Kopi dan Kiprah Keturunan Sayyid Abdullah bin Syekh Al Aydarus di Aceh

 
Kopi dan Kiprah Keturunan Sayyid Abdullah bin Syekh Al Aydarus di Aceh

LADUNI. ID, SEJARAH-Perantau dari Arab sudah bermukim di Aceh sejak abad pertama hijriah. Bahkan, ada yang menyebutkan, perdagangan sudah lazim berjalan antara Sumatra dan jazirah Arab dari sebelum lahirnya nabi Muhammad Shallallāhu Alaihi Wasallam. 

Salah seorang keturunan Arab yang tinggal di Aceh adalah Sayyid Abdullah bin Syekh Al Aydarus. 

Beliau seorang alim ulama, dan dekat dengan Sultan Alauddin Mansur Syah yang memerintah pada tahun 1577 - 1585. Ulama ini kemudian menikah dengan putri Sultan. 

Dari hasil perkawinan ini, lahir putra mereka bernama Sayyid Zainal Abidin Al Aydarus. Putranya yang juga seorang yang alim, menikah dengan Tun Kaishi, putri dari Tun Jenal, Bendahara Sekudai Johor, putra dari Tun Sri Lanang yang terkenal itu.

Sayyid Zainal Abidin kemudian memakai gelar melayu, Tun Dagang. Menetap dan kemudian meninggal di Kampung Pasir, Johor, Malaysia. 

Dari keturunan mereka lahir raja-raja dan sultan di Trengganu, Johor, Riau Lingga, dan Pahang. 

Sayyid Abdullah bin Syekh Al Aydarus yang bermukim di Aceh, adalah keturunan dari seorang wali yang sangat disegani di Yaman. Beliau adalah cicit dari waliyullah Sayyid Abu Bakar Al-Adani bin Abdullah Al Aydarus.

Sayyid Abu Bakar lahir di kota Tarim dan kemudian menetap di kota Aden. Membangun mesjid yang ramai dikunjungi sampai saat ini, mesjid Al Aydarus. 

Selain seorang ulama ahli tasawwuf, beliau juga seorang penyair. Dikenang sebagai tokoh utama kota Aden, karena jasanya dalam membantu membawa kesejahteraan kepada masyarakat ramai. Di pundaknya diberikan kepercayaan untuk mengelola harta yang diwaqaf-kan masyarakat. 

Sayyid Abu Bakar dikenal sebagai ulama yang adil, disegani oleh semua masyarakat dari berbagai kelompok. Dikenang sebagai pelindung orang Yahudi dari gangguan suku-suku padang pasir di Yaman.  

Beliau kemudian merantau ke Harar, sebuah kota di dataran tinggai Ethiopia untuk menyebarkan dakwah islam. 

Dalam beberapa buku sejarah Arab, Sayyid Abu Bakar disebutkan sebagai tokoh yang memperkenalkan KOPI kepada masyarakat Yaman. 

Dalam perjalanan ke Ethiopia, sangat terkesan dengan kuatnya aroma kopi dan kemudian mengenalkan kopi kepada murid-muridnya. Saat mengajar dan melihat muridnya mengantuk, langsung diberikan kopi agar terjaga. 

Bukan hanya di Yaman saja, menurut beberapa buku sejarah, beliau juga sebagai pelopor yang memperkenalkan kopi kepada penduduk Jazirah Arabia. 

Caffè Mocha atau Mochaccino akrab dengan telinga kita. Kata Mocha itu berasal dari sebuah kota pelabuhan di Yaman, dalam bahasa Arab Al-Mukha. 

Kota ini adalah kota pelabuhan kopi utama dunia pada zaman dahulu.

Anak cucu beliau banyak yang menjadi pemuka agama dan pemerintahan di kesultanan Qu’aiti (1858 - 1967), kerajaan terbesar kedua di Jazirah Arab setelah Saudi Arabia, sebelum berdirinya kerajaan dan negara dengan batas negara seperti sekarang ini. 

Sebagian cucu yang lain, merantau dan berdakwah ke India, Asia Tenggara, Afrika Timur dan ke Aceh. 

Sayyid Abu Bakar Al Aydarus meninggal dunia pada tahun 1508. Sampai saat ini, ribuan orang datang setiap tahun untuk berziarah ke mesjid dan ke makam waliyullah ini. 

Sebagian kita bangsa Aceh adalah keturunan ulama dari Arab, giat dalam berdagang, gigih dalam berdakwah, perantau yang hebat, dan penikmat kopi yang tiada tandingannya. 

**Munawar Liza Zainal, Alumni Al-Azhar Cairo, Asal Aceh