUDI pengembangan ilmu lewat tradisi kedayahan. 

Awal mulanya telah beberapa tahun yang silam dirintis di tempat sementara akhirnya berkat doa guru dan semuanya juga bantuan masyarakat Aceh di Medan akhirnya "meminang" tanah yang sangat stregis di kawasan Deli Serdang yang luas sekitar sehektare bahkan suasana dan auranya juga sangat bersahabat.

Kepiawaan dan pergaulannya diterima semua pihak terutama masyarakat Aceh perantauan yang umumnya pedagang dan masyarakat sekitar pinangan itu berhasil dan kini pembangunan dayah dibawah pimpinan yang akrab disapa Abi Fahmi telah berhasil merintis pembangunan dayah tersebut.

Dibalik keberhasilan ulama muda kelahiran Pidie itu yang merupakan kandidat doktor di salah satu universitas ternama di Sumatera Utara itu tidak terlepas peran dari Ummi Khairuddanailla juga kelahiran Pidie sang maestro yang kerap namanya berkibar di panggung dan pentas dayah MUDI Mesjid Raya Samalanga yang merajai juara kelas dan aneka lomba Muharram terlebih dengan banyaknya kelebihan bisa membantu bahu membahu dalam pengembangan ilmu dan dayah di negeri Deli itu. 

Apa yang pernah dikhawatirkan dulu saat revolusi pendidikan dalam integrasi ilmu dicetus almukarram Abu MUDI dengan mendirikan kampus IAI al-Aziziyah Samalanga bahwa alumni dayah yang menjadi alumni kampus tersebut tidak lagi menekuni dunia beut seumebeut apalagi menjadi pimpinan dayah. Lantaas apa yang telah dilakoni dua alumni IAIA Samalanga yang juga lepasan dayah MUDI itu membenarkan asumsi itu? 

Tentu saja anggapan yang sering dialamatkan kepada almukarram Abu MUDI ekses dengan mendirikan kampus IAIA itu telah dibuktikan dan menepis anggapan itu bahkan lebih dari itu, berbekal ilmu dayah dengan bekal pendidikan formal srtata satu di IAI Al-Aziziyah bahkan kini sebagai kandidat doktor mampu merealisasikan impian almukarram Abu MUDI dengan mendirikan dayah di luar Aceh disamping menepis dugaan yang "nyeleneh" itu. 

Kita sangat berharap mercusuar ilmu via Ma'had Fahmussalam Al-Aziziyah (MFA) yang berdiri diengah Kota Deli Serdang, Sumatera Utara dibawah asuhan ulama muda Abi Fahmi yang merupakan realisasi dan impian Abu MUDI dalam pengembangan ilmu "Beut Seumeuebut" (meminjam istilah Allahuyarham Abon Aziz Samalanga) dalam ungakapan Abu MUDI beliau terjemahkan dalam koridor yang lebih universal dengan ranah masyarakat dengan TASTAFI (Tasawuf, Tauhid dan Fiqh) sehingga Majelis ilmu ini kita telah hidup dan berkembang diberbagai belahan daerah baik regional dan internasional, sedangkan ranah formalnya  via IAI al-Aziziyah Samalanga terus menebarkan sayapnya demi kejayaan Aswaja dan Islam di muka bumi ini. Semoga 

***Helmi Abu Bakar el-langkawi, Penggiat Literasi dan Penikmat Kopi Aceh